Atensi Ashraf tersita ketika ia melihat di seberang jalan ada sosok perempuan yang sedang berjongkok memeluk sikunya. Tanpa berpikir panjang, Ashraf pun segera menyeberang dan menghampiri perempuan tersebut. Benar saja, ketika didekati, dia adalah Rine. Ashraf lantas memegang bahunya seraya memanggil nama Rine. Dia pun perlahan bangkit, matanya terlihat sembab. Ada rasa lega saat Ashraf melihat wajah Rine, namun di sisi lain ia juga merasa kesal dengan sikap Rine yang suka tiba-tiba melarikan diri seperti ini. Ashraf sangat takut jika sesuatu terjadi dengannya, dan ketika mengetahui ponsel Rine yang dijambret, emosi Ashraf pun meluap. Pikirannya seketika membayangkan skenario buruk, bagaimana jika jambret itu sampai melukai Rine? Akhirnya Ashraf lepas kendali sampai memarahi Rine.

"Aku capek."

Tubuh Ashraf membeku saat mendengar Rine berbicara dengan suara seraknya. Amarahnya seketika menguap.

"Kamu selalu bikin aku berharap, tapi tiba-tiba bikin aku bingung juga sama perasaan kamu. Aku nggak bisa selalu tau isi hati kamu, Ash ...."

"Aku capek menerka-nerka perasaan kamu."

Ashraf terdiam dan menatap nanar saat Rine berkali-kali mengusap air matanya yang tak berhenti menetes.

"Emang sesulit itu ya buat membuka hati kamu?"

Hati Ashraf ikut sakit mendengar Rine bertanya dengan suara pilu putus asa. Ashraf pasti sudah sangat menyakitinya sampai-sampai Rine seperti ini.

"Kalo memang iya, kasih tau aku gimana caranya. Bilang, apa yang harus aku lakuin supaya kamu bisa cinta sama aku. Kalo kamu terus diam, aku jadi bingung harus gimana ...."

Tangis Rine pecah, ia menunduk dalam-dalam di hadapan Ashraf. Hal itu sontak membuat tenggorokan Ashraf tercekat. Ini semua adalah salahnya. Dirinya menjadi penyebab sakit hati yang selama ini Rine alami. Seandainya Ashraf lebih berani dan tidak berpikir terlalu panjang, semua ini pasti tak akan terjadi.

Ashraf tidak ingin kehilangan Rine. Tidak untuk kesekian kalinya. Akhirnya Ashraf memberanikan diri untuk membawa Rine dalam pelukannya. Batinnya sesak mendengar isakan Rine. Ia pun mengelus kepala Rine dengan lembut. Ashraf tidak ingin menunda-nunda lagi. Mungkin ini adalah saatnya. Meski tidak tepat, tapi Ashraf tak ingin melihat Rine terluka lagi, dia harus tahu bahwa Ashraf juga sebenarnya merasakan hal yang sama.

"Aku cinta sama kamu, Rine ...."

Rine langsung melepaskan pelukan Ashraf. Ia menatap Ashraf, mencari kesungguhan di matanya. "Apa?"

"Aku cinta sama kamu," ucap Ashraf dengan suara lebih tegas dari sebelumnya.

Seketika Rine terdiam tak bisa berkata apa-apa meski bibirnya terbuka. Melihat hal itu, Ashraf pun merangkum pipi Rine dengan kedua tangannya. Ibu jarinya mengusap sisa air mata di pipi Rine. Keduanya pun saling menatap.

"Jujur ... setelah pernah gagal dua tahun yang lalu, aku berencana untuk nggak menikah selamanya."

"...."

"Ada ketakutan yang sangat besar di dalam diri aku ...."

"...."

"Aku takut ditinggalkan lagi oleh orang yang aku cintai, dan kalau sampai itu terjadi ... aku nggak tau, akan jadi seperti apa hidup aku nanti ...."

Hot and ColdWhere stories live. Discover now