39. Tragedi

92 39 2
                                    

Eternal Part of The Sky
Chapter 39 — Tragedi

Sampai hari ini, aku masih percaya akan adanya keajaiban

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

Sampai hari ini, aku masih percaya akan adanya keajaiban. Biarpun takdir menuntunku memasuki hutan penuh semak berduri. Biarpun semesta mengguyurku dengan rintikan patah hati. Aku masih percaya bahwa akan ada saatnya semua menjadi baik-baik saja.

Misi pertama di Lucrexia's Talent adalah membuat koreografi untuk lagu resmi tahun ini. Lagu berdurasi dua menit tiga puluh detik itu sudah dirilis saat awal pengumuman di hari pertama syuting. Sekarang, sudah hari ketiga dimana seluruh peserta harus terus berusaha membuat dan menghapal koreografinya.

Akasa berada di ruang latihan 3. Ia mengusap rambutnya ke belakang karena lelah, sesekali ia menyenderkan punggungnya ke dinding sembari menatap cermin selebar dinding yang memantulkan dirinya di sana.

Lelaki itu berhasil menyelesaikan separuh dari lagu resmi, ia pun sudah memiliki ide untuk memasukkan koreografi ke dalam beberapa bait selanjutnya. Untuk saat ini, setengah hari telah berlalu. Akasa memutuskan untuk duduk di lantai kayu dan meluruskan kakinya.

Akasa sadar sepenuhnya bahwa ia diawasi oleh kamera yang berada di sudut ruangan. Tapi ia tidak peduli, ia hanya fokus berlatih ketika waktunya berlatih, dan bercengkrama ketika waktunya bebas.

Ia meraih kamera pribadi yang diberikan kepadanya dari Morana. Kamera itu menyala. Akasa menggunakan kamera depan untuk membuat video yang menampilkan wajahnya terlihat begitu jelas. Ia terkekeh sembari mengusap rambutnya sekali lagi.

"Saya baru selesai latihan. Setengah jam lagi makan siang sih," gumam Akasa bermonolog.

Aneh sekali melihat dirinya terpampang jelas di kamera seperti itu, hal itu membuatnya tertawa kecil sejak tadi. Untuk memotret atau selfie saja Akasa jarang melakukannya, apalagi mereka video seperti ini.

Merasa bosan di ruang latihan, Akasa pun keluar sambil membawa kamera di tangan kanannya. Ia berjalan menuju sofa besar di ruang tengah yang difasilitasi untuk semua peserta. Tanpa sadar, kamera Akasa memrekam bayangan di lantai yang mana itu adalah bayangan Yume dan Janus yang sedang duduk di atas sofa.

Akasa sungguh tak menyadarinya. Ia terus berjalan sampai akhirnya melambai ke kamera dan mematikan kamera di tangannya. Barulah saat itu ia ikut duduk di dekat Janus.

"Bisa nggak, pacaran tau tempat gitu," protes Akasa sambil meraih sebotol air di meja.

"Bilang aja iri lo," balas Janus bercanda.

"Iya, bener iri nih." Jawaban Akasa itu mengundang kekehan kecil antara Yume dan Janus.

"Curiga gue lo nginep di ruang latihan." Itu suara Ersen, pria itu datang sambil membawa soda di tangannya.

Mendengar itu, Akasa pun tertawa. "Kenapa bisa mikir ke sana, Bang? Jauh amat mikirnya."

"Ya lagian, elu kagak keluar dari ruang latihan dari pagi," timpal Janus.

ETERNAL PART OF THE SKY ; Kim Sunoo [END]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon