32. Right and Wrong

86 47 3
                                    

Eternal Part of The Sky
Chapter 33 — Right and Wrong

Eternal Part of The SkyChapter 33 — Right and Wrong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mari bicara, sebentar saja. Aku ingin mengingatkan betapa kau masih begitu berarti.

Tidak peduli kau yang akhirnya menemukan yang baru, merebahkan seluruhmu pada sosok selain aku.

Aku ingin kamu memutar kembali semua yang pernah, yang tidak pernah berani kau selesaikan.

𓋜

Pada halaman belakang kantor polisi, angkasa berdiri sembari menundukkan kepalanya, menatap jalanan yang terasa begitu panjang dan jauh. Lelaki itu menghembuskan nafas berat. Jemarinya memegang sebuah kertas berisi surat pernyataan yang membela eyangnya.

Akasa sudah lelah menangis. Otaknya seperti tak lagi memiliki stok air mata untuk dikeluarkan. Ia merasa wajahnya begitu lengket, juga matanya yang terasa berat. Tetapi Akasa tidak bisa menangis lagi. Kepalanya memikirkan bagaimana caranya membuat Astrid dinyatakan tidak bersalah sementara ia tidak memiliki bukti apapun.

Dalam keheningan itu, suara langkah kaki dengan irama yang begitu ia kenal membuatnya menoleh. Di sana, perempuan cantik menatapnya dengan sorot rapuh. Perempuan yang begitu ia cintai, yang kini sudah membuatnya sadar bahwa cintanya bukan lagi sebagai seorang pasangan.

Kini, Sadhara berdiri selangkah di depan Akasa. Mereka bertatapan sangat lama, namun tak ada satu kata pun yang mereka lontarkan. Sadhara tersenyum kecil, sebelum akhirnya memulai percakapan.

"Eyang... Baik-baik aja?"

Akasa mengangguk pelan, "iya, dia baik."

Mendengar suara Akasa yang serak, Sadhara menjadi cemas. "Dan kamu?"

Yang ditanya tak langsung menjawab. Akasa menatap Sadhara dengan sendu seolah tak ingin berbicara banyak hal. Bahkan suaranya saja terdengar jauh berbeda dari nyanyiannya dua jam yang lalu.

"Semua bakal baik-baik aja, Sa..."

"Apa? Apa yang baik, Ra?" potong Akasa cepat.

"Kamu tau? Waktu pertama kali aku lihat eyang di sini, eyang masih bisa buat senyum, Ra. Tapi justru itu bikin aku gagal sebagai cucunya," kata Akasa. Lalu, laki-laki itu menunjukkan kertas di tangannya.

"Apa yang harus aku tulis di sini? Eyang sama sekali nggak salah, aku tau itu. Sekalipun eyang nggak cerita, dan banyak bukti yang memberatkan eyang, tapi eyang nggak mungkin tega bunuh orang pake pisau..." lanjutnya kesal bercampur sedih.

ETERNAL PART OF THE SKY ; Kim Sunoo [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang