5. Beats and Rhythm

304 201 33
                                    

Happy reading!

Eternal Part of The Sky
Chapter 5 - Beats and Rhythm

Eternal Part of The SkyChapter 5 - Beats and Rhythm

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.

Kita hidup dengan peran berbeda-beda. Lalu, mengapa menggunakan satu standar untuk menghakimi pencapaian orang lain yang tak sama?

𓋜

Astrid menenteng dua tas rajut berisi bubuk minuman berbagai rasa. Tas satunya berisi bahan makanan untuk membuat kue-kue di kafe. Wanita yang rambutnya sudah mulai berwarna keputihan itu berjalan dengan langkah cepat. Membuka pintu kaca tembus pandang dari kafe yang sudah ia kelola bersama keluarganya.

Cucu laki-lakinya tersenyum senang melihat kedatangannya. Ia menghampiri Astrid, membawakan kedua as rajut itu dan meletakkannya di pantry. Akasa membuka barang yang eyangnya bawa, kemudian menatanya di rak dengan begitu rapih.

"Eyang, harga satu box-nya masih sama, ya?" tanya Akasa sembari membuka plastik kemasan dari bubuk berwarna hijau.

"Iya, entah kapan harganya turun," jawab Eyang sedih. Ia duduk di salah satu bangku kafe yang sedang kosong.

"Kalau begini terus, bisa-bisa kafe kita kekurangan laba, Eyang. Kenapa nggak dinaikkan aja harga menu kita?" Akasa mengulum bibirnya bingung.

Astrid menggeleng dengan senyum tipis, "jangan, Sa. Kafe kita sering didatangi sama anak muda yang cuma punya uang terbatas. Kalau harganya naik, kita bisa kehilangan mereka."

Akasa mengangguk paham. Jari-jarinya sesekali diusapkan ke apron cokelat yang ia kenakan agar bubuk-bubuk itu tidak menempel.

"Sa, sini biar eyang aja, kamu kan ada kelas lukis siang ini," ucap Astrid sambil mengambil alih barang-barang yang Akasa pegang.

"Nanti Asa ke sini lagi, Eyang."

Laki-laki itu melepaskan apronnya, kemudian menyalami tangan eyangnya dengan sopan. Ia menaiki mobil lama yang terparkir di halaman kafe, kemudian pergi dari tempat itu.

Ya, tempat itu.

Ia ingat betul, awal mula kafe milih eyangnya dibangun. Lalu Mereka mengelolanya bersama-sama. Dengan eyang, Akasa, dan kakaknya-Kares. Sudah hampir lima tahun kakaknya itu pergi, namun sampai saat ini, ia tak pernah mendapatkan kabar apapun darinya.

Tentu saja Akasa rindu. Semua kenangan itu begitu membekas di hatinya. Mobil yang ia kendarai melewati sebuah kompleks yang masih terlihat terawat sampai saat ini. Senyumnya tercetak sayu di wajah Akasa, ia menghela napas panjang. Di dalam kompleks itu, ia memiliki banyak sekali kenangan bersama orang-orang yang mungkin kini sudah tumbuh dewasa.

"Kak Liora, apa kabar ya dia?" tanyanya pada diri sendiri.

Tiga tahun yang lalu, Liora dan kekasihnya pergi ke luar negeri untuk pendidikan. Tak lama dari itu, keluarga mereka ikut menyusul dan menetap di sana sampai sekarang. Dan teman-teman lainnya... Ah, sudahlah.

ETERNAL PART OF THE SKY ; Kim Sunoo [END]Where stories live. Discover now