17 • KEMBALI BERTEMU?

64 3 0
                                    

HAI HAI HAI 😍

UPDATE LAGIII YEYYY

Jangan lupa tekan tombol bintang, yaa. Timbal baliknya yok!!

ENJOY THIS CHAPTER

HAPPY READING 💌

17 • KEMBALI BERTEMU?

Kata orang, cinta selalu datang tanpa persiapan. Dan mungkin, gue percaya saat ini juga.

~ Devael Helgi Shaidan

•••

Sepertinya memang benar. Hujan adalah salah satu fenomena alam yang mungkin akan ada berbagai macam perasaan. Yang datang, kembali dirasakan atau bahkan bisa saja, juga memberikan cerita yang baru. Setiap rintiknya yang berhasil membasahi permukaan yang ada di bumi ini, memberikan arti sendiri bagi makhluk bumi yang masih diberi kesempatan untuk menikmati. Yang katanya... hujan bisa mengingatkan kita dengan sesuatu, bukan?

Halaman serta area disekitar SMA Bintaria, kini dipenuhi oleh siswa-siswi yang sibuk meneduhkan tubuh mereka agar tidak basah akibat derasnya hujan saat ini. Kepulangan yang biasanya terlihat sangat amat enak untuk dilihat, justru tergantikan dengan berbagai macam suara yang tercampur menjadi satu di sana.

Sembari menunggu hujan reda, Deva beserta empat sahabatnya duduk pada tempat parkir, yang mana hanya tersisa beberapa motor saja di sana. Hawa dingin yang membuat mereka mau tak mau harus memakai jaketnya masing-masing untuk menghangatkan tubuh.

"Ini kapan redanya, dah? Keburu malam. Hujan dari tadi nggak reda-reda perasaan," celetuk Denta. Lelaki yang sejak tadi melihat ke atas, melihat bagaimana langit dengan derasnya mengguyurkan air.

Ale yang tadinya fokus pada buku yang sempat ia pinjam di perpustakaan, kini merespon apa yang dikatakan oleh Denta. "Hujan itu juga salah fenomena yang bisa menguntungkan banyak manusia. Jangan sampai omongan lo bikin rugi orang yang bersyukur jika hujan datang," seloroh Ale. Lelaki itu kembali fokus dengan kegiatannya.

"Hujan menguntungkan?" Iza menyela.

Karena merasa ada hal yang memang perlu dijawab, Ale menyudahi kegiatan membacanya. "Iya, menguntungkan. Itupun tanpa lo sadari."

"Kenapa menguntungkan?" tanya Iza lagi. Terkadang, dirinya memang sedikit tidak paham dengan apa yang dibicarakan oleh Ale. Karena nyatanya, pemikirannya dengan sahabat-sahabatnya pasti jelas beda.

"Lo pernah lihat ojek payung, 'kan? Lo juga pasti pernah lihat petani kalau lagi kekeringan? Dari situ pasti tanpa gue jelasin, lo harusnya udah paham," jelas Ale.

Dilain obrolan mereka, seorang lelaki yang sejak tadi hanya memandang langit dan sekitarnya, membuat Deva terus memandangi Denta.

"Kenapa lo? Buru-buru amat," tanya Deva heran.

Denta membalikkan badannya. Ia ikut duduk pada kursi yang terletak di samping Ale. "Hari ini jam gue part time. Kalau sampai telat lagi, bisa habis gue," respon Denta dengan helaan nafas berat.

DEVAELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang