12 • KISAH YANG ADA, DAN BERMUKIM LEBIH LAMA

103 4 0
                                    

APA KABAR?

Jangan lupa vote dan komen di setiap paragraf, ya. Biar makin mantep 🥰


Selamat membaca 💌

12 • KISAH YANG ADA, DAN BERMUKIM LEBIH LAMA

Katanya, ada orang tidak mudah untuk jatuh cinta. Tapi, bisa dipercayai juga, bahwa dia akan luar biasa ketika melakukannya.

•••

Saat ini, keempat inti Valderon tidak berhenti menelusuri setiap penjuru SMA Bintaria. Sudah hampir jam pulang sekolah tiba, namun Deva sama sekali belum menunjukkan batang hidungnya. Ke-empat remaja tersebut layaknya seperti orang kebingungan. Bahkan tak hanya satu dari siswa-siswi yang melintas tak jauh dari mereka ikut penasaran.

"Ini manusia satu emang nggak ada kesadaran diri, apa, ya?" seloroh Iza. Lelaki itu mengamati setiap siswa yang tertangkap oleh matanya. Barangkali itu adalah Deva.

"Jangan bilang itu anak udah pulang duluan," tebak Denta seraya menguap. Teriknya matahari pada siang hari ini, membuat Denta ingin segera memejamkan mata. Jika sudah terkena hawa seperti ini, bukankah tidur solusinya?

"Emangnya Deva mirip sama lo? Gini dikit izin pulang, badan agak nggak enak izin pulang," celetuk Ale menanggapi dugaan Denta.

"Siap! Si paling tertib." Denta mengangkat tangannya untuk memberi tanda hormat untuk Ale.

"Baru nyadar lo?" tanya Ale sedikit angkuh.

Belum sempat Denta membalas ucapan Ale, suara bel sekolah kini telah berbunyi. Siswa-siswi berhamburan keluar dari kelasnya. Sebagian dari mereka, ada yang masih tinggal di kelas, ada pula yang berlarian menuju gerbang utama.

"Kita mau nungguin sampai kapan?" Iza membuka suara.

"Coba kita cari di rooftop. Siapa tahu dia ada di sana," saran Ale yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari ketiganya.

Menyadari akan saran dari Ale, membuat mereka langsung tersadar. Mengapa tidak dari tadi, Ale memberikan masukan itu? Jika tahu begini, mungkin mereka sudah menemukan Deva. Apalagi ketika mengingat tempat yang Deva sukai di sekolah ini adalah rooftop.

"NGAPAIN NGGAK DARI TADI?!" Iza meninggikan suaranya.

"Lah? Ngapain ngamuk?" Ale melirik sinis ke arah Iza.

"Le? Mungkin kalau lo bukan manusia, lo udah habis gue bejek-bejek," gerutu Iza mengepalkan kedua tangannya di depan wajah Ale.

"Muka spek pangeran mau ditonjok. Nggak kasihan lo?" canda Ale tampak percaya diri.

Denta berekspresi geli ketika mendengar penuturan aneh yang dilontarkan oleh Ale. Ia berfikir, sejak kapan lelaki ini memiliki tingkat kepedean yang melebihi dirinya? "Jangan gini, Le. Bukannya keren, tapi lo malah kelihatan aneh. Nggak cocok dengan kepribadian yang ada dalam diri lo," timpal Denta.

Sedari tadi, Zavi hanya menyimak perdebatan mereka tanpa ada niat untuk menanggapinya. Dirinya juga melirik ke arah sekitar untuk mencari keberadaan Deva. "Lo semua kalau banyak omong, kapan kita kelar?" timpal Zavi ketus.

DEVAELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang