9 • BANGUNAN LAMA YANG KEHILANGAN PENYANGGA

90 5 0
                                    

HAI HAI

JANGAN LUPA UNTUK
VOTE, KOMEN 🥰

SEMOGA SUKA DENGAN BAB INI. AAMIIN ❤️

9 • BANGUNAN LAMA YANG KEHILANGAN PENYANGGA

Bagaimanapun keadaanya, jangan hancur, ya?

•••

"Yang berangkat ke sekolah barengan, udah sampai mana, nih?"

"Mulai go publik, ya?"

Sorakan yang dilontarkan oleh para sahabatnya, membuat Deva menatap mereka tajam. Hal yang selalu ia hindari, justru terjadi lagi. Dirinya paling malas jika sudah berurusan dengan sahabatnya ini. Apalagi menyangkut hal-hal yang menurutnya hanya untuk dirinya saja yang tahu.

Pasalnya, sejak tadi pagi, dirinya mulai memasuki pelataran SMA, tak sedikit dari siswa-siswi Bintaria bersorak heboh tatkala dirinya berjalan dengan seorang gadis. Apalagi Deva beriringan dengan gadis tersebut. Hal itu yang membuat banyak murid di sana berbisik heboh tentangnya.

Seperti sekarang ini, keempat inti Valderon, tak menghentikan aksinya untuk terus menggoda Deva.

"Yang katanya anti gitu-gituan, ya, Za," celetuk Denta dengan dua buah risoles yang berada pada kedua tangannya.

"Kalau makan, makan aja! Kebanyakan omong lo!" tegur Deva dengan suara yang sedikit menyentak. Mungkin dalam satu waktu, dirinya juga berusaha membuat sahabatnya untuk melupakan kejadian tadi pagi.

Sambil mengunyah, Denta membuka suara. "Owang-owang kalau jatuh cinta banyak gengsinya, yo?" ucapnya dengan nada tak jelas, karena terlalu banyak risoles yang masuk ke dalam mulutnya.

"Banyak gengsinya, nggak cepat-cepat untuk mengungkapkan, nanti diambil orang lain duluan bilangnya 'Ngejar-ngejar orang yang nggak tahu keberadaan kita, emang sakit ya.' Padahal dia aja yang nggak mau mengungkapkan," sembur Ale panjang lebar.

Mendengar kalimat yang meluncur bebas dari mulut Ale, Deva berniat membuka suara. "Kalau suka, cukup dipendam aja."

"Lah? Keburu diambil orang, Bos," serobot Iza, sedikit setuju dengan perkataan Ale.

"Jangan mengungkapkan kata suka secara cuma-cuma. Sesuka apapun lo dengan seseorang. Karena, kalau lo udah berani mengungkapkan, dan orang yang lo suka udah tau kalau lo suka sama dia, orang itu bakal seenaknya. Karena mereka merasa, kalau lo sedang mengejar," ungkapnya dengan menyeruput es jeruk yang selalu menjadi minuman kesukaannya.

Kalimat dari Deva, membuat Denta menganggukkan kepala. "Tapi, kalau kita nggak menyatakan, berarti kita juga harus siap dengan konsekuensi mencintai seseorang secara diam-diam. Contohnya, lihat dia sama yang lain. Sudut bibirnya ketarik lebar, tapi hatinya kayak luka diberi garam. Perih, Bro." Denta mengekspresikan dengan amat dramatis. Memegangi dadanya dengan satu tangan.

"Curhat, Mas?" tanya Ale sedikit jail.

"Kenyataan, Bro." Dengan mengambil dua buah risoles lagi. Dengan cepat, lelaki berbadan sedikit berisi itu melahapnya. Bahkan mayonaise yang diisikan di dalamnya sampai memenuhi ujung bibirnya.

"Demi apapun lo kayak orang yang nggak pernah makan satu tahun, Ta!" celetuk Ale, memainkan helaian rambutnya seraya melirik ke seluruh penjuru kantin karena menunggu kedatangan seseorang.

DEVAELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang