16 • REASON WHY?

57 3 0
                                    

HEIYOOOO

JANGAN LUPA TEKAN TOMBOL BINTANG
FEEDBACKNYA YUKKK

ENJOY THIS CHAPTER

Happy reading 💌

16 • REASON WHY?

Kadang kalanya, akan datang perasaan yang terasa sangat menyakitkan, tetapi harus tetap dilalui. Ada juga perasaan yang bisa memberi kesenangan dan mudah sekali untuk muncul. Namun, sulit untuk diraih.

•••

"HORMAT! BUKAN MALAH LIHAT SANA-SINI!!"

Suara melengking dari Bu Bona, membuat tiga siswa yang tengah berdiri di samping tiang bendera itu terkejut. Sudah hampir jam istirahat tiba, namun tidak membuat seorang guru dengan ciri khas membawa sebuah kipas di tangannya itu menghentikan hukumannya kepada mereka yang telah melanggar peraturan sekolah ini.

"IZA! KAMU NGAPAIN TANGANNYA DITARUH SAKU CELANA?! MAU LEBIH BERAT LAGI HUKUMANNYA?!" geram Bu Bona pada Iza. Sejak tadi, murid kesayangannya yang satu ini memang tak henti-hentinya membuat darahnya naik.

"Malu-malu'in, Bu. Dilihatin banyak cewek, masa saya disuruh hormat terus. Panas lagi," keluh Iza menyepelekan Bu Bona. Tak peduli jika guru satu ini menghukumnya lebih parah lagi.

"KAMU BILANG APA, IZA??!!" sentak Bu Bona seraya berteriak.

"Lipstik setebal KBBI ternyata juga mempengaruhi suara, ya?" bisik Denta yang berada di antara Deva dan Iza.

"Lo berdua kalau ngoceh lagi gue tonjok beneran, ya!" ancam Deva yang sejak tadi sangat bosan mendengar perdebatan antara Bu Bona dan kedua sahabatnya.

Ketiga lelaki ini mendapatkan hukuman, karena dengan sengaja tidak memasuki kelas dan mengikuti pembelajaran. Deva beralasan bahwa ban motornya bocor. Sedangkan Denta dan Iza? Kedua lelaki ini beralasan bahwa tubuhnya sedang tidak enak badan. Dan tanpa mereka sadari, seorang siswa—yang diketahui salah satu anggota OSIS, telah melaporkan ketiganya. Deva serta kedua sahabatnya itu, lebih memilih untuk makan dengan santai, disaat teman sekelas sedang pusing-pusingnya menerima materi Bahasa Inggris.

"BISIK-BISIK TERUS! KALIAN DENGAR, TIDAK?!"

"Nggak, Bu."

"Suaranya kurang keras, Bu."

"Dengar, Bu."

Jawaban yang berbeda dari ketiganya, membuat Bu Bona semakin naik pitam.

"Deva, kamu masuk ke kelas duluan! Dua orang ini, biar ibu yang urus!" pinta Bu Bona pada Deva.

"Saya duluan, Bu?" tanya Deva memastikan.

"APA SUARA SAYA KURANG KERAS DITELINGA KALIAN?!"

"I—Iya, siap keras, Bu," jawab Deva terbata-bata. Dan setelahnya, lelaki itu berlari menuju di mana kelasnya berada. Tak mempedulikan bagaimana reaksi kedua sahabatnya yang masih diintrogasi oleh Bu Bona.

"Woi dongo! Curang lo!" teriak Iza tanpa sadar.

Dengan refleks, Denta menampar mulut Iza. "Kalau kata gue, kita harus siap kalau sewaktu-waktu badan kita remuk, Za!"

DEVAELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang