SPESIAL PART?

843 36 4
                                    

Suara langkah kaki kerap terdengar di tengah-tengah gerimis hujan jakarta sore ini. Arsenio menghentikan langkahnya di sebuah danau indah yang tak bosan untuk di lihat.

Jam menunjukkan pukul 3 sore. Di sekitar danau pun sangat sepi, hanya ada Arsenio sendiri disini. Lelaki itu nampak diam tanpa ekspresi, tatapan sayunya terus memandangi keindahan danau di depannya. Sudah hampir 2 menit lelaki itu melamun, hingga akhirnya Arsenio tersadar dan memilih duduk di kursi yang memang di sediakan disana.

Netranya tak lepas menatap beberapa barang milik seseorang, kemudian lelaki itu menghela nafasnya pelan dan menampilkan seulas senyum manisnya.

Barang-barang yang ia bawa adalah barang milik seseorang yang sudah lama pergi meninggalkannya. Meninggalkan ke tempat yang sampai saat ini tidak bisa Arsenio tempuh jaraknya. Gadis itu pergi tanpa ada kata kembali.

"Meika, kamu apa kabar?" Gumamnya, sangat lirih.

Lagi-lagi Arsenio menghela nafas. Setiap kali mengingat Meika, rasa sesak di dada semakin menghirup habis pernafasannya.

Hari ini adalah hari tepat dimana gadis itu memilih untuk mengakhiri hidupnya. Hari yang sangat ingin Arsenio hindari kala itu, namun mustahil baginya. Sudah 7 tahun berlalu, tak terasa semua sudah berubah. Walaupun bertahun-tahun sudah Arsenio lalui dengan ikhlas, namun tak bisa di pungkiri bahwa sesekali ia merasakan rindu yang amat besar. Rindu yang tak akan kunjung usai, dan rindu yang tak akan pernah sampai ke pemiliknya.

Dan tempat ini, tempat yang dahulu pernah ingin Arsenio datangi bersama Meika, namun belum terwujudkan. Arsenio ingin sekali mengajak gadis itu datang kesini, melihat keindahan yang di miliki oleh danau yang sudah sejak dulu ada. Namun, semua harapan itu harus Arsenio kubur dalam-dalam, karena sampai kapanpun Arsenio tidak akan pernah bisa mengajak Meika datang ketempat ini.

Arsenio memandangi sebuah foto palaroid yang berisikan dia dan Meika saat itu. Senyumnya kembali muncul kala melihat betapa lebarnya senyum yang di miliki gadisnya dulu. Senyum yang Arsenio fikir akan terus ia lihat sampai ia tua, dan suara tawa yang selalu Arsenio ingin dengar darinya. Lagi, semua harapannya telah sirna di hari itu.

Tangannya beralih mengambil pita merah milik Meika. Arsenio ingat betul kapan dan dimana ia memberikan pita ini kepada sang pemilik. Saat itu Arsenio memang sengaja membelikan pita ini untuk Meika, karena dari penglihatannya saat itu, Meika menyukai barang-barang yang sangat unik. Sebenarnya masih banyak barang yang Arsenio berikan pada Meika, namun hanya pita merah ini yang sangat membekas untuknya. Pita ini terus menghiasi rambut hitam gadis itu bahkan sampai sang empu menghabiskan nafas terakhirnya.

Rasanya masih sama, sakit, sesak, dan kecewa menjadi satu. Arsenio selalu ingin bangun jika ini adalah mimpi. Ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa sampai saat ini ia masih saja berharap bahwa Meika ada di dekatnya. Namun, apa yang ia bisa? Sesekali Arsenio menyadarkan dirinya bahwa ini adalah takdir yang mungkin adalah jalan terbaik untuknya dan untuk Meika. Gadis itu pergi bukan tanpa alasan, semua orang bahkan bisa mengerti mengapa akhirnya Meika memilih untuk mengakhiri hidupnya tanpa menunggu dijemput terlebih dahulu.

Merasa menyesal tak apa kan? Arsenio terus menyalahkan dirinya sendiri karena gagal untuk menjaga gadis itu.

"Meika, aku rindu kamu,"

"Aku yakin kamu pasti bakal marah setelah dengar ini, tapi aku harus kasih tau kamu. Bulan depan, aku akan menikah Mei..."

"Kamu pasti marah kan?"

Setetes air mata jatuh tanpa izin membasahi pipi cowok itu. Arsenio menunduk sedih, sudah tidak memperdulikan air matanya yang semakin lama semakin deras. Anggap saja Arsenio adalah laki-laki lemah, ia tidak perduli. Tidak ada yang tahu seberat apa ia mencoba bertahan sampai sekarang, tidak ada yang tahu sesulit apa ia menerima kenyataan pahit yang mengharuskannya ikhlas melepas kepergian gadisnya. Semua orang hanya menganggapnya kuat, namun tak ada seorang pun yang melihat seberapa hancur hatinya.

Meika adalah orang paling berharga setelah Bundanya. Gadis itu lah yang berhasil menghancurkan batu yang tertanam pada hatinya. Namun mengapa Tuhan merebutnya? Mengapa Tuhan tak memberikan Arsenio kesempatan untuk menjaganya? Itu adalah pertanyaan yang selalu Arsenio pikirkan setiap malam tiba.

"Mungkin memang ini akhirnya. Aku gak akan pernah lupa sama kamu Mei, tapi izinkan aku buat belajar mencintai Keiza sepenuhnya, sama seperti saat aku mencintai kamu kemarin." Semesta memang segitu lucunya. Arsenio menaruh kembali barang-barang milik Meika ke dalam kotak bewarna pink, kemudian menutupnya lagi.

Lelaki itu mendongak memandangi langit yang masih gelap. Mencoba berharap sekali lagi agar Meika melihatnya dari atas sana. Ia selalu percaya, bahwa selama ini Meika juga merindukannya.

"Aku sayang kamu Meika, selalu seperti itu,"

****

Sore sudah berganti menjadi malam. Arsenio baru saja selesai membersihkan tubuhnya, kemudian lelaki itu membuka lemari pakaian dan mengambil celana pendek dan juga kaos polos bewarna hitam.

Notifikasi pesan masuk mengalihkan pandangannya. Buru-buru Arsenio mengambil ponselnya yang tergeletak kemudian membaca isi pesan dari gadis yang sebentar lagi akan menjadi Istrinya.

Keiza.

Kamu udah sampai rumah? Kalau udah sampai bilang Iya, kalau belum sampai bilang Belum. Oke?👍

Oh iya, gimana tadi? Pasti sekarang kamu udah lega kan karena bisa cerita banyak ke Meika? Aku yakin pasti Meika ngedengerin cerita kamu juga di sana.

Jangan sedih ya Arsen, nanti aku ikut sedih. Meika juga pasti ikutan sedih😔

Aku bobo ah, besok kita ketemu yey😲💋

Arsenio terkekeh kecil membacanya. Keiza sangat lucu, gadis itu selalu menjadi penyemangatnya hingga saat ini. Sangat pengecut untuknya jika terus-menerus berada di tempat yang sama. Gadis itu juga pantas untuk di cintai sepenuh hati.

Arsenio memilih duduk di kursi, kemudian meraih buku diary dan juga pena miliknya. Kemudian jari jemarinya mulai bergerak kesana dan kemari, memperlihatkan bahwa lelaki itu sedang menulis sesuatu.

10 Oktober. Aku masih sangat ingat tanggal itu, aku juga yakin kamu ingat Mei. Saat itu aku tanpa fikir panjang berkata bahwa detik ini kamu adalah milikku. Namun sampai sekarang aku tidak menyesal sudah mengatakannya, karena pada dasarnya, semua kisah kita adalah hal terindah yang aku dapatkan.

Bagaimana kabarmu disana? Akankah kamu juga merindukanku? Aku tidak tahu menahu bagaimana keadaanmu. Kamu masih suka permen lolipop? Aku harap tidak, aku hanya takut gigimu sakit. Kalau gigimu sakit, kamu mengeluh ke siapa?

Mei, kamu sudah tidak menangis lagi kan? Kamu sudah tidak merasa takut lagi kan? Kamu bahagia disana, aku yakin itu. Tapi jangan lupa datang ke mimpiku ya, aku menunggu.

Umurku sekarang 25, seharusnya kamu 24. Hehehe, aku jadi teringat saat memberi kamu kejutan. Galen bilang kamu seharian menanyakan keberadaan ku di sekolah. Pasti kamu khawatir kan sama aku?

Ngomong-ngomong sekolah, aku jadi merindukan masa itu. Aku merindukan pertemuan awal kita. Maaf ya, saat itu aku memarahimu karna kamu ceroboh.

Kamu sangat lucu, kamu menarik, aku menyukai semua hal tentang kamu.

Sebentar lagi aku akan menikah, dulu aku berharap kamulah orangnya. Namun takdir Tuhan tidak semestinya. Keiza sangat menyayangi ku Mei, sama sepertimu. Aku mencintainya, ku harap kamu senang mendengar ini.

Kisah ini ku tutup ya Mei? Memang seharusnya ku tutup sejak dulu, namun aku masih tidak bisa melakukannya. Dan sekarang, aku akan melakukannya. Walaupun kisah kita ini berakhir disini, namamu akan terus tertera rapih dalam ingatan.

Terima kasih atas ceritanya Meika. Aku mencintaimu, selalu mencintaimu. Beristirahatlah dengan tenang, aku berharap kita akan bertemu lagi di kehidupan selanjutnya.

MEIKA [COMPLETED]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن