BAGIAN 22

643 22 0
                                    

Jangan lupa Follow, Vote and Comen ❣️

Selamat membaca ❣️

--------


Arsenio tengah melamun memikirkan tentang Meika di dalam kamarnya. Ia baru saja selesai mandi, lelaki itu melirik jam dinding di kamar yang sudah menunjukkan pukul 12 malam.

Ia membuang nafas malas, kemudian beranjak keluar kamar menuju ruang kerja pribadi Ayahnya. Tadi saat ia pulang, Ayahnya sudah meminta Arsenio untuk menemuinya di ruang kerja untuk berbicara.

Lelaki itu berjalan ke arah ruang kerja pribadi Ayahnya yang tertutup. Kemudian memasuki ruangan itu dengan wajah tenang.

Arsenio duduk di kursi yang berhadapan dengan sang Ayah. Raut wajah Ayahnya yang seperti ini membuat Arsenio tahu jika pria itu pasti akan memarahinya.

"Do you know where your mistake lies?" Tanya Bagas sambil memandang wajah Arsenio yang sedikit memar dibagian sudut bibir karna kemarin terkena pukulan Dean.

Arsenio mengangguk. Ia tahu dimana letak salahnya. Entah darimana Bagas tahu tentang perkelahiannya kemarin bersama Dean di parkiran mall.

"Not only that, akhir-akhir ini juga kamu jarang menghabiskan waktu dirumah. Arsen, listen to me. Saya tidak pernah mengajari kamu menjadi anak yang suka menghabiskan waktu diluar daripada dirumah." Ucap Bagas dengan raut wajah tak bersahabat.

"Tentang perkelahian itu. Jika kamu bertanya darimana saya tahu, tanpa kamu sadari di sana kerabat saya melihat kejadian itu dan langsung melapor kepada saya. Kamu mau membuat nama baik saya rusak Arsen? Kenapa kamu membuang waktu hanya untuk berkelahi?" Tanya Bagas membuat Arsenio membuang nafas pelan.

"Ayah gak perlu tau," Arsenio memejamkan kedua matanya saat Bagas menggebrak meja dengan kencang.

Kilatan marah dari mata Ayahnya tercetak jelas. "I should know, apapun masalah kamu saya harus tau. Berikan saya alasan kenapa kamu bisa berkelahi dengan anak laki-laki itu!" Bagas terus memaksa Arsenio untuk memberi tahu kepada dirinya apa alasan Arsenio berkelahi dengan lelaki itu.

Arsenio hanya diam, ia sama sekali tak berminat menjelaskan kepada Ayahnya yang ia ketahui pasti akan berujung di marahi lagi.

"Yah, please. Ini masalah aku, aku bisa ngatasinnya sendiri tanpa harus campur tangan Ayah. Walaupun aku kasih tau alasannya, Ayah tetep gak bakal ngerti, karna yang punya masalah ini aku, bukan Ayah." Balas Arsenio yang memberanikan diri menatap wajah sang Ayah.

Bagas menggerutu kan giginya. Pria itu benar-benar tidak menyangka anaknya akan seperti ini. Arsenio sekarang berani membalas ucapannya, tidak seperti dulu.

"Like this are you now? Sudah merasa dewasa sekarang? Baiklah, jika itu mau kamu. Tapi, saya tidak mau lagi membiarkan kamu berkelahi dengan orang lain diluar sana. Jangan memperburuk keadaan, you are already big." Arsenio mengangguk singkat lalu keluar dari ruangan Ayahnya.

Sebenarnya ia sudah malas jika pria itu menyuruhnya untuk kesini. Jika bukan di marahi panjang lebar, apalagi yang lelaki itu bicarakan kepadanya?

...

Hari ini adalah hari keberangkatan para siswa olimpiade yang akan berangkat ke Bogor. Arsenio sudah siap dengan penampilannya yang sangat sederhana tetapi tidak mengurangi daya tarik pada dirinya.

Lelaki itu berdiri di tengah-tengah Kandra dan Galen. Kedua sahabatnya akan menemani Arsenio didepan gerbang sekolah yang ramai.

"Seminggu disana lo jangan lupa beliin gue oleh-oleh ya Sen, pokonya bakal gue tagih kalau lo udah balik," Perkataan yang Galen ulang-ulang kepada Arsenio.

MEIKA [COMPLETED]Where stories live. Discover now