BAGIAN 14

648 21 0
                                    

Jangan lupa Follow, Vote and Comen ❣️

Selamat membaca ❣️

----------

"Arsen, buka dulu pintunya nak," Suara Metta--Mamahnya membuat Arsenio yang tengah berkutik pada buku kimia di tangannya pun langsung beranjak membuka pintu kamarnya yang terkunci.

Lelaki dengan penampilan kaos lengan pendek dan celana selututnya itu memandang wajah Mamahnya yang berdiri di depan pintu.

"Kenapa Mah?" Tanya Arsenio.

"Ayahmu menyuruh kamu ke ruang kerjanya, mungkin saja ada yang mau di bicarakan sama kamu." Arsenio akhirnya mengangguk lalu menutup rapat pintu kamarnya. Kemudian lelaki itu menaiki anak tangga menuju lantai tiga dirumahnya.

Dibukanya pintu ruangan kerja milik Ayahnya yang sedang fokus menatap laptop didepannya. Pria itu sangat berkharisma, sama seperti Arsenio. Wajah yang lebih dominan turun ke Arsenio membuat keduanya sama-sama banyak di kagumi.

Arsenio duduk di depan Ayahnya, sedangkan Bagas hanya menatap wajah anaknya dengan raut wajah sedatar mungkin.

"Ekstrakurikuler apa yang kamu ikuti di sekolah?" Tanya Bagas sambil meneguk pelan kopi hitamnya.

"Basket, futsal and melukis." Balas Arsenio membuat Bagas mengangguk-anggukan kepalanya mengerti.

Bagas tak pernah ragu dengan pilihan sang anak selama ini. Ia sangat mempercayai Arsenio, karna Bagas tahu sebesar apa kemampuan yang putranya punya. Selama di prancis pun Arsenio sudah banyak mengalahkan anak-anak murid lain disana, nilai-nilai di bidang akademiknya tak bisa di sepelekan. Anaknya itu berhasil membuat kedua orang tuanya bangga atas keahliannya. Tak salah Bagas mendidik Arsenio dengan caranya sendiri.

"Follow the activities you like, as long as your study time is not disturbed," Arsenio mengangguk sekali tanpa mengekpresikan apapun pada sang Ayah. Ia sudah hafal apa kemauan Ayahnya terhadap dirinya.

Nilai yang tinggi? Tentu. Itu sudah menjadi makanan Arsenio setiap harinya. Di tuntut menjadi sempurna di mata sang Ayah membuat dirinya harus menjadi sosok anak yang sangat ambisius terhadap pendidikan di sekolahnya.

"Ada lagi yang mau di omongin? Aku mau lanjut belajar," Bagas menggeleng kemudian menyuruh Arsenio untuk kembali ke kamarnya melanjutkan kegiatan belajar.

Arsenio kembali duduk di kursi belajarnya, membuka kembali buku-buku tebal tersebut dan mulai fokus membaca. Tetapi baru saja ingin membacanya, suara panggilan masuk dari ponsel mengalihkan pandangan.

Arsenio mengangkat panggilan dari Kandra. Cowok itu mengatakan kalau ia ingin mengajaknya pergi ke tempat balap motor yang lumayan jauh jaraknya. Malam ini Galen ada jadwal balap motor bersama lawannya dari sekolah lain, lelaki itu memang sering kali mengikuti balap liar seperti itu.

"Lo mau ya? Gue gak ada temennya,"

Arsenio hanya bergumam pelan kemudian mematikan panggilannya. Ia harus menyelesaikan kegiatannya dulu sebelum nanti malam akan pergi keluar rumah.

...

Elgara mematikan panggilan video call nya bersama Selly karna tadi gadis itu meminta dirinya untuk ditemani mengobrol dengan alasan ia bosan karna dirumah tidak ada orang.

Cowok itu menaruh ponselnya di atas nakas. Kemudian keluar dari kamar turun dari anak tangga rumahnya.

Elgara menghampiri Papahnya yang tengah berbincang bersama Bundanya. Pria itu sesekali tertawa kecil mendengar cerita istrinya yang Elgara tak tahu apa cerita yang di ceritakan oleh Bundanya.

MEIKA [COMPLETED]Where stories live. Discover now