33. Pergi

188 8 0
                                    

*****
Malam hari telah tiba, Nareca kini sedang berada di dalam kamar kakak nya, Rayen. Lebih tepat nya kakak angkat nya.

Setelah perdebatan yang cukup panjang akhirnya Rayen mau memakai masker wajah yang biasa Nareca pakai pada malam hari.

"Nah kalo gini kan cakep, satu malam lo pake ginian besok nya gue jamin lo bakal cantik" ucap Nareca bangga dengan dirinya setelah memakaikan masker pada wajah Rayen.

Rayen hanya mampu terdiam kaku dengan perasaan yang sedikit dongkol dengan kelakuan adik laknat nya ini.

"Hemm!" Dehem Rayen keras.
Nareca tertawa dibuat nya, sudah ia pastikan mulut Rayen akan susah bergerak bila masker di wajahnya kian mengering.

Wajah Nareca juga sama dilapisi masker, namun karena ia sudah biasa mulutnya dengan leluasa bergerak bahkan sampai tertawa seperti saat ini.

"Ngomong aja kali kak. Lebay banget lo, gitu doang mah apaan" ledek Nareca yang masih tertawa.

Rayen berdecak kesal, ingin sekali ia melepaskan masker ini secara paksa. Namun apalah daya ia hanya ingin menghargai usaha Nareca.

Rayen kembali berdecak ketika melihat Nareca mengambil ponsel nya, lalu mengarahkan kamera kepada nya.

Nareca memotret dirinya dan Rayen dengan pose yang berbeda-beda.

"Gaya kak! Gue berasa kek foto sama patung sumpah. Jempol dong bos" ucap Nareca dengan gaya jempol ala bapak bapak.

Setelah beberapa menit menunggu masker nya kering, keduanya melepaskan masker nya lalu membasuh muka nya dengan air.

Mereka beralih tidur satu ranjang dengan Nareca yang memeluk guling dengan begitu erat.

"Ca" panggil Rayen setelah terdiam cukup lama.

Nareca menoleh kepada kakak nya yang kini duduk di ranjang sambil menatapnya.

"Lo gapapa kan? Perasaan gue ga enak dari tadi" ucap nya dengan raut yang bingung.

Nareca menaikan sebelah alis nya "Insting lo mah ga ada yang bener kak, udah jangan dipikirin. Mungkin cicak lo tuh mati satu" celetuk Nareca menunjuk dinding kamar Rayen.

Rayen mendelik kesal, ia menabok pelan mulut Nareca yang tertawa.
Jika Rayen perhatikan hari ini Nareca tampak beda, tampak lebih ceria dari hari biasanya.

"Kak, lo masih jalan sama si Soraya?" Tanya Nareca mengalihkan pandangannya.

Rayen mengangguk "Kenapa? Mau minta diputusin lagi?

Nareca menggelengkan kepala nya "Ngga, gue cuma minta lo jaga batesan aja sama dia kak. Dia bahaya, lo liat sendiri dia keluar masuk club dengan keadaan yang beda beda"

"Kalo ada gue mending, gue bisa cegah lo. Kalo ga ada gue kan bahaya, bisa bisa Lo masuk jurang nya dia" lanjut Nareca.

Rayen menaikan sebelah alisnya "Lo mau kemana?"

"Perumpamaan kak, aelah" decak Nareca memutar bola mata nya malas.

"Lo jaga diri baik baik ya kak. Jaga juga mama papa, jangan sampe mereka sakit. Kak Dena juga, mau senyinyir apapun dia tetep kakak gue" ujar Nareca tiba-tiba.

"Lo mau kemana si?" Tanya Rayen kesal. Pasalnya ucapan Nareca ini sedikit ngelantur, seolah olah Nareca ini akan pergi sejauh jauh nya.

"Korea jemput jodoh, bye bye kak mau tidur lah gue, ngantuk" ucap Nareca membalikan tubuhnya lalu perlahan mata nya tertutup, dengan keadaan hati yang tidak baik baik saja.

"Ca!"
"Nareca!"
"Oy Pig kiyowo"
"Anjir udah tidur dia"

*****
Kurang lebih pukul 3 dini hari, Nareca terbangun, tidak lama ia terduduk dengan tatapan yang terus tertuju pada Rayen yang tampak pulas terlelap.

Nareca tersenyum tipis, hari ini ia akan meninggalkan keluarga nya. Ia akan meninggalkan rumah yang berisi banyak kenangan masa kecil nya.

Tapi tidak apa, ini demi kebaikannya. Ia percaya pada Tuhan bahwa apa yang terjadi hari ini, itu adalah yang terbaik untuk kelak nanti.

Perlahan kepalanya mendekati Rayen, lalu bibirnya berhenti pada kening kakaknya yang sedikit tertutupi rambut.

"Jangan kangen sama gue ya kak, gue pergi ngga jauh jauh banget kok. Lagian kan beberapa hari lagi gue mau UN, jadi lo bisa ketemu gue di sekolah itupun kalo lo di ijinin masuk" kata Nareca terkekeh dengan ucapannya sendiri.

"Gue pergi ya kak. Gue sayang sama lo, gue sayang sama papa mama, intinya gue sayang kalian. Ga ada niat sedikit pun buat benci kalian, meski beberapa kali kalian nyakitin gue. Tapi berkat didikan kalian, gue bisa jadi pribadi sampe saat ini"

Perlahan Nareca turun dari ranjang, ia menuju kamarnya yang berada di sebelah kamar kakaknya untuk mengambil koper yang sudah ia siapkan.

Matanya menelusuri setiap sudut kamarnya, ia akan sangat rindu dengan kamar yang penuh suka duka nya. Ia bisa menangis sepuasnya disini, ia bisa mencurahkan kekesalannya, kesenangannya, dan banyak hal yang ia lalui di rumah ini tepatnya dikamar ini.

Langkahnya kembali berjalan menuruni tangga dengan cukup pelan, dia akan melewati pintu belakang rumah, yang kunci nya ada di nakas samping pintu.

Perlahan namun pasti, Nareca akhirnya bisa keluar dari rumah ini. Nareca menghela nafas panjang sebelum bergumam "Gue ngga tau ini awal kebahagiaan gue atau awal dari penderitaan gue"

Kaki nya terus melangkah menyusuri trotoar dengan jalanan yang cukup sepi. Nareca tidak tau ia akan pergi kemana, kaki nya terus berjalan dengan pikiran yang entah kemana.

Setelah berjalan cukup jauh, Nareca duduk di sebuah kursi depan ruko, tangannya membuka ponsel yang berada di saku nya.

Tangannya ingin menekan tombol panggilan kepada temannya, namun ia ragu. Dipikirannya ia hanya akan menyusahkan mereka bahkan keluarga nya. Itu tidak akan terjadi, Nareca kembali menutup ponsel nya.

"Gue harus kemana, Tuhan? Rumah paman kayanya ga mungkin, mereka benci banget sama gue" gumam Nareca pasrah.

"Uang segini mungkin cukup buat sewa kost kost an, gue bakal kerja part time mulai saat ini. Semangat ca, lo pasti bisa" ucapnya dengan kaki yang kembali berjalan untuk mencari kost kost an.

Tiba-tiba ia terlonjak kaget ketika mendengar klakson mobil di sampingnya.

"Masuk" ucap seseorang dari dalam setelah membuka kaca mobilnya.

Nareca menautkan kedua alisnya bingung, bagaimana bisa om om ini tau keberadaan nya. Bahkan sekarang dia menyuruhnya masuk ke dalam mobil, untuk apa?

Ahh sudahlah, Nareca tidak memikirkan hal hal yang negatif. Tubuh nya dengan segera masuk ke dalam mobil, dibandingkan berjalan diluar dengan cuaca pagi yang sangat dingin.

"Mau kemana?" Tanya Lucifer setelah melihat Nareca masuk dengan koper yang ia pindahkan ke kursi belakang, tidak ada waktu untuk menaruhnya di bagasi.

Nareca menggelengkan kepalanya, bukannya menjawab Nareca malah memberikan pertanyaan lagi kepada Lucifer "Pak Luci bisa anter saya cari kost an? Kalo bapak sibuk saya bisa turun lagi"

Lucifer menganggukan kepalanya, ia tidak akan bertanya lebih lanjut.
"Saya baru pulang dari perjalanan bisnis" ucap Lucifer ketika melihat raut bingung dari Nareca

Dia menjalankan mobilnya untuk mencari kost an di sekitar perumahannya, kenapa di dekat perumahan nya? Entahlah.

Nareca menganggukan kepalanya tanda mengerti dengan ucapan Lucifer.

"Pak Luci, ada lowongan pekerjaan ngga? Gapapa deh saya jadi pembantu juga"

*****

NARECA Where stories live. Discover now