14. Keadaan Nareca

187 11 0
                                    

**********
"Dengan keluarga pasien?"

"Saya kakaknya dok" ucap Rayen seketika berdiri dari duduknya.

Atha yang mendengar ucapan Rayen memutar bola mata nya malas
"Gimana keadaan nya sekarang dok?"

"Sebelumnya saya sudah mengatakan hati-hati bila ingin bertindak sesuatu, karena luka di punggung nya masih belum cukup kering. Tapi ini ditambah lagi, sepertinya punggung nya terkena benda cukup keras, benar?" Tanya dokter melirik mereka satu persatu.

Semuanya serentak menganggukan kepalanya. Dokter menghela nafas pelan sebelum kembali mengatakan sesuatu.

"Itu mengakibatkan luka nya tidak akan kering dalam waktu dekat. Jadi dia akan dirawat disini dalam beberapa hari kedepan"

Atha menganggukkan kepalanya nya lalu berucap "Apa kami diperbolehkan masuk?"

"Silahkan, kebetulan pasien sudah sadar" ucap dokter lalu berpamitan pergi.

Atha dan yang lainnya masuk ke dalam ruangan dan melihat Nareca yang kini sedang duduk bersandarkan bantal agar punggung nya tidak terlalu sakit.

Nareca belum menyadari bahwa mereka kini sedang menatapnya. Ia hanya menatap keluar jendela dengan pandangan kosong.

"Ca" panggil Atha menepuk pundak Nareca pelan.

Nareca terlonjak kaget, ia menatap Atha dan menatap yang lainnya yang sedang menatapnya bingung.

"Kenapa hem? Gausah mikirin yang ga penting oke. Sekarang Istirahat aja gih" titah Atha setelah berada di samping brangkar Nareca.

Nareca menggelengkan kepala nya "Lo pada pulang aja, gue bisa jaga diri disini" ucapnya kemudian.

"Ca" Rayen ingin menghampiri Nareca namun langkah nya terhenti ketika Nareca memalingkan wajahnya.

"Pergi" ucap Nareca.

"Maaf. Gue minta maaf karna nyakitin lo lagi" kata Rayen menatap Nareca sendu.

"Gue bakal maafin lo, kalo lo putus sama dia, kak" ucap Nareca balik menatap Rayen

Rayen menggelengkan kepalanya "Sorry, untuk itu gue ga bisa ca"

Nareca yang mendengar hal itu hanya menatap kakaknya kecewa. Tidak bisa kah kakaknya menuruti ucapannya kali ini saja.

Nareca tau pacar Rayen itu tidak baik karena ia pernah melihat ia bermesraan dengan pria lain di sebuah club. Ia pertama kali masuk kesana karena dipaksa oleh teman-temannya.

Ia juga pernah mendengar dari mulut dia sendiri bahwa dia yang tak lain pacar nya Rayen tidak mencintainya, melainkan hanya membutuhkan uang nya saja.

Beberapa kali ia bercerita dan terus menjelaskan nya pada Rayen, namun sedikit pun Rayen tidak percaya sebelum pacar nya mengungkapkannya dengan mulut nya sendiri.

Ia takut kakaknya terjerumus pada hal yang tidak baik. Rayen memang sudah dewasa, bisa memilih mana yang benar dan mana yang salah. Tapi takdir selanjutnya tidak ada yang tau. Pacar Rayen bisa saja sewaktu waktu melakukan hal diluar dugaan pada Rayen sendiri.

"It's oky lo bisa pergi" ucap Nareca menunjuk pintu.

"Lo egois ca" ucap Rayen berlalu pergi.

Sebelum Rayen dan teman-temannya benar-benar pergi Nareca terlebih dahulu berucap "Gue egois untuk kebaikan lo kak"

Entah Rayen mendengar nya atau tidak Nareca tidak peduli.

**********
Dilain tempat dua orang dengan setelan kerja nya tengah berbicara di suatu ruangan.

"Kapan anda akan mengungkapkan semua rahasia ini tuan?"

"Di hari aniversary mereka. Ini salah satu hadiah paling mengejutkan dalam sejarah hidup mereka. Dimana anak yang notabe nya anak kandung nya sendiri mereka siksa. Dan mari kita lihat sampai mana penderitaan mereka ketika melihat anak nya berjuang nyawa melawan penyakitnya yang sudah lama tidak mereka ketahui"

"Anda sangat kejam tuan. Tidak kah anda ada sedikit rasa kasihan pada anak itu?"

"Dalam sejarahku tidak ada rasa kasihan, kau sangat tau itu"

Tangan kanan orang tersebut hanya menggelengkan kepalanya. Kenapa ia bisa bekerja pada orang sekejam ini?

**********
Teman-teman Nareca kemarin tidak menjenguknya karena mereka pikir Nareca membutuhkan istirahat yang cukup tanpa diganggu oleh mereka yang tingkahnya nauzubillah.

Jadi mereka memutuskan untuk menjenguknya hari ini.

Nareca yang melihat kedatangan teman-temannya menatap mereka dengan raut senang. Ia bersyukur masih ada orang yang peduli pada nya, meskipun bukan keluarga kandungnya.

"Gimana keadaan lo ca?" Tanya Gea meletakan parsel buah diatas nakas.

"Gue baik-baik aja ge"

"Perasaan emarin-kemarin lo ceria-ceria aja ca, kenapa sekarang jadi ngedadak lemah gini" kata Gio menyaut.

"Lo kira semua orang bisa ceria tiap hari? Ngga bege. Lemah nya juga pasti ada, namanya juga hidup ada senang ada sakitnya juga" ucap Gea menonyor kepala Gio cukup kencang, hingga Gio sedikit terhuyung.

"Adek lucknut" maki Gio pelan. Gea yang masih mendengar makian Gio memelototi nya dengan tajam.

"Lo juga abang gada akhlak" ucap Gea.

"Gue lebih milih Nareca sebagai adek gue daripada lo, udah tubuh kaya kurcaci, idup lagi" hadeuh ucapan Gio ini pedas sangat.

Gea makin menatap Gio tajam lalu beralih menatap Nareca "Ca, emang lo mau punya abang kaya dia? Udah tubuh kaya tower, idup lagi" ucapnya menirukan ucapan Gio tadi.

Nareca menggeleng keras "Ngga mau gue. Bisa-bisa tiap hari gue pingsan liat tingkah dia yang petakilan"

Gio mendelik pada Nareca "Nah udah denger kan lo. Rasain noh tower" ucap Gea menjulurkan lidahnya pada Gio.

Gio memutar bola matanya malas "Lo kurcaci"

"Ehm" dehem Atha menatap teman-teman Nareca tajam.

"Lo pada bisa diem ga?" Ucapnya datar.

"Ngga" kata Gio dan Gea serempak. Sedangkan Zino ia hanya menatap mereka datar dengan tangan yang ia masukan ke dalam saku celananya.

"Nareca mau istirahat" ucap Atha lagi. Kali ini ia menambahkan tekanan dalam setiap kata nya.

"Ya tinggal istirahat" ucap Gio sekenanya.

"Nareca ga bakal bisa istirahat kalo lo pada ga bisa diem" ucap Atha menatap mereka sinis. Lalu beralih menatap Nareca lembut. Ia sedikit menarik selimutnya sampai batas dada Nareca.

"Tidur" ucap Atha mengusap kepala Nareca.

"Wihh! Atha, sejak kapan lo peduli sama Nareca?" Gea kembali melontarkan suaranya.

"Diem!"

Gio dan Gea bergidik ngeri melihat tatapan Atha yang begitu tajam.

"Udah ta. Biarin mereka ngoceh kaya itik. Lagian tadi juga udah istirahat"

"Tadi itu pingsan bukan istirahat" ucap Atha meralat ucapan Nareca. Yang ia tatap hanya cengengesan.

"Lo pingsan ca? Kenapa?" Kali ini Zino yang angkat suara

Nareca mengangguk "Ga sengaja jatoh dan berakhir punggung gue yang kena  kursi tunggu"

Zino menatap dengan selidik, ia sedikit tidak percaya mendengar ucapan Nareca. Namun tidak lama ia menganggukan kepalanya, pura-pura percaya pada ucapan Nareca barusan. Yang terpenting sekarang tidak ada hal serius yang menimpa Nareca.

Brak

"Lo gapapa ca?"

"Santai bro. Lo kaya lagi dikejar dogy anjir"

**********

NARECA Where stories live. Discover now