13. Luka

188 15 3
                                    

**********
Setengah hari ini adalah hari yang cukup membosankan bagi Nareca.

Dari pagi hingga siang ini dia hanya rebahan, membaca novel online, sungguh gabut tanpa ditemani oleh siapa pun.

Ingin keluar tapi ditemani siapa? Ah yang sakit kan punggungnya bukan kaki nya.

Tiba-tiba Nareca tersenyum miring "Gapapa kali ya ngebantah ucapan Atha kali ini aja"

"Gapapa lah. Tapi kalo dia nyariin gimana? Ah bodo amat" monolog Nareca pada dirinya sendiri.

Kemudian ia turun dari brangkar dan berjalan menuju pintu dengan tangan satunya yang membawa botol infusan.

Ketika ia baru membuka pintu, bisa ia lihat Atha berdiri tepat didepan pintu dengan tangan yang melayang ingin memegang knop pintu.

Sepertinya ia pulang terlebih dahulu sebelum kesini, dilihat dari pakaiannya yang tidak memakai seragam sekolah.

"A–atha" ucap Nareca gugup.

"Mau kemana hem?" Tanya Atha menggiring Nareca untuk kembali masuk dan di dudukannya diatas brangkar kembali.

"Niatnya mau ke taman rumah sakit, bosen gue disini terus" ucap Nareca mengerucutkan bibirnya.

"Gue kan udah bilang jangan kemana-mana sebelum gue balik" ucapnya mengusap kepala Nareca.

"Lo lama"

"Yaudah sekarang kita kesana ya" ucap Atha memegang tangan Nareca.

Nareca menggelengkan kepala nya "Ngga. Lo pasti cape pulang sekolah terus kesini"

"Ngga ada kata cape dikamus gue buat lo ca" ucap Atha tersenyum.

"Yuu! Apa mau gue gendong?" Tanya Atha tersenyum miring

Nareca mendelik "Jalan sendiri juga bisa"

Atha mengangguk disertai senyuman miring "Awas aja kalo ngeluh cape. Taman RS lumayan jauh loh ca dari ruangan lo"

Nareca mendelik pada Atha. Kemudian berjalan meninggalkan Atha yang tersenyum tipis. Tidak lama Atha mengikuti Nareca agar dia tidak kenapa-kenapa.

Ditengah perjalanan tiba-tiba Nareca berhenti berjalan. Membuat Atha menghentikan jalannya juga.

"Kenapa?" Tanya Atha menatap Nareca heran.

Lalu ia mengikuti arah pandang Nareca pada ketiga laki-laki yang kini menghampiri nya.

Nareca ingin sekali berbalik namun ia kalah cepat dengan mereka yang kini telah sampai dihadapan nya.

"Ca" panggil salah satu dari mereka terkejut.

Nareca diam tidak menjawab. Ia hanya menatap lawan bicara nya tanpa ada niatan untuk berbicara.

"Ngapain lo disini? Lo kemana aja semalem? Gue khawatir tau ga lo ga ngabarin gue sama sekali" ucap Rayen memegang bahu Nareca.

"Gapapa" hanya dua kalimat yang terlontar dari mulut Nareca.

"Lo sakit?" Tanya Rayen lagi.

"Ngga. Kemarin cuma pingsan doang. Ga usah khawatir, gue baik-baik aja" ucap Nareca tersenyum tipis.

"Lo ga nelpon atau nyariin gue gitu kak? Dari semalem gue nungguin notif dari lo sampe sekarang ga ada sama sekali" ucap Nareca duduk dikursi tunggu diikuti oleh mereka.

"Ponsel gue di ambil sama kak Dena semalem. Baru dikembaliin tadi pagi. Sory ca gue ga nyariin lo. Papa juga larang gue keluar rumah" ucap Rayen menatap Nareca sendu.

Nareca tersenyum getir "Semenyedihkan ini kah hidup gue Tuhan? Papa bahkan ga peduli sama sekali. Dia ga mau tau keadaan gue diluar sana bahaya atau gimana. Yang dia tau letak kesalahan gue dan semua hal buruk yang menyangkut gue"

NARECA حيث تعيش القصص. اكتشف الآن