30. Permasalahan

93 6 0
                                    

*****
Ketiga nya kini dalam satu kamar milik Gea setelah perdebatan panjang antara 2G. Kedua curut ini emang sering banget debat, untung orangtua nya ga ada.

Gio sibuk bermain dengan ponsel nya, sedangkan Gea dan Nareca, keduanya mengobrol dengan ciki dan minuman bersoda di hadapan mereka.

"Eh anjing, apa nih! Wah wah parah" heboh Gio secara tiba-tiba yang menyebabkan dua perempuan di sampingnya tersentak kaget.

"Apa si?" Tanya keduanya setengah sewot.

"Ca, fiks si lo harus liat story ig nya si Atharazka, parah parah banget si ini" ucap Gio yang masih heboh.

"Bacot dah!" Sentak Nareca merebut ponsel di genggaman Gio yang masih menampilkan story Instagram nya Atharazka.

Kenapa Gio ini banyak bacot sekali? Tinggal ngasih ponsel apa ribetnya sih, emang si Giovanna Samsudin ini paling bertele tele.

Nareca melihat di story nya Atharazka terdapat sebuah boomerang yang dimana tangan Atharazka memegang tangan seorang perempuan yang sedang di infus dengan caption 'cepet sembuh cantik'.

Nareca tersenyum tipis, gapapa.

Kemudian ia tertawa terbahak bahak dengan tangan yang memukul pundak Gio.

"Ga habis fikri gue. Bisa bisanya lo mikri  yang iya iya, eh yang ngga ngga ding" ujar Nareca yang masih tertawa.

"Cakap ape lah kau ni" ucap Gea dengan bahasa Melayu.

"Sipapasi paga pasi pasi sipapasi opet" lanjut Gio yang teringat dengan bahasa hewan berjenis opet.

Ketiga nya tertawa, seketika melupakan masalah tadi, namun pertanyaan Gea selanjutnya membuat mereka tersadar kembali, ada apa dengan Nareca?

"Lo ga ada masalah apa apa kan Ca sama tuh cowo?" Tanya Gea kini mode serius.

"Kaga lah, tadi aja dia nelpon gue katanya kangen banget satu hari ga ketemu. Ya mau gimana lagi dia di amanahin buat jaga sepupu nya yang sakit" jelas Nareca.

"Lo ga cemburu gitu liat dia post begituan? Sepupu kok mesra, ups!" Ujar Gio memanas manasi. Emang nih ya dia itu cowo, cuma omongannya ini pedes banget kek tetangga sebelah.

"Ya kalo gue udah biasa, paling sepupu nya yang post beginian biar gue kesel. Emang ya tuh calon ipar paling ngeselin seantero, demen banget bikin semua orang deg degan" ucap Nareca kesal.

Gea dan Gio mengut mangut tanda mengerti namun ucapan Gea selanjutnya membuat ia tersentak "Lo ga nyembunyiin apa apa kan dari kita?"

Nareca mengangguk "Ngga semua nya masalah gue harus kalian tau, gue punya privasi, begitu juga kalian. Gue ngerti kalian juga punya banyak masalah dan gue ga mau dengan adanya masalah gue, kalian jadi nambah terbebani" ucap Nareca tersenyum.

"Gue akui lo pada sahabat ter the best. Gue harap kalian paham, kalo apa yang gue lakuin nanti, itu yang terbaik buat semua orang"

"Gue pulang, udah sore nih" ucap Nareca menatap jam dinding di kamar Gea.

"Iya udah hati hati Ca. Kalo ada apa apa bilang sama kita, jangan diem diem kaya si kulkas" ucap Gio menepuk pundak Nareca pelan.

Nareca mengangguk kemudian pergi dari kamar Gea, menuju gerbang rumah mereka dan berjalan kaki menuju rumah nya.

Perumahan kedua nya sangat dekat, jadi Nareca memutuskan untuk berjalan kaki saja.

Kaki nya mengayun pelan di atas trotoar yang dipenuhi banyak orang. Alih alih berjalan, pikirannya melayang tentang story Atharazka.

Sungguh ia rela menutupi luka nya di hadapan teman temannya. Ia rela hati nya lebih sakit karena berusaha tersenyum meskipun terluka.
Semua itu hanya demi menutupi aib Atharazka. Aib?

Ia mengadahkan kepala nya ke atas hamparan awan awan yang begitu indah. Tangannya memegang erat tali ransel di kedua sisi pinggangnya.

Sakit, tidak ada yang tidak sakit melihat laki laki yang notabe nya pacar, lebih mementingkan perempuan lain dibandingkan dirinya. Nareca paham dia sedang sakit, tapi apa Atha ga sadar kalo Nareca lebih sakit?

Untuk apa semua ini terjalin kalo ngga ada arti apa apa? Nareca hanya ingin bahagia, Tuhan tolong hanya ini permintaan Nareca.

Langkah nya tetap berjalan sampai ia tidak sadar bahwa ia sudah berada di depan rumah nya. Nareca beralih masuk ke dalam kamar dan membersihkan diri dengan berendam cukup lama di bathup.

"Besok check up, lo harus semangat ca. Lo pasti bisa lawan penyakit demi orang orang yang lo sayang" ucapnya menyemangati diri.

Kemudian ia beralih ke tempat kasur untuk tidur, sementara ia hanya ingin melupakan masalah hari ini. Ia hanya ingin istirahat!

*****
Keesokan hari nya Nareca berangkat sekolah seperti biasanya, ia akan ke rumah sakit setelah pulang dari sekolah sesuai jadwal yang di sepakati.

Di perjalanan pulang, ia menggunakan ojek online untuk ke rumah sakit, jarak nya tidak terlalu jauh dari sekolah nya.

Langkahnya menyusuri lorong rumah sakit, pintu ruangan dokter Bryan terlihat dari pandangan nya.

Namun seseorang yang keluar dari ruangan dokter Bryan membuat Nareca sangat terkejut.

Atharazka sama terkejutnya ketika melihat Nareca yang berdiri mematung tidak jauh darinya.

Langkah Nareca perlahan maju melawan ego yang meminta nya untuk pergi dari hadapan pria yang menyakitinya.

Ia sementara akan ke kamar mandi agar Atharazka tidak curiga dengan kedatangan nya menemui dokter Bryan.

"Gimana keadaan Sasya, Ta?"

Sungguh Nareca merutuki ucapannya yang refleks bertanya. Ia tersenyum tipis menatap Atharazka yang kini juga menatapnya.

"Hari ini pulang. Ngapain disini?" Nah kan, pertanyaan yang di hindari Nareca akhirnya keluar dari mulut Atharazka.

"Jenguk temen, gue duluan Ta"
Nareca kembali merutuki ucapannya yang refleks bilang gue.

Ahh bodo amat lah, semoga Atharazka ngga sadar.

Langkahnya ingin berlalu pergi, tapi sebuah tangan menahannya.

"Kenapa?" Tanya Atharazka.

Nareca mencibir dalam hati, kenapa Atharazka seolah olah tidak tau apa apa perihal apa yang di lakukannya.

"Maaf" ucap Nareca sambil menjauhkan tangan Atharazka dari tangannya.

"Kenapa ca?" Tanya Atharazka mengulangi pertanyaannya.

Nareca menghela nafas panjang kemudian tersenyum "Gapapa, kamu balik aja gih Sasya nungguin. Dia lagi sakit jangan ditinggal lama lama"

"Sasya sakit, gue lebih sakit"

Terlihat mata Nareca mulai panas dan sedikit berkaca kaca, hatinya sakit mengatakan hal tadi, yang sebenarnya terjadi ia sakit ia kenapa napa, kenapa semua orang tidak mengerti dengan keadaannya?

Nareca berlalu pergi dari hadapan Atharazka yang dipenuhi rasa bersalah. Dia sangat melihat jelas mata Nareca yang berair, menandakan Nareca akan menangis.

Ia menatap punggung Nareca yang perlahan menghilang di balik tembok.

"Anjirr, cengeng banget lo ca. Gitu doang masa mau nangis. Malu sama dokter Bryan nanti" gerutu Nareca menatap dirinya di pantulan cermin.

Ia menatap mata nya yang meninggalkan bekas seperti sehabis menangis. Padahal matanya tadi cuma berkaca kaca, lebay emang.

Setelah di rasa ia cukup lama di kamar mandi. Ia berjalan menuju ruangan dokter Bryan dan masuk setelah mengetuk pintu.

"Habis nangis?"

*****

NARECA Where stories live. Discover now