28. Lucifer

86 5 1
                                    

*****
"Pak, tungguin pakk!" Teriak Nareca ketika melihat pria tadi berjalan lebih dulu ke dalam rumah nya.

Lantas ia mengikuti langkah pria tadi, di karenakan kaki nya yang sakit ia berlari pelan dengan kaki yang sedikit pincang untuk menyamai langkah lebar pria di depannya.

"Kalo di liat-liat nih bapak bapak keren juga, mana cakep" decak Nareca menatap pria jangkung di hadapannya tanpa berkedip.

Balutan jas kantoran yang pas di badan nya dengan dasi dan sepatu pantofel yang menyertai nya. Jangan lupa wajahnya yang simetris, hidung yang mancung, tatapan mata yang tajam, dan bibir nya tipis, pipinya yang tirus serta rambut yang sedikit berantakan menambah kadar ketampanan nya.

Ahh jika di bayangkan pria ini semacam anime anime yang sering ditonton para wibu.

Nareca yang tidak sadar terus membayangkan pria di hadapannya, menabrak punggung pria ini yang menyebabkan dia kembali pada kenyataan.

"Bawa dia ke kamar tamu, ganti baju nya lalu obati dia" titah pria tadi kepada pelayan yang berdiri tidak jauh dari nya.

"Baik tuan" ucap pelayan itu lalu menghampiri Nareca yang masih mengusap dahi nya yang sakit.

"Mari nona, ikuti saya"

Nareca yang malas berdebat mengikuti langkah pelayan itu menuju kamar tamu.

Setelah melihat wanita yang sempat ia tabrak tadi masuk ke kamar tamu, pria ini melanjutkan langkah nya melewati undakan tangga menuju kamar sang Dady.

Setelah masuk ke dalam kamar Dady nya ia melihat ayah nya terbaring dengan di periksa oleh dokter.

"Gimana keadaan nya dok?" Tanya pria ini dengan langkah menghampiri mereka.

"Tidak ada hal yang serius tuan, ayah anda hanya demam biasa yang menyebabkan ia pingsan tadi"

Setelah mendapat pria di hadapannya mengangguk tanda terimakasih, ia berpamitan pergi dari rumah ini.

"Kau ternyata bisa sakit juga, Dad" ucap Pria yang masih berdiri ini dengan tangan yang ia masukan di saku celana nya.

Anak sialan!

"Dan kau ternyata bisa khawatir juga ya Luc" kata Dady meledek Lucifer dengan raut yang menyebalkan.

"Aku menabrak seorang perempuan Dad, dia sekarang di kamar tamu" jelas Lucifer menghela nafas kasar mengingat kejadian tadi yang tidak di sengaja.

"Fuck! Kenapa tidak langsung di bawa ke rumah sakit, anak ini! Gimana keadaan nya sekarang?" Teriak Dady nya tidak habis pikir dengan Lucifer yang tampak santai.

"Dia hanya mengalami luka kecil di kaki nya Dad. Ck kau sangat berlebihan dia tidak sampai berlumuran darah seperti yang ada di pikiranmu" ucap Lucifer berlalu pergi setelah puas melihat keadaan ayahnya.

"Kau mau kemana Lucifer?"

"Mengecek keadaannya" ujar Lucifer dengan sedikit berteriak.

Ia kembali menuruni tangga untuk ke kamar tamu, terlebih dahulu ia mengetuk pintu yang tertutup. Tidak lama pelayan membuka pintu tersebut dan berpamitan keluar ruangan.

Lucifer masuk ke dalam kamar tamu, lalu melihat Nareca yang duduk di pinggiran ranjang dengan pakaian yang berbeda.

"Udah di obatin?" Tanya Lucifer yang kini duduk di sebelahnya, tidak dekat namun tidak jauh juga.

Nareca tersentak kaget, kenapa hari ini ia keseringan melamun si.

Tatapannya tertuju pada pria dengan dengan lengan kemeja yang di gulung sampai siku.

Nareca mengangguk kemudian menunjuk lutut nya yang di plester.

"Saya akan mengantar kamu ke sekolah" ujar Lucifer. Ia mengira Nareca sedang bersekolah malihat seragam yang di pakai nya tadi.

"Antar saya pulang aja pak, kalo saya ke sekolah lagi yang ada saya tambah sakit" ucap Nareca. Pikirnya saat ia kembali ke sekolah lagi ia akan di beri hukuman atau sanksi oleh guru BK karena telah melukai Rena.

"Tambah sakit?"

"Iya dihukum cuma karna dorong siswi, gitu doang dihukum kan pak, lebay banget emang sekolah saya"

Lucifer membelalakkan mata nya tak percaya mendengar ucapan Nareca. Cuma katanya? Apa dia sehat?

"Yaudah pulang sekarang" ucap Lucifer telak. Ia tidak akan mempersulit keadaan dengan menyangkal ucapan Nareca tadi.

Masa bodo teing ey!

"Loh setelah bapak bikin luka saya, sekarang bapak ngusir saya?" Kata Nareca pura-pura mendramatisir keadaan.

Sebenarnya ia hanya ingin makan, hanya makannn!

"Mau apa? Cek? Uang tunai?" Tanya Lucifer sambil menatap jengah perempuan di sampingnya.

"Astagfirullah! Saya bukan cewe matre yang suka morotin duit om om pedofil, bapak ngga bisa liat ya? Cewe baik baik kaya saya ini patut di kasih gelar ukhti"

Lucifer menatap Nareca tajam lalu berucap "Maksud kamu saya om om pedofil?"

"Nah itu ngaku" Celetuk Nareca tanpa rasa bersalah.

Setelah tersadar tatapan pria disamping nya berbeda, ia menampilkan deretan gigi putih nya disertai cengengesan yang ah entahlah, sulit untuk dijabarkan.

"Kamu mau apa dari saya?" Tanya Lucifer sekali lagi.

"Mau bapak boleh?" Celetuk Nareca dengan alih menggoda Lucifer.

"Saya tunggu kamu di depan sekarang" ucap Lucifer mengalihkan pembicaraan, kemudian berlalu pergi dari kamar Nareca.

Sungguh demi apapun sembunyikan Lucifer dari bumi sekarang juga!
You know? Lucifer saat ini salah tingkah oleh perempuan cerewet seperti Nareca.
Wajar si ini pertama kali nya Lucifer sedekat ini dengan perempuan setelah ibu nya yang tiada beberapa tahun lalu.

Nareca menghentakan kaki nya kesal
"Ck padahal mau banget makan disini, kapan lagi kan gue makan di rumah segede ini. Tapi si om om pedo malah ngusir gue" gerutu Nareca sepanjang jalan.

Sungguh ia sangat kesal saat ini pada om om pedofil macam Lucifer itu tapi cakep si.

Eits tunggu, seragam Nareca ketinggalan!

Lantas Nareca kembali berlari menuju kamar tamu tadi dan mencari seragam nya yang kotor. Setelah menemukan seragamnya yang ternyata ada di keranjang cucian ia mengambilnya lalu membawa nya tanpa bungkusan apapun.

Lucifer yang melihat Nareca mendekat dengan tangan yang membawa seragam lantas berdecak kesal.

"Eh pak! Mau di kemanain itu seragam nya!" Kaget Nareca saat seragamnya di rebut Lucifer.

Ia membelalakkan matanya saat tangan Lucifer beralih membuka penutup tong sampah dan membuang seragam nya di sana.

"Kotor, saya akan membelikannya yang baru" ucap Lucifer beralih masuk ke dalam mobil.

Nareca menghela nafas kasar sebelum membuka pintu mobil pada kursi penumpang, lantas ia menutupnya kembali saat mendengar intupsi dari sang pemilik suara.

"Saya bukan sopir kamu, pindah ke depan"

Tak mau berdebat, Nareca mengikuti perintah Lucifer tanpa berpikir terlebih dahulu.

Setelah menempuh beberapa menit di perjalanan, kini mereka telah sampai di sebuah perbelanjaan kota.

Lucifer keluar dari dalam mobil, cukup lama ia menunggu Nareca keluar dari mobil, namun nihil perempuan cerewet itu tidak kunjung membuka pintu nya.

Lantas Lucifer dengan cepat membuka pintu nya kemudian berucap "Keluar atau saya kunci kamu dari luar?"

*****

NARECA Where stories live. Discover now