4. Siksaan

266 23 3
                                    

**********
Disini dikamar ini Nareca sedang merenungi setiap perkataan papa nya.

Apa benar Atha ini kekasih nya Rena?

Jika iya, apakah Nareca harus menjauhinya? Tidak. Mau sampai kapan pun Nareca tidak akan menjauhi Atha

"Ngga semua perkataan kalian harus gue turuti" gumam Nareca menatap langit-langit kamar.

Tok tok tok

"Permisi nona. Anda dipanggil ke ruang kerja tuan. Permisi" ucap pelayan setelah Nareca membukakan pintunya.

Nareca segera berjalan menuju ruang kerja papa nya.
Setelah masuk ia melihat papa nya sudah duduk dikursi kebesarannya.

"Sudah dipikirkan apa yang saya ucapkan?" Tanya papa menatap Nareca tajam.

Nareca mengangguk.
"Apa keputusan mu? Menjauhi Atha? Baguslah jadi saya tidak perlu repot-repot pasal aset keluarga ini" ucap papa terkekeh.

"Mau sampai kapan pun Reca ga akan jauhin Atha" ucap Nareca telak.

Seketika kekehan papa nya terhenti. Matanya menyorot tajam pada Nareca.

"Apa kau bilang? Kau tidak mau menjauhi Atha? Kau mau mati hah?" Ucap papa menggebrak meja nya.

Nareca terlonjak kaget, nafas nya tercekat oleh serangan dadakan itu.

"Reca ga bisa jauhin orang yang Reca cintai, sulit pa. Papa ngerti kan? Papa juga pasti pernah ngerasain gimana berjauhan sama orang yang papa cintai" Ucap Nareca menatap papa nya yang kini sudah berada dihadapannya.

"Kau mau keluarga ini jatuh miskin? Jika kau menuruti keinginan ku pasti aset itu akan aman, jangan berbuat sesukamu Nareca, pikirkan nasib orang lain juga" bentak papa nya.

"Aset aset aset dan aset. Kapan sih papa mikirin nasib Reca? Seengganya kalo kalian ga bisa bikin Reca bahagia biarin Reca hidup dengan keputusan Reca sendiri, jangan kekang Reca kaya gini pa, Reca cape" bentak Nareca.

"Diam!!" Plak

Satu tamparan mengenai pipi Nareca.
Pagi tadi ia mendapat kan tamparan dari Rena dan kali ini, ia juga mendapatkan tamparan dari papa nya.

"Kamu itu cuma beban. Saya terpaksa mengurus kamu karena keinginan ibu saya" ucap papa nya tanpa beban.

"Bukannya Reca ini anaknya papa? Udah jadi kewajiban papa ngurus reca tapi kenapa papa terpaksa? Reca anak papa tapi Reca terasa asing di kehidupan papa"

Plak

Tamparan kedua kembali mengenai pipi Nareca kali ini disertai cengkaraman di dagu nya.

Papa nya menatap Nareca dengan tatapan benci.

Nareca memejamkan mata nya sejenak, dada nya sesak, hati nya terluka. Perkataan papa nya barusan seolah-olah dia ini bukan siapa-siapa.

"Turuti keinginan saya atau kau mau disiksa hem?" Ancam papa nya mencengkram dagu Nareca kuat.

"Reca ingin bahagia pa. Dan kebahagiaan Reca ada di diri Atha" ucap Nareca terbata.

Papa nya menghempaskan Nareca kuat. Sehingga tubuh Nareca membentur tembok.

"Badan Reca sakit pa" gumam Nareca menitikan air mata nya.

"Saya tidak peduli. Mau badanmu sakit mau kau mati sekalipun aku tidak peduli" bentak papa nya mengambil cambuk dan melemparnya ke badan Nareca.

Nareca diam, memberontak sekalipun ia tidak akan pernah diampuni oleh papa nya.

Fisiknya sakit, batinnya juga sangat sakit. Bila diceritakan sakit yang dirasakan tidak bisa terhitung oleh jari.

NARECA Where stories live. Discover now