6. Tidak memihak

231 22 7
                                    

**********
"Maaf sebelumnya saya mengatakan semua ini. Kanker paru-paru mu kini dalam tahap akhir. Satu ginjal mu rusak, seperti nya perutmu pernah dipukul cukup keras. Dan kini kau juga di diagnosis kanker hati yang sudah memasuki stadium ke-3" ucap dr.Bryan menjelaskan secara singkat.

Setelah mengucapkan hal itu dr.Bryan tidak berhenti untuk menatap Nareca yang kini bersikap biasa saja tanpa beban apapun.

Cover memang tampak biasa. Namun siapa sangka di lubuk hati nya Nareca menjerit tanda menyerah. Ia cukup lelah dengan semua yang menimpanya.

Cobaan apalagi ini Tuhan

"Heyy Ca. Kau baik-baik saja?"

Nareca tersenyum dan mengangguk untuk menyembunyikan kesedihannya.

Ia tidak mungkin menangis di hadapan dokter ini.

"Saya baik-baik saja. Dan saya akan menerima cobaan apapun yang Tuhan berikan, saya percaya bahwa apa yang terjadi saat ini adalah hal baik untuk kehidupan saya kelak nanti" ucap Nareca tersenyum.

Ini bukan pertama kali nya dr.Bryan kagum terhadap Nareca. Bahkan ini yang kesekian kalinya ia dibuat kagum oleh keteguhan Nareca dalam menghadapi kehidupan nya.

"Saya tau kau sangat sedih mendengar kabar ini. Tapi saya ingatkan kembali. Kau harus rutin check up untuk kesehatan mu. Dan dengan segera kau harus mengkonfirmasi surat operasi kanker mu" ujar dr.Bryan

Beberapa minggu lalu rumah sakit ini lebih tepatnya dr.Bryan telah mengajukan surat untuk melakukan operasi bagi Nareca.

Namun keluarga Nareca yang tidak Nareca beri tau, tidak akan pernah menandatangani surat tersebut. Dari Nareca nya sendiri juga tidak ada konfirmasi, dengan alasan tidak mempunyai biaya untuk melakukan operasi.

Nareca menyaut perkataan dokter Bryan "Saya akan berusaha untuk mencukupi biaya operasi saya dok. Namun tidak untuk jangka waktu yang dekat"

dr.Bryan menghela nafas lelah sebelum kembali berucap "Biarkan saya yang akan menanggung biaya operasi kamu ca. Kamu sudah saya anggap sebagai adik saya sendiri jadi diterima ya"

dr.Bryan sudah menawarkan hal ini kepada Nareca beberapa kali, namun Nareca selalu menolaknya seperti kali ini.

"Ngga dok terimakasih. Kalo begitu saya permisi ada urusan lagi yang harus saya lakukan" ucap Nareca pamit undur diri.

Ia berjalan keluar ruangan dengan nafas yang tidak beraturan. Hati nya bergemuruh tanda ia sedang tidak baik-baik saja.

Sejenak ia duduk di kursi tunggu untuk menetralkan nafasnya, tangan nya sedikit gemetar menatap secarik kertas hasil lab tadi.

Kepala nya mendongak berusaha agar air mata nya tidak jatuh.

"Gue cape Tuhan. Ga cukup apa satu penyakit bersarang di tubuh gue dan kini lo nambah penyakit gue lagi. Dan ginjal gue lo ambil juga" lirih Nareca menepuk dada nya yang sakit.

"Kenapa gue hidup kalo lo cuma jadiin gue tempat bersarang nya penyakit. Gue ga kuat lagii untuk nanggung ini semua!!" Jerit Nareca dalam hati.

"Dan kini gue hidup dengan satu ginjal. Lo ga sekuat dulu ca. Lo ga bisa hajar mereka yang ngusik ketenangan lo. Dan lo harus siap dengan rambut rontok, tubuh kurus, dan sakit yang lo rasa kini bertambah" gumam Nareca menitikan air mata nya.

NARECA Where stories live. Discover now