24. Kafe

101 6 0
                                    

*****
Bel pulang berbunyi Nareca segera mengemasi barang-barang nya ke dalam tas untuk segera pulang.

Caterin mengirimkan pesan kepada Nareca bahwa setelah pulang sekolah ia harus mampir ke kafe pinus yang tidak jauh dari rumah nya.

Rencana nya Nareca akan segera menuju kesana dengan bantuan cardigan yang menutupi identitas sekolah nya.

"Jadi pulang bareng yang?" Tanya Nareca yang melihat Atha sibuk dengan ponsel nya.

"Kamu pulang naik angkutan umum dulu ya, maaf aku buru-buru harus jemput Sasya" ucap Atha secara gamblang.

Tidak ada keraguan saat dia mengatakan itu, apa dia tidak memikirkan perasaan Nareca bagaimana?

Nareca cukup menganggukan kepalanya sambil tersenyum "Hati-hati"

"Maaf" gumam Atha mengusap kepalanya. Setelah itu ia pergi menuju motornya.

"Gapapa"

Kemudian Ia berjalan menuju halte bus dan menghentikan taksi disana, lalu pergi menuju kafe pinus.

Sesampainya disana, tidak jauh dari penglihatannya ia melihat Caterin dan Rayen sedang duduk ditemani dengan tiga gelas capuccino.

"Lama?" Tanya Nareca setelah duduk di kursi yang tersedia.

"Udah mendingan?" Bukannya menjawab Caterin kembali menanyakan suatu hal kepada Nareca.

"Udah katee. Lo liat nih gue sehat lilahita'ala. Ya ngga kak?" Tanya nya kepada kakaknya yang dari tadi hanya memperhatikan nya.

"Udah makan?" Nahkan malah nanya balik lagi.

"Apaan udah lah. Lo kira gue bocah makan aja harus di suruh" gerutu Nareca kesal kepada kakaknya.

"Badan kurus gitu mana percaya gue kalo lo udah makan" ucap Rayen melipat kedua tangannya di dada.

Nareca memutar bola mata nya malas kakaknya ini lebay banget. Kaya ga pernah liat Nareca kurus aja. Tiap hari juga Nareca kurus ko siapa bilang gendut.

Tiba-tiba Rayen mengangkat satu tangannya, tidak lama pelayan datang menghampiri meja mereka.

"Roti croissant  2. Lo mau?" Tanya Rayen pada Caterin, namun Caterin menggelengkan kepalanya.

"Baik ditunggu" ucap pelayan tersebut pergi meninggalkan mereka dengan sopan.

Lama mereka diam menunggu pesanan datang. Nareca bingung apa yang harus dibicarakan dalam obrolan ini. Nareca juga tidak tau bahwa mereka akan membicarakan kejadian lusa lalu.

Tidak lama pesanan datang dan Rayen meminta Nareca untuk memakannya.

Mau tidak mau Nareca memakan roti itu. Dosa loh nolak rezeki.

"Lo ada hubungan apa sama Atharazka?"

Nareca menghentikan acara makannya dan kembali menaruh roti nya di piring. Ia menatap kakak nya sejenak kemudian menatap Caterin.

"Lo cerita ka?" Tanya Nareca pada Caterin yang mengangguk.

Nareca menghela nafas panjang sebelum kembali berucap "Ga ada apa-apa"

Nareca mengaduk capuccino nya dengan pandangan yang terus tertuju pada gelas tersebut.

"Ga mungkin lo ga ada apa apa sama dia. Lusa lalu lo sampe nangis kejer liat dia deket sama Sasya" ujar Caterin  yang memang ada benarnya.

Nareca menatap Caterin jengah. Kepo banget deh mereka. Liat aja bisa ngga si gausah ngorek ngorek masalah orang, gerutu Nareca dalam hati.

Tatapan Nareca kini beralih ke kakaknya yang mengangkat satu alis nya.

NARECA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang