32

10.8K 636 30
                                    

Olivia gemetar, saat melihat seringai Alden yang semakin lebar. Gila! ini sangat gila, bagaimana bisa pria itu juga tiba disini.

"Kak Alden, apa yang kamu lakukan. Cepat lepaskan Elios, Kak. Dia bisa mati." Olivia bingung saat ini, ia harus menyelamatkan Elios yang terlihat mencoba mempertahankan kesadarannya atau membujuk Alden agar tidak semakin menggila.

"Bukankah lebih baik dia mati saja? Karna dia membantumu dan membawamu pergi dariku, Olivia." Alden menjambak rambut Elios agar mendongak menatap Olivia. Terlihat Elios mencoba mempertahankan nafasnya yang tersengal.

"Jangan gila kamu, Kak! Lepaskan Elios! apa kamu mau menjadi pembunuh!" Teriak Olivia.

"Ja..ngan... pe..duli..kan... gue.. O...livia... lo... pergi..  a...ja.." Elios terlihat kesusahan untuk mengucapkan seluruh kalimatnya. Olivia bisa langsung tau seberapa ganas kemarahan Alden kali ini. Apa dirinya salah memantik kemarahan Alden kali ini. Padahal yang dirinya inginkan hanyalah kebebasan.

"Calm down baby, kita bisa bicara hal ini dengan lebih menyenangkan." Terlihat kalimat yang manis dan membujuk namun nada suara Alden sarat akan kemarahan yang besar.

Bagaimana pria itu dengan mudah menemukannya. Naraka sudah menutup akses akan kepergian dirinya. Mungkin Olivia terlalu naif, ia menganggap semua rencananya sudah tak ada celah untuk ditemukan oleh pria itu.

"Kamu pasti sangat penasaran bagaimana aku bisa sampai sini dengan mudah. Padahal Naraka sepupu ingusanku itu sudah menutup akses kalian." Kekeh Alden terdengar bagai tawa iblis di telinga Olivia.

"Bagaimana bisa kamu tau?" gumam Olivia yang bisa didengar Alden. Wanita itu terlihat sangat shock.

"Sebentar," balas Alden lalu terdengar bunyi hantaman. Tubuh yang terduduk diatas kloset itu luruh menyentuh lantai kamar mandi. Alden tanpa perasaan menghantamkan tubuh Elios.

Olivia memekik, ia menatap Alden dengan tubuh gemetar. "Kamu gila! Elios, dia gak salah. Tolong jangan bunuh dia. Kamu ingin aku pulang, kan. Aku akan kembali padamu." Olivia memohon. Tubuhnya sudah luruh terduduk didepan pintu kamar mandi.

"Tenang dulu, dia hanya pingsan. Mau mendengar cerita yang lebih seru, bagaimana aku bisa sampai kemari." Alden berjongkok didepan Olivia, menarik dagu wanita itu agar menatapnya, melihat wajahnya yang menyeringai senang.

"Bagaimana kamu bisa kemari?" lirih Olivia frustasi.

***

Mata Alden mengerjap, ia terduduk diatas ranjang. Merenggangkan tubuhnya, ia menatap pada suntikan yang sudah tergeletak diatas lantai. Olivia terlalu naif untuk mengelabuhinya. Apa kekasihnya itu mengira Alden akan semudah itu tumbang dan dibodohi? sayangnya Olivia terlalu naif untuk sosoknya yang penuh kuasa.

"Kelinciku mulai menggigit dengan ganas," kekeh Alden. Ia meraih tabnya. Membiarkan kelincinya itu bahagia untuk semalam tak masalah bukan.

Alden bangkit lalu melangkah menuju lemari, meraih kemeja hitam miliknya. Pria itu pergi menuju garasi, ia akan menemui sepupunya terkasih. Ia akan menemukan Olivia dengan cara apapun. Wanita itu mengira Alden tidak tau jika Naraka lah yang membantu pelarian Olivia. Siapa lagi yang punya pengaruh sebesar dirinya kecuali keluarga Naraka.

Mobil tersebut melaju, namun bukan menuju rumah atau apartemen Naraka. Alden memiliki rencana yang jauh lebih baik dan bisa membuka mulut Naraka dengan mudah. Semua orang memiliki kelemahan bukan, termasuk Naraka.

Cengkraman Alden menguat pada stir mobil, ia tak suka dengan orang-orang yang mengusik dan ikut campur pada hubungan asmaranya. Bahkan orang tua Alden sendiri saja tak berani mengatur asmaranya. Kali ini bocah baru bau kencur ingin mengusiknya, tak akan ia biarkan.

Psychopath ObsessionМесто, где живут истории. Откройте их для себя