🥀 FRIENDZONE 10

30 11 3
                                    

CINDY melakukan panggilan telfon ke Teo

"Yah? Halo Cindy, kenapa?"

"Yah kok kenapa?"

"Eh? Salah yah?"

"Yaudah gua matiin telfonnya." Ngambeknya kepada Teo.

"Loh kok mau dimatiin sih?"

"Yah habis lu malah bilang 'kenapa?' Kayak gak mau telfonan gitu sama gue."

"Hehe sorry Cindy, gua kaget aja karena loh baru kali ini telfon gua, gua senang kok bisa ngobrol begini."

"Hehe sorry juga, gua tadi cuman bercanda kok."

"Hahaha lu bikin panik aja, jadi ada apa gerangan cantik telfon gua?"

"Hehe yah ela ngegombal lagi, hmm gua mau bilang sesuatu, tapi jangan marah yah."

"Hehe kenyataan kok, lu emang cantik tau. Mau ngomong apa btw?"

"Hmmm besok guaaa mau jalan sama Dimas, boleh yah?"

"Yah terserah lu aja sih, itu kan hidup lu, gua gak bisa ngelarang lu, karena kita belum punya hubungan apapun."

"Tao lu nyebelin banget tau, padahal baru tadi nyatain perasaan."

"Eh? Salah lagi yah gua? Sorry bukan itu maksud gua, maksud gua tuh. Lu bebas kok pergi sama siapa aja, karena gua gak ada hak untuk ngelarang lu."

"Kalau gitu gua kasi hak untuk itu." Cindy pun secara terang-terangngan mulai menerima Teo dengan mengatakan kalimat yang dia lontarkan barusan.

"Hahaha terimakasih tawarannya, kalau gitu gua gak biarin lu pergi sama Dimas besok deh."

"Ihh yang ini aja izinin dong, gua janji ini yang terakhir kalinya gua jalan sama dia, please...."

"Tapi gimana kalau lu tambah gak bisa move on sama dia? Gimana kalau dia nembak lu besok?"

"Gua udah bertekat dengan bulat bahwa gua mau move on, lagian dia gak mungkin nembak gua tau."

"Tapi kalau benaran nembak gimana? Lu kan masih suka sama dia."

"Itu ngak mungkin terjadi Teo, lu gak usah pikirin sampai sejauh itu. Palingan kami cuman jalan biasa kok, jangan banyak pikiran yah."

"Hmm...."

"Lu marah Teo?"

"Ngak kok."

"Tu kan marah, maaf, janji deh ini benaran yang terakhir kok, jangan marah yah please, nanti gua gak bisa tidur loh karena mikirin lu yang marah."

"Iya gua gak marah, cuman gitu deh ada yang ngeganjel di hati gua."

"Maaf, gua gak bisa langsung jauhin Dimas, biar gimana pun dia itu sahabat gua dari dulu Teo, gua harap lu gak salah paham yah."

"Iyahh, tapi gua boleh gak gantiin posisi Dimas?"

"Maksudnya gimana?"

"Maksud gua biarkan gua yang antar jemput lu tiap hari, boleh gak?"

"Hmm kita bisa pikirin itu nanti yah?"

"Oh belum bisa yah?"

"Teo....apa gua egois yah? Mending lu gak usah suka sama gua deh Teo, nanti lu nyesel lagi."

"Gak bisa."

"Kenapa?"

"Gua cuman bisa suka sama lu, berapa kali pun gua coba, gua tetap gak bisa hilangin lu di hati gua."

Cindy hanya terdiam membisu setelah mendengarkan Teo berbicara seperti itu. Sepertinya dia dibuat salah tingkah lagi.

"Cindy? Halo...Cindy?"

"Oh sorry, gua tadi bengong."

"Hahaha lu pasti salting kan? Gua tau kok, gua ini memang ganteng."

"Hahahaha apaan sih? Gua baru tau Teo yang selama ini gua kenal senarsis ini yah"

"Hahaha biarin narsis, kalau gak narsis memang siapa yang bakalan muji gua?"

"Hahaha lu kan banyak yang suka, masa sih lu gak pernah dengar pujian gitu, dasar Teo pembohong."

"Yah tetap aja pujian itu gak guna, kalau bukan dilontarkan sama cewek yang gua suka."

"Hahaha jadi lu mau gua puji gitu?"

"Yah kalau bisa sih, tapi gua maunya yang tulus deh."

"Teo, lu itu ganteng tau, hahaha meski lu pasti udah bosan kan dibilangin gini."

"Gak kok, gua suka, gua suka sama pujian lu"

"Apaan sih pembohong gua tutup telfon aja deh"

"Ehh jangan dong...."

Telfon pun terputus. Sepertinya Cindy sudah salah tingkah maksimal.

"Hahaha dasar Cindy diusilin dikit aja langsung merespon begitu, syukurlah gua udah mulai bisa pelan-pelan masuk ke hatinya."

"

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।







FRIENDZONE [PROSES TERBIT]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें