🥀 FRIENDZONE 02

112 13 12
                                    

"KADANG pertengkaran nggak selalu menyakitkan karena bukan pertengkaran yang membuat sakit, tetapi ketika lo mengatakan sesuatu yang membuat orang yang lo sayang sakit hati. Jadi jaga ucapan ya dan berusaha kontrol tiap kata yang keluar dari mulut lo, sekalipun dalam keadaan marah."

Cindy dan Dimas, kedua orang ini telah menjalani manis pahitnya masa-masa SMA. Manisnya karena mereka dapat saling mengerti satu sama lain dan saling melengkapi, meski masih sering bertengkar. Pahitnya karena tak ada kemajuan apa-apa diantara hubungan mereka. Sedangkan salah satu dari mereka telah menaruh hati kepada sahabatnya sendiri.

Cindy dan Dimas terlihat akur, meski perdebatan tak terlewatkan diantara hubungan mereka. Keduanya menjalin hubungan persahabatan setelah kejadiaan dua tahun lalu, yaitu peristiwa keterlambatan sepasang siswa baru di SMA Lentera Bangsa, bahkan mereka terlambat di hari pertama masuk sekolah.

Sebagai hukuman, saat itu mereka diwajibkan menyikat toilet dua kali sehari yang berlangsung hingga seminggu. Akibat sering bertemu mereka secara otomatis menjadi akrab.

Sekarang ini keduanya telah berada di kelas XII dan sekelas. Hubungan mereka menjadi kian dekat, tetapi hanya sebatas sahabat tak lebih dan tak kurang.

🥀

Suara bising dari kendaraan di jalan raya terdengar begitu mengganggu telinga, ditambah sinar mentari yang terik membuat siang itu terasa berat. Apalagi di saat sedang lapar, haus, dan lelah. Begitulah yang dialami oleh beberapa siswa di SMA Lentera Bangsa, dimana SMA itu adalah salah satu SMA favorit di kota tempat tinggal Dimas dan Cindy.

Terlihat seorang wanita sedang berdiri di depan gerbang sekolah SMA Lentera Bangsa. Wanita itu sedang menunggu seseorang sambil memainkan ponselnya.

Tak lama kemudian suara klakson motor berbunyi dari motor milik seorang pria tampan. Pria itu berteriak kepada wanita tadi. Pria itu adalah Dimas Anggara.

"Woy Cindy, Yuk pulang," ucap Dimas.

"Bikin kaget aja lo, gue kira siapa yang teriak," protes Cindy.

"Iya tuan putri, ini gue pangeran Dimas yang mengendarai motor hitamnya, lama ya nunggu gue hmm?" tanya Dimas.

"Lumayan," ucap Cindy dengan senyuman yang terukir di wajahnya. Cindy terlihat senang saat Dimas memasangkannya helm, juga saat Dimas menurunkan footstep untuknya. Mereka lalu pergi bersama meninggalkan sekolah.

Sebenarnya tak hanya hari ini Dimas dan Cindy pulang bersama karena tak ada orang lain yang akan duduk di jok motor milik Dimas selain Cindy, semua tentang Dimas hanya untuk Cindy seorang. Mereka bagai sepasang sepatu yang tak boleh dipisahkan, bagaikan gembok dan kuncinya yang selalu bersama-sama dan tak berdaya jika salah satunya hilang, mereka saling melengkapi satu sama lain.

🥀

Beberapa menit berlalu keduanya masih asik mengobrol diatas motor, tetapi tiba-tiba motor itu berhenti mendadak.

"Eh? Motor lo kenapa lagi?" tanya Cindy.

"Hmm kayaknya bensinnya habis, gue lupa isi tadi, sorry," ucap Dimas penuh penyesalan.

"Ceroboh si lo, jadi kita harus gimana?" tanya Cindy.

"Ya maaf, namanya juga lupa," ucap Dimas memberi alasan kepada Cindy. Kemudian Dimas menyuruh Cindy untuk membantunya mendorong motor.

Sambil mengomel Cindy mulai melakukan tugasnya, mendorong motor milik Dimas dengan sekuat tenaga.

Satu, dua, tiga, empat hingga lima menit berlalu, tetapi motor itu tak kunjung bergerak dan Cindy mulai kelelahan.

Dimas bukannya menyemangati Cindy tetapi malah membuat Cindy kesal, Dimas mengatakan kepada Cindy, bahwa Cindy tak memiliki usaha apapun saat mendorong motor.

Tentu saja Cindy kesal dan membantah perkataan Dimas. "Maksud lo? Padahal dari tadi gue ngedorong motor ini."

"Ngedorong sih ngedorong, tapi dalam fisika kalau bendanya nggak gerak berarti usaha lo itu nggak ada, lo baru ngelakuin usaha saat motor gue gerak, paham lo?" Dimas menjelaskannya dengan panjang lebar.

"Oh... jadi karena gue nggak ada usaha, makanya motor lo nggak gerak? Betul begitu?" tanya Cindy memastikan.

"Yup," ucap Dimas singkat.

"Terus ini apa? Pantas aja motor lo nggak gerak karena lo ngerem motornya kan dari tadi, Dimas bego!!" Cindy mulai mengamuk karena telah diusili oleh Dimas.

Dimas malah melanjutkan penjelasannya tadi. "Oh... kalau itu namanya gaya gesek dalam fisika, gaya gesek itu adalah...," ucap Dimas terpotong karena Cindy tak peduli dengan penjelasannya itu.

"Bodo amat!! Usahalah, gaya geseklah, gue nggak peduli." Cindy mencubit lengan Dimas karena tak tahan lagi dengan ulah Dimas.

Dimas terlihat kesakitan saat Cindy mencubit lengannya dengan keras. Dimas memelas agar Cindy segera berhenti mencubitnya, tetapi Cindy malah menginjak kaki Dimas dan pergi meninggalkan Dimas bersama motornya. Cindy tak ingin lagi membantu Dimas, Cindy menyuruh Dimas mendorong sendiri motornya.

🥀

Kini Cindy dan Dimas telah sampai di tujuan, yaitu rumah Cindy. Terlihat mereka akur kembali.

"Lo nggak mau masuk dulu?" tawar Cindy kepada Dimas.

"Hmm gue mau langsung pulang aja. Next time, ya?" tawar Dimas.

"Okey, lo hati-hati ya di jalan," ucap Cindy sambil tersenyum dan melambaikan tangan kepada Dimas.

"Iya... bye tuan putri," jawab Dimas dengan sedikit gombalannya. Dimas lalu melajukan motornya menjauhi rumah Cindy.

Cindy menatap punggung Dimas hingga tak terlihat. "Dasar manusia nyebelin, selalu aja ngajak ribut, apa pula dengan panggilan tuan putri itu, ada-ada aja lo Dimas, bikin orang berdebar," ucap Cindy salah tingkah karena panggilan sayang Dimas padanya.


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
FRIENDZONE [PROSES TERBIT]Where stories live. Discover now