BAB 26 • Luka dan Kecewa

25.9K 3.7K 1.1K
                                    

MENGETAHUI bahwa ponsel yang ia pegang sekarang adalah pemberian Winter, Ruby segera pamit pada keluarga cowok itu untuk menyusul Winter ke atas.

Ruby tidak bisa naik lift, ia takut terjebak dan tidak bisa keluar dari kotak besi tersebut. Jadi gadis itu memilih menaiki tangga untuk sampai di lantai 2.

Dengan hati riang gembira, Ruby berjalan. Langkahnya ringan, senyumnya terkembang sebelum kemudian senyum itu lenyap dan berganti suara terkesiap ketika ia masuk ke dalam kamar Winter.

"Kak Win ngapain buka baju?"

Winter yang baru saja melepas kaus dalamnya sontak menoleh, cowok itu melotot melihat Ruby yang berdiri di ambang pintu tengah menatapnya polos.

"Ngapain di situ?!" Winter melempar kemeja seragamnya tepat mengenai kepala Ruby membuat gadis itu tidak bisa melihat pemandangannya lagi. "Diem! Jangan di lepas!"

"Oke, tapi Ruby enggak kuat, seragam bos bau asem."

Winter berdecak, ia segera memakai kaus hitam yang sudah ia siapkan sebelumnya. Cowok itu berjalan lalu menarik seragam yang tersangkut di kepala Ruby.

"Yang bau asem itu iler lo," kata Winter. "Ruby, Enggak sopan, ya, masuk ke kamar orang tanpa izin. Ngerti?"

"Ngerti, bos. Tapi Ruby tadi panggil-panggil Kak Win, kok! Sambil ngetuk pintu."

"You didn't knock." Winter menatap tajam.

"Ketuk, kok!"

"No, you just open the door and then..." Winter menjeda, jari telunjuk dan jari tengahnya bergerak seperti hendak mencolok mata Ruby yang berkedip polos. "Get out!" usirnya kemudian.

"Ih Ruby ke sini mau berterima kasih tapi lupa gegara lihat punggung Kak Win." Ruby cengengesan. "Makasih udah beliin Ruby ponsel!"

Winter hanya mengangguk datar, hendak berjalan ketika Ruby menahan pergelangan tangannya cukup kuat sampai Winter kembali menoleh dan-

"Ngapain?!" Winter menatap tajam Ruby sambil memegangi pipinya yang baru saja Ruby kecup.

"Ruby suka cium pipi Papa Ruby sebagai ucapan terima kasih."

"Gue bukan bapak lo!"

"Iya bukan, tapi Ruby kan sayang sama Kak Win, jadi Ruby cium."

Winter hendak menjawab tetapi melihat mata Ruby yang perlahan memerah berlapis air, cowok itu terdiam.

"Kak Winter, makasih udah sayang sama Ruby."

Winter melotot. "Gue-"

"Makasih udah baik dan peduli sama Ruby, makasih udah mau nemenin Ruby. Makasih juga karena udah ajak Ruby ke rumah Kak Win, kenalan sama Mami Papi, Erhan Erfan, Ruby jadi enggak ngerasa sendiri lagi." Ruby berujar dengan suara menahan tangis meski bibirnya membentuk senyum manis. "Ruby enggak tahu, gimana nasib Ruby kalo enggak ketemu Kak Winter. Maaf, Ruby selalu bikin Kak Win repot, emosi, marah-marah, maaf juga Ruby belum bisa balas semua kebaikan kak Win."

"Belajar yang bener, jadi cewek pinter, itu cara balas semua yang udah gue kasih sama lo. Paham?"

Ruby mengangguk. "Paham bos, Ruby mau jadi cewek pintar biar bisa pacaran sama Bos!"

Winter menghela napas, ia bergerak ke nakas untuk membawa tisu lalu satu tangan cowok itu menjepit dagu Ruby agar kepala gadis itu sedikit terdongak.

"Dengar...." Winter berujar sambil menatap mata Ruby, cowok itu menyeka air yang masih tersisa di mata gadis pendek di depannya. "Jadilah cewek pintar, supaya lo enggak gampang di bodoh-bodohi, supaya lo di hargai, di kagumi. Jadi cewek cerdas buat diri sendiri, bukan buat gue."

Naughty Princess and The Boss (SELESAI)Where stories live. Discover now