Ada beberapa panggilan dari Eno beberapa saat lalu dan tak sempat ditanggapi. Ini membuat Naruto sedikit waspada karena tidak biasanya wanita tua tersebut melakukan panggilan berkali-kali, kecuali sedang terjadi hal yang buruk.

"Ada apa? Terjadi sesuatu?"

Eno belum mengucapkan sepatah-kata, dan Naruto telah menerjang sesegera mungkin setiba di rumah.

"Begini, Tuan. Tadi saat pergi menjemput, saya tidak menemukan keberadaan Nona Erika di sekolah. Nomornya juga tidak bisa dihubungi."

Alis Naruto mulai menaut cukup dalam. "Tidak ada? Sudah memastikannya di seluruh sekolah?"

"Sudah, Tuan. Dan ada yang berkata, Nona Erika sempat menunggu di tempat biasa. Tapi, saat saya tiba, Nona sudah tidak ada di sana."

Naruto menjadi berpikir keras. Lagi-lagi, Erika melakukan hal yang tidak biasanya. Apa dia pergi secara diam-diam ke tempat Hinata? Naruto sudah meminta agar sang anak tidak mengulanginya.

"Apa Nona pergi ke tempat Guru Hinata lagi?"

Panjang, Naruto mengebuskan napas. Cukup ragu baginya untuk menyetujui pertanyaan yang diajukan, meski memang, ia pun berpikir yang sama. Terutama, Hinata ... entahlah, Naruto tidak mengerti apa yang ia rasakan saat membayangkan wanita tersebut.

"Apa perlu saya pergi mengeceknya, Tuan?"

Naruto menatap dalam diam, lalu menggeleng pelan. Eno sudah cukup rentan. Naruto tidak begitu tega untuk membuat wanita setua dia untuk keluar terlalu banyak.

"Tak perlu. Biar aku yang pergi."

.

.

.

Perhentian akhir kendaraan beroda empat menghantar sang empunya untuk saling berhadapan bersama sebuah bangunan yang menjadi tujuan dari kedatangan.

Tujuan Naruto kali ini hanyalah bertemu dengan orang-orang yang sudah dikenali. Beruntung, ketika baru saja menoleh pada satu sisi, seseorang sudah terlihat dan memanggil ia untuk menyapa.

"Naruto?"

Suran sedikit kesulitan dengan bawaan dalam pelukan. Alhasil, si pria memutuskan berjalan mendekat, sekaligus memberi bantuan guna meletakan barang tersebut ke tempat yang diinginkan.

Kali ini, mereka sedang berada di ruang pribadi Suran. Ada rasa heran yang sedikit Naruto rasakan tatkala tak menemukan apa yang diharapkan.

"Ada apa?" Menyadari gelagat sang pria, Suran sempat ikut memandang sekitar. "Kau memiliki keperluan lain?"

Dengan bergulirnya sang samudra untuk mempertemukan tatapan, Naruto membalas. "Apa Erika tidak ada di sini?"

Raut Suran telah berubah bingung. Seingatnya, ketika ia tiba beberapa saat lalu, tak ada kehadiran si gadis kecil di sana. "Entahlah. Aku juga belum begitu lama sampai karena ada urusan di luar. Tapi, sejak tadi aku tidak melihat Erika."

Ia menangkap perubahan pada garis wajah si lelaki. Naruto tampak terkejut.

"Sepertinya, Hinata juga belum kembali dari mengantar pesanan pakaian. Mungkin, Erika ikut dengannya."  Lalu, Suran mengeluarkan ponsel. "Aku akan menghubunginya."

Suran menunggu tanggapan. Tapi, hanya suara operator yang terdengar.

"Nomornya tidak aktif. Apa kau sudah menghubungi Erika?"

"Ya. Nomornya juga tidak bisa dihubungi."

Suran bergumam pelan. Tidak enak rasanya membuat seseorang hanya berdiri begitu saja. "Duduklah dulu, Naruto. Tunggu Hinata saja, mungkin dia sudah dalam perjalanan kemari."

With You: A Faux Pas? [ NaruHina ] ✔Where stories live. Discover now