5

1.5K 216 22
                                    

Sebulan Kemudian

Semua sudah selesai dirapikan. Beberapa alat yang diperlu telah masuk ke dalam tas dan siap untuk dibawa pergi bersama.

Kegiatan berkemah yang akan terlaksana tiga hari kedepan adalah alasan mengapa Hinata sudah mempersiapkan segala hal sejak semalam. Tinggal harus berangkat ke sekolah agar bisa naik bus yang akan menjadi transportasi utama kepergian.

Berada di tingkat akhir, membuat mereka diberi kesempatan untuk menikmati kegiatan rekreasi di luar sekolah. Karena ini adalah yang pertama bagi Hinata, tentu saja ia ikut merasa bersemangat untuk ikut serta.

Beberapa saat lalu, Rin telah memberi pesan jika dirinya telah berada di lapangan sekolah. Hinata lekas pergi dan benar-benar mendapati keberadaan sang sahabat yang sedang duduk manis di sebuah bangku dekat lapangan depan gedung.

Ketika menghampiri, Hinata dibuat sedikit heran dengan gelagat Rin yang tampak tak begitu semangat.

Penasaran, Hinata mempertanyakan. "Rin, ada apa?"

Sang gadis berambut pendek hanya menoleh dan mendengus pelan. "Bukan apa-apa. Hanya masalah kecil."

"Masalah?" Hinata memposisikan diri agar bisa saling berhadapan.

"Aku sedang bertengkar dengan Naruto. Entah mengapa, akhir-akhir ini dia terasa mengesalkan." Rin membalas tatapan. "Aku curiga dia selingkuh dariku."

Mendadak saja, seperti ada batu kecil yang terlempar dan menghantam dada Hinata. Memang, dirinya tak memiliki hubungan apa pun bersama Naruto meski selepas insiden lalu, hanya saja, ia tetap merasa sedikit tersinggung dan mulai gelisah.

"Ke-Kenapa kau bisa berpikir seperti itu?"

Rin merogoh pelan sebuah ponsel dan memperlihatkan komunikasi terakhir -- berupa pesan-pesan yang ia dan Naruto lakukan semalam.

"Lihat? Dia tak seperti dulu." Rin menarik kembali setelah Hinata selesai membaca apa yang ingin diperlihatkan.

"Naruto terasa mulai menjaga jarak denganku. Dia sering membatalkan janji dan selalu banyak alasan ketika aku memberi ajakan untuk pergi bersama. Gelagatnya persis sekali seperti para peselingkuh di luar sana."

"Mungkin saja dia sedang sibuk."

"Sibuk apa? Turnamennya sudah selesai. Kegiatan apa lagi yang harus membuatnya kehabisan waktu hingga tak bisa meluangkan diri bersama kekasih sendiri?" Rin menarik napas panjang. "Jika memang tak merasa cocok lagi, setidaknya, dia harus menyelesaikan semua dengan cara yang benar. Bukan malah bersikap menyebalkan seperti ini."

Alis Hinata harus mengernyit kecil. Kata 'menyelesaikan' yang baru saja sang sahabat lontarkan, sangat menarik perhatiannya. "Apa maksudmu?"

Bersama mata yang menyorot kehampaan, Rin memalingkan wajah ke depan. "Maksudku, aku tak akan memaksakan sebuah hubungan jika Naruto sudah tak lagi menginginkannya. Aku memiliki perasaan yang dalam padanya, tapi bila hanya salah satu pihak yang menikmati kebersamaan, semua sama saja dengan bohong. Naruto tak harus memaksakan ikatan jika memang ingin berhenti. Aku hanya kesal dia tak bisa jujur."

"Rin, jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan."

"Lalu, aku harus bagaimana? Naruto yang belakangan ini, membuatku merasa timpang."

Mereka terdiam. Hinata ikut tak tahu lagi harus memberi tanggapan seperti apa. Ingin hati untuk memberi ungkapan lebih sebagai bentuk penenangan, namun, semakin dalam Hinata berpikir, semakin pula ia merasa tak pantas.

Untung saja, mereka disadarkan oleh panggilan dari salah satu guru yang akan mengawasi perjalanan, dan mendapat komando agar bersiap serta mengambil bagian untuk masuk ke dalam bus.

With You: A Faux Pas? [ NaruHina ] ✔Where stories live. Discover now