9

1.3K 218 21
                                    

Terima kasih untuk partisipasi kalian di chapter sebelumnya. Jangan bosan-bosan memberi dukungan, ya, biar saya tetap semangat untuk berkarya ^^

Yang belum follow, boleh follow biar kalian tidak ketinggalan info semisal ada cerita terbaru.

.

.

.

- Happy Reading -

.

.

.

"Ambil bolanya!"

Seorang dari sisi kiri berteriak cukup keras.

Bunyi khas dari sentuhan lengan dan bola, membawa benda yang menjadi pemeran utama permainan -- kembali naik ke atas dan mengarah pada seorang tosser andalan dekat net, lalu akan dioperkan lagi untuk menerima hantaman puncak dari tangan yang akan melakukan smash guna merobohkan pertahanan lawan.

Pukulan telak terlaksana dengan cukup baik, akan tetapi, masih kurang ampuh untuk melumpuhkan lengan-lengan yang menjadi penghadang. Alhasil, bola melayang ke arah belakang dan berusaha keras dikejar agar poin tak jatuh ke tangan lawan.

Sayang, meski telah mencoba sebisa mungkin, Naruto tetap tak berhasil meraihnya.

Pluit berbunyi, menandakan penambahan skor lagi bagi orang-orang di tim lain.

21-15. Rentangan  yang lumayan jauh untuk babak kedua -- dengan permainan pertama yang juga telah dimenangkan oleh kelompok lawan.

Beberapa orang mendesah serempak dan sebagian menggeleng pelan.

Tidak biasanya permainan mereka sebegitu buruk, apalagi, saingan kali ini adalah segelintir junior yang seharusnya menerima pelatihan dari para senior.

Namun, bukannya memberi contoh yang memuaskan, yang tampak malah mereka sedang mempermalukan diri sendiri.

Semua pandangan sedang tertuju pada salah satu pemain. Segala kekacauan berasal dari seseorang yang seharusnya menjadi unggulan di antara mereka.

"Naruto, ada apa denganmu? Akhir-akhir ini, permainanmu sangat buruk."

Naruto sadar hal itu. Terlalu mengerti jika dirinya tak dalam situasi memadai dan konsentrasi yang terpecah.

Sembari memegang bola dengan tangan kanan, ia berjalan mendekat dan kembali masuk dalam lapangan.

Kiba tengah memandang dengan sorot setengah kesal dan penasaran, pasalnya, Naruto tampak sedang memiliki masalah serius yang sepertinya tak bisa dianggap remeh.

"Kau baik-baik saja?" Yang terjadi, meski kecewa, Kiba tetap khawatir. "Kau terlihat kurang sehat."

Naruto hanya menggeleng singkat. "Tak apa. Hanya kurang tidur."

"Kalau begitu, istirahat saja. Jangan memaksakan diri. Ini hanya sekadar pelatihan kecil untuk para junior, bukan pertandingan sungguhan. Kau terlihat sangat lelah."

Komentar Kiba mungkin memang ada benarnya. Naruto sedang berada dalam kondisi kurang fit dan -- jujur saja -- sangat butuh istirahat banyak. Beberapa hari ini, dirinya sering begadang dan melakukan pola hidup kurang sehat lainnya. Itulah mengapa, tubuhnya seperti sedang memberi peringatan jika ia telah berada pada batas kemampuan.

Setelah memberi sedikit kata per kata sebagai penyemangat bagi yang lain, Naruto putuskan untuk keluar dari permainan.

Hari telah mencapai senja ketika ia menapaki langkah di dekat area halaman depan gedung sekolah. Saat hendak mencapai tempat parkir, Naruto kembali memundurkan langkah ketika menangkap siluet yang dikenali di sekitar samping parkiran khusus sepeda yang sudah hampir kosong.

With You: A Faux Pas? [ NaruHina ] ✔Where stories live. Discover now