18

1.1K 204 41
                                    

Rasanya menjadi sulit untuk diterima. Bahkan, bila bisa memilih, Hinata takkan mau mempercayai ini semua.

Bertahun-tahun lamanya ia hidup dalam ketekunan dan keteguhan -- penegasan jika luka yang telah membuatnya merasakan sakit luar biasa, takkan ingin ditemui lagi seumur hidup.

Tetapi, ... kenapa? Kenapa ini harus terjadi?

Kenapa saat ia tahu jika dirinya mulai membaik, mereka harus dihadapkan dalam situasi yang tak disangka sama sekali?

Beberapa waktu lalu di acara reuni Suran, pertemuan bersama Naruto adalah hal yang pertama ia doakan agar tak terjadi kembali di kemudian hari. Karena bohong jika Hinata telah mampu melaluinya dengan lapang dan menerima keadaan.

Ada yang berkata, 'dia yang pertama, adalah dia yang paling mampu mengikatmu pada ingatan abadi'. Semua yang berawal dari kata 'pertama' merupakan sesuatu yang terpatri secara paten -- meski sekuat apa pun ingin dolupakan.

Naruto adalah yang pertama baginya. Cinta pertama, hubungan pertama, orang pertama, serta, segala hal pertama dalam hidup Hinata -- hampir sebagian besar adalah Naruto.

Setelah segala perpisahan terjadi, Hinata telah mengenal apa itu neraka. Bukan karena tak bisa melewatinya tanpa Naruto, namun, ketika kau percaya telah mendapat sebuah perhentian dan kepastian, namun ternyata, sesuatu yang kau anggap sebagai jawaban malah berbalik menawarkan sebuah keretakan, jika ada kata yang dapat melampaui rusak, mungkin Hinata bisa menggunakannya sebagai pencetus kenyataan.

Dan sekarang, saat Hinata telah berhasil secara perlahan untuk bangkit, dunia bodoh ini malah membawa ia di sini, kembali berhadapan dengan penyebab segala sesak.

"Hinata ..."

Ketika mulut itu menyebut namanya masih dengan begitu fasih seperti dulu, tak kuasa, Hinata menahan napas.

"... apa yang--"

"Maaf. Sepertinya, a-aku salah alamat. Aku akan pergi--"

"Apa kau datang sebagai pengganti guru les yang sebelumnya?"

Begitu mengejutkan. Hinata menjadi gugup ketika alasannya sedang dipertanyakan.

Maksudnya, jelas Hinata salah tempat. Dari data yang ia terima, di sana tertulis bila pelanggannya merupakan seseorang dari keluarga Alexander, bukan Namikaze.

Tapi, yang membuat Hinata semakin tak paham lagi, mengapa Naruto bisa tahu mengenai maksud kedatangannya?

"Sabaku Matsuri, benar?"

Serta, Hinata dibuat menelan ludah ketika Naruto juga mengenal Matsuri.

"Kau datang untuk menggantikannya, 'benar?"

"Ba--gaimana--"

"Semalam, dia menghubungi dan mengatakan jika kedatangannya akan digantikan oleh yang lain."

Tunggu, jadi ... apa benar Naruto yang meminta jasa?

"Tapi, keluarga Alexander ..." Hinata tak melanjutkan ucapan. Cara Naruto menatap saat ini terlalu mampu membuatnya bungkam.

"Mungkin, akan lebih baik bila kita membicarakannya di dalam."

Pintu dibuka kian lebar. Terbesit keraguan dalam diri Hinata untuk menurut.

Saat ini, ada banyak hal yang mengisi pikirannya tanpa bisa dibendung. Ini bukan hanya masalah Naruto yang memesan jasa saja, tapi juga--

"Masuklah, Hinata."

Meski masih merasa tak nyaman, Hinata masuk dan mengambil tempat pada dudukan yang tersedia.

Rumah ini terlihat cukup luas. Tak henti-henti Hinata melayangkan mata untuk memandang sekitar.

With You: A Faux Pas? [ NaruHina ] ✔Where stories live. Discover now