23

985 174 6
                                    

Sebuah dus berisikan peralatan desain -- terjatuh dan berhamburan ke lantai begitu saja.

Helaan napas tak sanggup ditahan. Bagaimana tidak? Sejak tadi, Hinata sudah menghabiskan banyak waktu untuk membuat ruangan menjadi tak begitu pengap, dan kini kembali berantakan.

"Hinata, yakin kau baik-baik saja? Belakangan, kau terlihat tak seperti biasanya."

Sembari membereskan, Hinata menghela napas dan menggeleng. "Tidak ada apa-apa."

"Kalau merasa tak sehat, tak perlu memaksakan diri masuk kerja. Kau bisa beristirahat di rumah."

"Wah, kau sangat perhatian," Hinata menjawabnya dengan nada candaan.

"Aku serius."

Setelah mengambil ancang-ancang, Hinata berhasil berdiri tegak bersama dus besar dalam dekapan.

"Aku juga serius. Aku hanya sedikit lelah."

"Itulah alasan kenapa aku memintamu untuk istirahat. Kau tahu, di sini tak ada asuransi kesehatan jika kau jatuh sakit dan harus menjalani perawatan yang serius."

"Kau memintaku masuk rumah sakit?!"

"Bukan begitu, tapi, ada baiknya mencegah dari pada mengobati."

"Aku tahu, aku tahu ..." Seolah tak begitu menganggap penting perkataan Suran, Hinata lanjut melakukan pekerjaan.

"Seperti biasa, keras kepala."

"Kadang, menjadi keras adalah satu-satunya cara untuk menyembunyikan segala kelemahan." Hinata tersenyum ketika mendapati Suran memandang heran padanya. "Menjadi kuat tak hanya dilihat dari seberapa jauh usaha untuk melakukannya, tapi juga seberapa mampu kau bisa bertahan."

"Aku tak paham apa yang kau katakan."

"Tak perlu paham, cukup menyadarinya saja."

"Kau mulai terlihat seperti ibu-ibu yang memiliki konflik rumahtangga." Suran melangkah mundur ketika Hinata melintas di hadapannya.

Ketika baru saja beristirahat, perhatian mereka diambil alih oleh seorang pegawai yang memberi ketukan pada pintu, dan memberi kabar bila ada yang mencari.

Orang tersebut ada di sana; sedang berdiri di ruang depan sembari menopang lengan di dada. Gerakan Hinata sempat terhenti ketika mendapati pribadi lain yang datang bersamanya. Sosok itulah yang lebih dulu memberi sapaan.

"Hinata!"

Senyuman teduh khas seorang Hinata ditampilkan. Ia mendekat dan saling berhadapan bersama dua orang tersebut.

"Bagaimana? Apakah bisa selesai? Aku tidak akan memberi toleransi lagi untuk sebuah alasan seandainya kau tidak sempat menyelesaikannya."

Sebuah gaun yang terlipat rapi serta dibungkus sedemikian rupa -- disodorkan dengan santun.

"Aku sudah menyelesaikannya. Anda bisa mencoba terlebih dahulu untuk mengecek."

Tanpa berbelit, benda di tangan Hinata telah berpindah. Beberapa menit menunggu wanita tersebut menggunakan ruang ganti -- sebelum ia kembali keluar dengan senyuman di wajah.

"Aku suka. Ini sudah jauh lebih baik dari yang sebelumnya."

Syukurlah.

"Seandainya sejak awal hasil yang didapati seperti ini, mungkin kita tak perlu saling berselisih lebih dulu."

Dari sudut ruangan, Suran mendengus diam-diam.

"Baiklah, aku terima yang ini. Tolong, bungkuskan."

Seorang pegawai lain segera menghampiri dan mengambil alih.

With You: A Faux Pas? [ NaruHina ] ✔Onde histórias criam vida. Descubra agora