32

909 183 48
                                    

Terima kasih sudah bersedia menyempatkan waktu untuk memberi vote dan komen di chapter sebelumnya. Saya jadi semangat untuk melanjutkan cerita ini lebih cepat ^^




_____________________

"Naruto, apa rahasia paling besar yang kau simpan?"

"Hinata, ..."

____________________






Kushina tidak mengerti apa yang sedang terjadi, tetapi, ketika kediaman tempat tinggalnya didatangi seseorang, raut wanita dewasa tersebut langsung berubah khawatir saat dihadapkan wajah sedih Sasame.

Ingatan Kushina mengarah pada kejadian hadirnya Hinata di ruangan Erika kemarin.

Maka, ia membimbing Sasame untuk masuk.

"Ada apa, Sasame?"

"Bibi ..." Dengan begitu memelas, Sasame memandangi sosok di hadapannya.

Sungguh, ia tak menyangka jika Naruto bisa melontarkan ucapan sekasar itu hanya karena dirinya sedang mencoba memberi pengertian yang baik.

Seharusnya, Naruto bisa mengerti.

Tetapi, respon yang dilakukan -- sangat-sangat membuat Sasame merasa terpukul.

"Kenapa? Terjadi sesuatu yang buruk?" Kushina kembali mempertanyakan. "Katakan jika ada yang menganggumu."

Hinata. Sasame sangat ingin menyerukan nama tersebut dengan lantang. Selama beberapa waktu ini, ia selalu terganggu dengan eksistensi perempuan itu.

Sasame pernah mendengar sebuah ungkapan; 'musuh terberat adalah dia yang berasal dari masa lalu'. Hal ini menghantar dirinya pada semua kebersamaan antara Naruto dan Hinata yang terjadi belakangan berlalu.


Garis hidup ini serupa lilin. Mungkin, akan meleleh terkena panas api, tetapi, saat menjadi dingin -- ia akan terbentuk kembali.

Sasame tidak mau! Ia ingin menghancurkan segala kemungkinan yang bisa terjadi, sekecil apa pun itu.

Perasaannya sudah terlalu dalam kepada sang pria. Dirinya sudah mengikat hati terlalu erat, meski Naruto tak pernah menganggapnya sejak dulu.

Tepat. Sejak pertama kali mereka bertemu, itu adalah ketika undangan makan malam yang dilakukan sang ayah terhadap teman karibnya, yaitu Nick. Sasame melihat Naruto sebagai pria yang tenang dan juga berwibawa.

Pada pandangan awal, Sasame telah merasakan ketertarikan dan mulai mencoba untuk mendekatkan diri terhadap Naruto serta keluarganya.

Tak disangka, kehadirannya disambut sangat hangat. Ia diterima begitu layak -- hingga timbul perasaan nyaman yang membuatnya merasa tak ingin jauh dari mereka.

Naruto begitu membuka diri. Ia adalah sosok yang membuatnya merasakan kembali bagaimana begitu dihargai dan dimengerti.


"Aku tidak bisa menahannya lagi, Bibi." Seketika saja, Sasame menangis. Walau tak terisak, namun, kesedihannya terasa begitu nyata tak terbendung.

With You: A Faux Pas? [ NaruHina ] ✔Where stories live. Discover now