36

1K 181 28
                                    

Merupakan hal yang wajar bila para murid lain sudah melenggang pergi meninggalkan sekolah, dan Erika masih akan berada di lokasi yang sama untuk menanti kedatangan seseorang yang dengan rutin melakukan jemputan.

Erika merasa tak perlu menghubungi dan memberi kabar lebih jauh karena Eno sudah menghafal jadwal jam kepulangannya.

Maka, sembari bersabar menanti, Erika menyempatkan waktu membalas lambaikan tangan teman-teman yang sudah pergi lebih dulu, lantas melanjutkannya dengan memainkan ponsel yang sudah hampir kehabisan daya untuk mengisi kegiatan.

Saat kedua kaki telah berdiri tepat di hadapan kursi roda, wajah Erika terangkat guna membalas tatapan.

Tetapi, sesaat, wajah gadis kecil tersebut berubah menjadi tekukan tak menyangka. Bukan Eno yang hadir di sana, melainkan Sasame dengan wajah diamnya.

"Kak Sasame?"

Seulas senyuman kecil mengembang pada bibir si wanita dewasa. "Hai, Erika."

Erika coba memastikan kehadiran Eno di segala tempat, tapi belum mendapati eksistensi perempuan tua tersebut di mana pun.

"Apa yang Kak Sasame lakukan di sini?"

"Aku datang untuk menjemputmu."

"Menjemputku?" Erika semakin dibuat terkejut. Selama ini, belum ada orang lain yang menjemput dirinya di sekolah selain Eno dan sang Papa. "Tapi, Nenek Eno--"

Ucapan Erika belum mencapai usai, tetapi Sasame menyambar segera.

"Aku sudah mendapat izin dari Papamu."

"Sungguh?"

Dengan tenang, anggukan terjadi. Namun, melihat raut tidak yakin di wajah Erika, Sasame meringis pelan dalam hati.

"Kenapa? Erika tidak suka jika aku yang datang?"

Erika menggeleng cepat. "Tidak. Aku suka. Aku hanya tidak menyangka Kak Sasame akan datang."

"Jadi, Erika tidak keberatan bila ikut denganku, 'kan?"

Meski berkata tidak masalah dengan kehadiran Sasame, namun, masih terlihat jelas sebuah kebimbangan dari diri Erika.

Lalu, Sasame memilih untuk berlutut. Sengaja mensejajarkan tinggi agar mereka dapat saling melihat dengan lebih jelas.

"Sebenarnya, aku sedang sedih. Aku butuh teman untuk bicara, makanya ..." Sentuhan lembut Sasame lakukan pada jemari kecil. "... aku datang menjemput dan memintamu untuk menemaniku."

"Tapi, Papa ..."

Dalam satu kali tolakan lemah, Sasame menghela napas. Kenapa Erika terlihat sangat terbeban hanya untuk sekadar menyanggupi keinginannya? Dia tak terlihat seperti ini ketika bersama Hinata.

Pegangan tangan Sasame sedikit mengerat. Erika sempat dibuat terkejut saat jemarinya menerima remasan kuat.

"Tak apa, Erika. Sudah kukatakan, bukan? Aku sudah mendapat izin dari Naruto. Kau tidak perlu khawatir."

Bibir Erika menekuk kecil. Rasa ragu masih menguasai sangat besar. Tetapi, melihat bagaimana Sasame begitu berharap, pun kini sedang memandang dengan sedih, Erika tidak tega menolak.

"Sebentar saja. Kau mau 'kan bersamaku?"

Pelan, Erika mengangguk. "Baiklah, Kak Sasame."

.

.

.

Hari masih terbilang cukup awal, dan dikarenakan tak ada pekerjaan begitu berarti yang mengharuskan untuk lembur, Naruto memutuskan kembali sesuai jam kerja yang menjadi jadwal seharusnya.

With You: A Faux Pas? [ NaruHina ] ✔Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz