30

898 173 35
                                    

Semua sudah melalui berbagai pertimbangan.

Naruto tidak mengerti. Entah permasalahan apa yang terjadi hingga Hinata mengatakan pengunduran diri atas segala pekerjaannya mengajar Erika.

"Kenapa kau ingin berhenti?"

Semakin dalam -- Hinata merendahkan derajat kepala. Beratnya suara Naruto mengingatkan ia pada ucapan Sasame yang masih menjadi torehan dalam hatinya.

"Aku ... hanya merasa jika ini adalah pilihan paling bijak."

"Aku tidak mengerti."

Kedua tangan Hinata saling mengepal di atas pangkuan. Naruto sedang memandangi ia dengan sangat intens. Mungkin sedang mencari sebuah kejanggalan.

"Aku tidak ingin kehadiranku membuat orang lain merasa tak nyaman."

"Siapa yang kau maksud?"

Hanya helaan napas ringan yang keluar dari sela bibir Hinata yang sedari tadi tak menampakkan senyuman.

"Keputusanku sudah bulat. Aku tidak akan bicara mengenai biaya pengajaran, kau berhak tidak memberi upah karena aku sendiri yang memutuskan berhenti. Jadi--"

"Aku tidak membahas mengenai uang," cepat sekali, Naruto menyanggah. Urusannya bukanlah menyangkut lembaran gaji, tetapi yang lain. "Aku menginginkan alasan yang jelas. Alasan masuk akal kenapa kau memilih mundur."

Sejenak, Hinata menjadi pening. Terlalu banyak hal yang menggerogoti pikirannya belakangan berlalu.

"Naruto, apa selama ini kau tidak menyadari apa pun?"

Dari sorot mata tersebut, Naruto seolah dapat melihat seberapa tertekan sosok di hadapannya.

"Baik! Kembali pada alasan awal, semua memang tentang pekerjaan dan Erika. Tapi, semakin aku memahami keadaan, ..." dan semakin menyelami siapa dirimu dan kisah hidupmu yang sebenarnya, "... aku sadar, bahwa aku keliru."

Naruto mengunci mulut. Semua perkataan Hinata seperti memberi matra agar ia terus diam.

"Aku selalu memintamu untuk tidak melewati batas. Selalu menekankan bila kau adalah pihak yang terus bertindak tak wajar. Tapi, ..." Bibir kemerahan sedang bergetar pelan. Hinata sudah mengambil kesimpulan yang jelas untuk dirinya. "... ternyata, aku sendirilah yang sudah melakukannya. Aku yang merobek batasan itu dengan membiarkan diriku terus berhubungan bersamamu."

"..."

"Sebelum semua berjalan semakin salah, sebaiknya dihentikan sesegera mungkin."

"Aku tidak tahu di mana letak 'kesalahan' yang kau maksud."

Hinata tersenyum. Untuk pertama kali setelah mereka dipertemukan kembali, Naruto dapat melihat bagaimana lengkungan manis tersebut hadir. Walaupun ia tahu, terbesit kegetiran yang sangat jelas di sana.

"Kita. Kau dan aku adalah kesalahannya. Jadi, tidak sepantasnya ini terus berlangsung."

"..."

"Lihat?" Hinata menghembuskan napas berat. "Sekali lagi aku melakukannya. Perkataanku keluar dari jalur. Aku mengaitkan pekerjaan dengan hal yang tidak seharusnya."

Ini berat. Tentu. Hinata tidak tahu seperti apa respon Erika mengenai keputusan yang ia ambil.

"Erika membutuhkanmu."

Serta, baru saja memikirkannya, Naruto telah membawa hal tersebut dalam ucapan.

"Tapi, jika ini adalah pilihanmu, aku tidak mungkin menentangnya." Ada anggukan kecil yang terjadi beberapa kali. Naruto seperti berusaha memahami. "Aku pernah mengatakan jika kau tak harus memaksakan diri bila merasa tak nyaman."

With You: A Faux Pas? [ NaruHina ] ✔Où les histoires vivent. Découvrez maintenant