16. Akhir Untuk Memulai

1.4K 200 28
                                    

"Aku datang untuk meminta izin menikahi Hinata."

Terkejut? Tentu saja. Kou dan Natsu tak pernah membayangkan jika Naruto akan datang dengan ungkapan seperti demikian. Jika biasanya pemuda ini hanya sekadar meminta Hinata pergi bersama, tapi, kali ini ... apa?

"Apa maksudnya?" Kou menjadi orang yang vokal untuk mencari kepastian. Sebagai paman kandung Hinata, Ia harus mengulik alasan paling masuk akal.

Naruto dan Hinata tak pernah menyatakan diri sebagai seseorang yang berada dalam sebuah hubungan, pun mereka masih sangat muda dan baru lulus sekolah tingkat menengah atas. Apa maksudnya seketika saja meminta izin menikah?!

"Sebenarnya, Hinata ... dia sedang ..." Kembali, Naruto melirik Hinata yang semakin dan semakin tak menunjukkan wajah akibat tundukan yang kian dalam. Suara tegas Kou membuat nyali sang perempuan menjadi ciut.

Naruto merasakan hal serupa. Tetapi, karena sudah berjalan sejauh ini, ia tak mungkin mundur begitu saja.

"Hinata sedang mengandung." Naruto menjeda dan membiarkan keheningan seketika mengisi seluruh ruangan.

"Hinata mengandung anakku."

Belum ada kata yang terjadi setelah ungkapan tersebut mengudara. Baik Kou dan Natsu, keduanya masih begitu terkejut dengan apa yang baru saja masuk ke dalam telinga mereka.

Jangan tanya bagaimana Hinata sekarang. Bahkan, jika bisa menghilangkan diri, ia ingin melakukannya saat ini juga.

Hinata dibuat kalut dalam kesendirian.

"Me-Mengandung?" Barulah Natsu berkata dengan intonasi bisikan. Ia tatap sang ponakan yang tampak hendak menangis.

Hinata yang selama ini selalu dicap sebagai gadis kalem, pada akhirnya jatuh dalam lubang paling rawan bagi semua gadis.

Natsu merasa sangat tidak menyangka.

"Ini semua kesalahanku. Aku yang mengakibatkan Hinata menjadi seperti ini, jadi, aku akan bertanggung--"

"Lancang!"

Naruto terpaku ketika Kou mengeraskan suara. Tampak sekali seberapa besar kemarahan yang terpancar di matanya.

Natsu buru-buru menyentuh pundak Kou; mencegah sang suami bertindak lebih jauh.

"Tenanglah."

Dengan ditariknya tubuh tersebut agar mundur ke punggung sofa, Natsu memberi pengertian sebaik mungkin supaya Kou jangan melawan dengan kepala panas.

Setelah itu, Natsu beralih pada Naruto.

Ia menatap sang pemuda dengan raut tak menyangka bercampur kecewa. Bagaimana tidak? Selama ini, mereka percaya pada Naruto. Mereka mengenal Naruto sebagai pemuda baik-baik, maka dari itu terus membiarkan Hinata pergi dengannya.

Tetapi, mereka sedikit ceroboh. Abai bila sosok di hadapan mereka tetaplah manusia normal pada umumnya.

Mereka tak bisa sepenuhnya melimpahkan masalah ini sebagai kesalahan Naruto dan Hinata, karena sebagai wali, Kou dan Natsu jugalah yang dengan sadar terus memberi akses agar keduanya sering bersama.

Jika saja mereka lebih berhati-hati lagi, mungkin, semua perkara dapat dicegah.

"Naruto, selama ini, kami sangat percaya padamu. Kami tak pernah berpikir jika kalian akan bertindak jauh, karena beranggapan hubungan pertemanan kalian adalah hal yang sehat." Natsu menghela napas saat Naruto memandangnya dengan sorot sendu. "Apa kalian memang berpacaran? Atau melakukannya hanya karena sekadar penasaran?"

Ketika Natsu berkata demikian, Kou hendak menyambar.Tetapi, Natsu kembali coba memberi ketenangan.

Tak segala hal bisa mendapat jalan keluar bila dihadapi dengan emosi.

With You: A Faux Pas? [ NaruHina ] ✔Where stories live. Discover now