EPISODE 08.4

53 7 0
                                    

VOTE DAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA✨


KELAB SURGA

Lee Rang duduk termenung di kursi meja kelab yang tampak sepi akan pengunjung.

Yeo-hee menyanyi di panggung diiringi musik yang dimainkan para pemusik.

Lee Rang memikirkan akan usianya. Momen bersama Lee Yeon yang datang dari masa depan. Lee Yeon yang menelantarkan dirinya tiba-tiba saja teramat menyayangi dirinya.

"Syukurlah. Jantungmu masih berdetak, dan kau masih bernapas. Kau masih hidup, Na Dongsaeng."

Itu perkataan Lee Yeon padanya saat pertama bertemu di tahun 1938.

"Bertahanlah sampai aku kembali. Aku tak akan menyerah untukmu." Ucapan Lee Yeon saat dirinya terbaring di penginapan setelah ditikam Cheon Mu-yeong.

"Tetaplah bersamaku sampai bulan depan." Ucapan Lee Yeon saat makan Naengmyeon bersamanya.

"Lantas ajak aku, alih-alih Cheon Mu-yeong." Ucapan Lee Rang saat berusaha menghentikan Lee Yeon menuju dunia ilusi Jang San-beom.

"Siapa pun boleh ikut, asal bukan kau! Mana mungkin aku menyuruhmu mati!" Saat itu Lee Yeon tak ingin membahayakan Lee Rang yang ditemuinya di tahun 1938.

"Ada yang mengganggu pikiranku. Di waktu kami bersama belakangan ini, dia sudah merencanakan untuk pergi lagi," batin Lee Rang termenung di kelab.

"Makanlah. Nanti kau makin kurus." Ucapan Lee Yeon saat melihat Lee Rang makan amat sedikit.

"Harus aku yang menyelimutimu, ya?" Ucapan Lee Yeon saat menyelimuti Lee Rang yang tertidur.

"Namun... dia melakukan semua itu karena merasa bersalah. Aku... akan mati karena Lee Yeon," batin Lee Rang.

Suara merdu Yeo-hee mendominasi kelab. Lagu itu tampak sesuai dengan suasana hati Lee Rang. Sedih, pasrah.

Yeo-hee melihat ke meja Lee Rang dimana pria itu pergi dari sana. Yeo-hee terus bernyanyi.

Di luar kelab, Lee Rang menatap ke jalanan yang basah karena hujan. Suasana yang sesuai dengan hatinya.

"Kalau dipikir-pikir ... tak ada tempat untukku pulang," ujar Lee Rang lalu berjalan diterjang hujan.

Selesai bernyanyi, Yeo-hee mengejar Lee Rang untuk memayungi pria itu. "Padahal masih ada beberapa lagu lagi."

Lee Rang menatap sejenak Yeo-hee lalu menyingkirkan payung itu. "Aku tak butuh ini."

Lee Rang kembali berjalan menerjang hujan.

Yeo-hee mengejar lagi dan memayungi Lee Rang. "Kau sedang ada masalah?"

"Jangan ikuti aku karena kasihan," ujar Lee Rang.

"Siapa? Siapa yang membuatmu kesal? Beri tahu aku. Biar ku urus. Rang~ah—"

"Hentikan!" bentak Lee Rang menyingkirkan payung itu sampai terlempar ke jalanan.

Yeo-hee amat terkejut.

Lee Rang menatapnya tajam.

"Kau marah padaku? Atau kau butuh pelampiasan?" tanya Yeo-hee. Matanya tampak berkaca-kaca.

"Ya, aku kesal gara-gara kau," balas Lee Rang.

Yeo-hee tak tahu salahnya dimana. Salah yang dimaksud Lee Rang. "Apa salahku?"

Lee Rang menangis. "Setelah ditelantarkan oleh orangtua dan Kakakku, aku luntang-lantung selama ratusan tahun. Aku... Aku hanya setitik noda dalam hidup mereka. Aku kesal dan mulai membunuh manusia. Aku menjadi bandit untuk menjarah dan membakar. Itulah rutinitasku. Tapi..."

Tale of The Nine Tailed 1938Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang