41 || Makam di Sore itu

Start from the beginning
                                    

"Kak Zayden, kamu nggak sedih?"

***

"Ma ...."

Zena mendongak saat mendengar suara putranya. Seketika itu juga ia berdiri dan memeluk Zayden.

"Ini salah mama, Zaya seperti ini karena mama. Andai tadi mama gak marahin dia, Zaya nggak akan kabur ke rumah kalian dan ini semua nggak akan terjadi," sesal Zena.

Zayden mengusap bahu Zena dengan penuh kasih sayang.

"Mama tenang dulu, jangan nyalahin diri sendiri, semuanya udah terjadi, Ma--"

"Gimana mama bisa tenang?! Zaya belum sadar juga, Zayden!"

Zein mengambil alih untuk memeluk istrinya. Laki-laki berkepala lima itu menuntun istrinya untuk duduk di sofa yang terdapat d ruangan mereka berada.

"Minum dulu." Zein mengulurkan minum ke Zena.

Setelah istrinya nampak lebih tenang, Zein barulah bertanya kepada Zayden.

"Bagaimana di pemakaman, Zay? Bagaimana keluarga korban?"

Sebelum menjawab, Zayden lebih dulu menarik kursi di samping berangkar, lalu Zaina ia suruh duduk di sana.

Zaina menggeleng.

"Aku berdiri aja, Kak. Kamu aja berdiri, masa aku duduk," tolaknya.

"Kamu duduk, ini perintah bukan penawaran," tegas Zayden tersenyum di akhir kalimatnya

Zaina hanya bisa pasrah.

"Enggak baik-baik aja, Pa. Ibu anak itu nggak terima dan malah menyalahkan kita." Zayden menjawab pertanyaan dari Zein.

"Kenapa gitu?! Salah mereka sendiri nggak becus jagain anak. Teledor banget, bisa-bisanya anak sekecil itu dibiarin main di jalanan, giliran ditabrak malah nyalahin orang," ungkap Zena dengan emosi.

"Dan kalo ada yang patut disalahkan itu dia, gara-gara dia yang teledor Zaya bisa jadi gini," lanjut Zena.

Zayden langsung melihat kondisi adiknya yang saat ini masih terbaring lemah dan belum sadar.

Saat pulang dari rumah Zayden dan Zaina, Zaya mengalami kecelakaan. Mobil taksi yang ia tumpangi tidak sengaja menabrak anak kecil yang tiba-tiba menyebrang tanpa pengawasan orang tua. Naasnya si sopir taksi tidak sempat menginjak pedal rem. Namun, ia sempat membanting setir hingga mereka menabrak bahu jalan. Namun, tabrakan itu tidak bisa dihindari, anak kecil yang masih berumur hampir 3 tahun tersebut meninggal dunia setelah satu jam sempat ditangani di rumah sakit.

Kondisi Zaya cukup parah, ada luka gores di pelipisnya, dan benturan yang cukup keras mengenai kepalanya, sama halnya dengan si sopir taksi. Sampai saat ini Zaya belum juga sadarkan diri.

Zayden mengusap puncak kepala sang adik. Ia meringis saat melihat infus yang terpasang di tangan Zaya.

Jika dibandingkan dengan keadaan Zaina waktu itu, kondisi Zaya belum ada apa-apanya. Dulu, ketika Zayden melihat Zaina untuk pertama kali setelah menikah di rumah sakit, Zayden pernah berpikiran bahwa Zaina tidak akan selamat karena melihat alat medis yang membantu Zaina untuk tetap hidup.

"Zaya, ayo bangun. Jangan bikin kita semua khawatir," bisik Zayden di dekat telinga Zaya.

"Ma, ini pelajaran juga untuk, Mama. Jangan terlalu memaksakan Zaya ini itu, liat sekarang anak itu," celetuk Zein. Zena hanya mengangguk. "Jangan sampai Mama menyesal lebih dari yang sekarang," lanjut Zein.

𝐙𝐈𝐍𝐍𝐈𝐀 Where stories live. Discover now