26: Car Free Day

261 50 0
                                    

Guys.. maaf semalem mau double update malah ketiduran 😿


Minggu pagi Viona sudah bersiap diri. Jarum pendek jam baru sampai di angka tujuh, tapi gadis itu sudah siap untuk meninggalkan rumah. Ia memeriksa kembali ponselnya. Membaca pesan Haris yang menyuruhnya untuk berpakaian biasa saja.

Viona sempat bingung membacanya. Setiap hari ia kan hanya berpakaian biasa? Memangnya Haris mengira Viona akan mengenakan gaun ke tempat yang bahkan ia tak tahu tempat apa itu.

Salahkan saja Haris yang tak memberitahunya dengan jelas. Laki-laki itu hanya mengatakan akan menjemput Viona dan membawanya ke suatu tempat.

Cari aman, Viona hanya memakai celana jeans yang ia padukan dengan cardigan rajut berwarna merah menyala. Ia menambah tas berwarna senada yang ia gunakan untuk menyimpan ponsel dan beberapa barang lain.

Saat memakai sepatu di depan rumah, ia mendengar suara motor di depan pagar rumah yang tertutup. Viona tebak itu Haris.

Tak berniat membukakan pagar, Viona justru mempercepat tangannya yang menautkan tali sepatu. Setelah selesai, ia segera berlari dan membuka pagar.

Kedua mata Viona mengamati outfit Haris pagi itu. Sweater berwarna cokelat tua dengan celana pendek senada. Laki-laki itu juga mengenakan tas selempang. Sampe tasnya juga warna cokelat? batin Viona.

"Mau ke mana sih?" tanya Viona membuat Haris mengalihkan pandangannya.

"Ada pokoknya," balas Haris sekenanya sambil memberikan helm yang sudah ia bawa untuk Viona.

"Makasih."

Selepas Haris melajukan motornya meninggalkan area perumahan Viona, jangan harap mereka akan mengobrol atau bahkan Viona yang melingkarkan kedua tangannya di pinggang Haris.

Nyatanya mereka melewatkan sepuluh menit perjalanan dengan deru suara motor dan mobil yang bersahutan hingga Viona menyadari satu hal. Di depan sana area car free day.

Tebakan Viona semakin kuat saat Haris mulai memperlambat laju motornya, kemudian ia parkirkan di tempat parkir yang tak jauh dari are car free day.

Viona melepas helmnya. "Haris, lo ngajak ke cfd?"

Haris menganggukkan kepalanya. Ia lalu memberikan karcis parkir pada Viona.

"Kenapa gak bilang sih? Tau gitu gue gak make jeans."

Haris hanya tertawa mendengarnya. Sebenarnya gak masalah sih, toh tujuan Haris mengajak Viona ke sini hanya untuk jalan kecil kemudian menikmati kuliner di sana. Makanya ia tak protes saat melihat Viona keluar rumah dengan pakaian seperti itu.

"Mana awalnya gue sempet mau pake dress. Coba aja kalo gue gak berubah pikiran, bisa-bisa dikira orang aneh gue make dress ke cfd," gerutu Viona. Ia mulai membuntuti Haris yang memimpin jalan di depan.

Haris tertawa. Baru kali ini ia mendengar Viona menggerutu seperti itu. "Kenapa sih? Lo masih cakep kok pake gituan? Gak bakal ada yang negur juga."

Viona berdecak sebal mendengar ucapan Haris. Ia hiraukan saja laki-laki disampingnya itu, lalu ia memperhatikan orang-orang yang sedang berlari melewatinya.

"Vi, sini deh." Haris menarik tangan Viona pelan. Laki-laki itu membawa Viona mendekat ke gerobak bubur ayam.

"Suka bubur?" tanya Haris.

Viona hanya menganggukkan kepalanya. Kemudian membiarkan Haris memesan dua porsi bubur, sementara ia duduk lesehan di tempat yang sudah disediakan.

"Orang tuh kalo ke cfd, olahraga dulu baru makan gak sih?" tanya Viona saat Haris baru saja mengambil tempat di sebelahnya.

"Gue gak niat ngajak olahraga sih."

"Terus?"

"Gue niatnya ngajak lo kulineran di sini."

"Dasar." Viona menghela napas kasar. Ia alihkan pandangannya ke orang-orang yang berlalu lalang berlari di depannya.

"Abis bubur, mau makan apa?" tanya Haris.

Viona menengok pada Haris yang ternyata tengah memandanginya cukup intens. "Emang gak kenyang?"

"Kenyang sih. Tapi, kalo lo mau jajan bilang aja, jangan sungkan sama gue."

Viona terkekeh pelan. "Dih, GR." Ia menjeda ucapannya setelah teringat alasan kenapa ia setuju diajak Haris ke tempat ini.

"Lo mau jajan apa emang?" tanya Viona balik.

"Gue pengen takoyaki, telur gulung, sama crepes," jawab Haris jujur.

"Banyak banget? Emang perut lo muat?"

"Kalo gak muat ya dibawa pulang," ucap Haris menutup obrolan mereka. Setelahnya, bubur pesanan mereka sudah datang.

Meskipun sempat membicarakan mengenai kesamaan mereka yang sama-sama tim bubur tidak diaduk, akhirnya hening melanda hingga dua mangkuk bubur itu ludes.

Setelah menikmati bubur, Viona segera menyeret Haris ke tempat penjual telur gulung sesuai keinginan Haris nanti.

"Kalo beli dua kayaknya kebanyakan, beli satu bagi dua aja gimana, Ris?" usul Viona.

Haris sempat terkejut, tapi akhirnya ia tetap menyetujui usul Viona. Toh, sambil menghemat uangnya 'kan?

Melewati penjual telur gulung, keduanya menemukan segerombolan anak muda seumuran mereka yang sedang melakukan cover dance di sana.

Haris dan Viona turut bergabung dengan kerumunan itu sambil menikmati telur gulung yang dipegang Viona.

Haris memperhatikan bagaimana Viona sesekali menggerakkan kepalanya mengikuti irama musik. Sepertinya gadis itu tahu lagu yang sedang diputar.

"Tau kpop juga?" tanya Haris sedikit mendekat agar Viona mendengar suaranya.

Viona mengangguk pelan. "Iya, gue casual listener aja sih. Tapi, ya lumayan tau banyak soal kpop."

"Ohh."

Haris melihat ke depan—dimana sembilan orang sedang menari di sana—kemudian beralih lagi ke Viona yang ikut bersenandung. Matanya berbinar dengan senyum yang mengembang indah.

Entah sejak kapan Haris menyadari bahwa ia tak menemukan sisi membosankan dari Viona.

-----


Dua anak remaja itu menghabiskan hampir satu jam empat puluh menit di area car free day. Viona sungguh menuruti keinginan Haris dengan membeli crepes dan takoyaki setelah mereka menonton cover dance.

Mereka juga sempat menonton sparing basket. Tak terlalu lama karena Viona mengajak Haris pulang.


Kembali di parkiran, Haris tengah memasukkan kunci motornya, sementara Viona cukup panik mencari karcis parkir yang terakhir kali ia ingat, ia simpan di tasnya.

"Haris," panggil Viona pelan.

Haris menengok ke belakang dengan helm di tangannya. "Apa?"

"Karcis parkirnya ilang," kata Viona sambil mengakhirinya dengan senyum merasa bersalah.

-to be continued-

PUTIH ABU-ABU [✓]Where stories live. Discover now