23: One Step Closer

291 60 2
                                    

Haris menatap papan skor dimana ia dapat melihat skor milik kelasnya dengan kelas lawan yang seri. Ditambah waktu berjalan semakin dekat dengan akhir pertandingan membuatnya berusaha tak mengacau sedikitpun.

Anak laki-laki itu teringat akan pembicaraannya dengan gadis yang berstatus sebagai rekan dalam pemilihan duta sekolah bersamanya.

Viona Jane.

Sebelum berkata, gadis itu tampak mengulum bibirnya karena berpikir keras akan keputusannya. Setelahnya, ia tiba-tiba memanggil, "Haris."

Haris yang sedang berjalan bersamanya menuju ke kelas, kini menengok, melihat side profile milik Viona. "Iya?"

"Semangat, ya!"

Kedua alisnya menukik, tetapi mulutnya justru mengeluarkan tawa menggelegar. Sukses membuat Viona menengok pada Haris.

Sadar bahwa siswi disampingnya meminta penjelasan, ia pun berdehem. "Seleksi udah selesai, tapi lo baru ngasih semangat?"

Viona nampak gelagapan. Ingin menjelaskan tapi ia terus menahan tiap kata yang akan keluar lewat bibirnya.

"Apa?" tanya Haris lagi.

"Nggak, itu ... Maksudnya, kan ... Eh, buat nanti sore."

Mata Haris dapat melihat bagaimana tangan Viona yang sesekali terangkat dengan raut paniknya. Ditambah pandangan yang selalu menghindari kontak mata dengannya, membuat senyum Haris terbit begitu saja.

Viona lucu. Haris sampai tak dapat menyembunyikan senyum lebarnya.

"Jangan diketawain," tegur Viona pelan. Masih dengan pandangannya yang melihat ke sembarang arah.

"Semangat doang nih?"

"Ya terus apa lagi?" tanya Viona balik.

"Gue expect sesuatu yang lebih 'Wow' dari semangat sih, Vi. Misalnya ...," Haris menjeda kalimatnya membuat Viona penasaran.

"Misal?"

"Misalnya lo bawain gue minum atau handuk gitu."

"Iya, gue bawain kok."

Kali ini Haris yang dibuat bingung dengan maksud Viona. "Gimana?"

"Bintang sama Bella emang nyuruh gue buat bawain minum buat cowok-cowok yang main nanti kok."

Haris berdecak keras. Kiranya itu inisiatif dari Viona sendiri.

"Kalo gitu gak jadi deh."

"Lho, kenapa?"

Haris nampak berpikir. Ia memutar otak memikirkan hal apa yang akan membuatnya bisa lebih dekat dengan gadis kurang peka di sampingnya ini.

Seakan ada lampu yang tiba-tiba muncul di atas kepalanya, Haris menjentikkan jarinya. "Gue tau! Boleh gue minta hadiah kalau gue bisa menangin pertandingan sore nanti?"

Viona lantas menganggukkan kepalanya. Entah kegilaan apa dalam kepalanya karena ia memutuskan untuk kembali terlibat dengan Sebastian Haris.

"Selagi permintaan lo gak aneh-aneh."

"Okay. Kalau gitu, gue bakal jemput lo hari minggu nanti."

Viona cukup panik karena ia pikir Haris akan mengajaknya ke suatu tempat lalu memintanya untuk membelikan sesuatu.

"Kalau menang 'kan?" tanya Viona memastikan.

"Iya, kalau menang."

Haris semakin menguatkan tekatnya dengan berlari ke area lawan. Direbutnya bola yang tengah digiring oleh pemain lawan. Setelah bola mengenai tangannya, ia segera berlari ke arah ring secepat mungkin.

Berhasil.

Haris menambah satu poin yang berhasil membuat wasit meniupkan peluit tanda pertandingan telah usai. Teman satu timnya berbondong-bondong lari dan memeluknya.

Anak perempuan dari kelas 11 Mipa 6 segera berteriak sekencang-kencangnya, meneriaki nama teman-teman sebelum mereka mendekat ke tenda tempat para panitia berteduh.

Tiga puluh anak SMA itu saling berteriak dengan antusias menyambut kemenangan pertama yang akan membawa kelas mereka ke perempat final.

Haris, Jeje, Ricky, Juan, Tony. Lima pemain inti yang mewakili kelas 11 Mipa 6 sore itu juga senang bukan kepalang melihat antusiasme teman-temannya.

Sebenarnya cukup sederhana, mereka bahkan baru di babak penyisihan. Tapi, rasa senangnya sudah seperti menang di babak final.

Tidak apa-apa. Mereka masih muda. Mereka ingin menikmati sekecil apapun kebahagiaan yang datang.

Haris melirik Viona ditengah hiruk-pikuk teman satu kelasnya. Gadis itu tersenyum lebar sambil menanggapi teman-teman di sampingnya.

Saat kedua pandang itu bertemu, Haris berdecak yang diiringi kedipan kecil di mata kirinya. Ia ingatkan Viona bahwa ada janji yang harus ditepati setelah ini.

-to be continued-

Kangen SMA 🥺🥺
Pengen balik jadi anak SMA lagi 🥺🥺

PUTIH ABU-ABU [✓]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant