45: Bury the Hatchet

160 25 0
                                    

"Gimana, Vi?" tanya Bella di seberang sana.

Viona menoleh–memandangi Haris yang sedang memutar arah motornya. "Aman, Bel."

"Yok, Vi!" ajak Haris setelah ia memarkirkan motornya di depan Viona.

Setelah memutuskan sambungan teleponnya dengan Bella, Viona segera memakai helm yang Haris berikan. Baru selesai ia memasang pengait helm, Haris kembali menyodorkan cardigan berwarna navy.

"Pake aja, punya El ini. Buat nutupin paha lo."

Sambil menerima cardigan dan mengenakannya di lingkar perutnya, Viona bertanya, "Terus El gimana?"

"Udah pake jaketnya Jeje."

Setelahnya, Haris dan Viona tak lagi terlibat percakapan selama perjalanan menuju salah satu kedai yang tak jauh dari sekolah.

Sebenarnya semua ini adalah akal-akalan Bella yang diam-diam ingin mempertemukan Awan dan Haris (dengan bantuan Viona tentunya). Haris yang tak mengetahui apa-apa, hanya berpikir bahwa Viona sedang melakukan gerakan PDKT padanya. Anak laki-laki itu justru senang saat memikirkan bahwa jarang-jarang Viona yang gerak duluan.

"Duduk di mana?" Menjadi pertanyaan pertama setelah keduanya sampai di kedai tujuan.

"Emm ... Lo bisa nyari tempatnya gak? Gue mau ke kamar mandi dulu," ujar Viona. Kemudian Haris mengangguk nurut, lagi-lagi tak merasa curiga dengan gerak-gerik Viona.

"Oh iya, kalau bisa duduknya di pinggir dinding ya?"

Mendengar Viona meminta sesuatu padanya untuk kali pertama, membuat Haris tersenyum lebar. Biasanya Viona selalu merasa segan untuk mengatakan yang seperti itu.

"Siap, tuan puteri."

Haris berjalan beberapa langkah mendekati meja-meja yang terletak di pinggir ruangan. Hanya ada dua kursi kosong yang depannya di isi orang lain. Apalagi dari belakang sudah kelihatan kalau yang duduk di sana adalah sepasang kekasih.

Eh? Anak Taruba? batin Haris saat menyadari motif batik yang dikenakan dua orang itu. Entah inisiatif dari mana, Haris justru mendatangi mereka.

"Misi."

Ketika keduanya menoleh, Haris justru dikejutkan karena dua orang itu adalah Awan dan Bella.

"Haris?"

"Sorry, gak maksud ganggu date lo," ucap Haris kemudian berniat untuk pergi.

"Haris!" panggil Bella.

Haris menoleh, membuat gestur agar Bella segera berbicara.

"Lo mau duduk di mana? Kursi lain udah penuh."

Sontak Haris mengedarkan pandangannya, melihat sekitar dan benar yang dikatakan Bella. Bersamaan dengan itu, datanglah Viona.

"Di sini?" tanya gadis itu pura-pura tak tahu.

"Hah?"

"Loh? Vi?"

Viona menatap Bella seakan-akan ia terkejut menyadari keberadaan Bella–dan Awan.

"Duduk, duduk. Yang lain udah full," tambah Bella tanpa mempedulikan reaksi para cowok.

"Sorry ya. Jadi ganggu kalian," balas Viona seraya mengambil tempat di depan Bella. Mau tak mau, Haris juga ikut duduk di depan Awan.

Suasana di meja itu mendadak mati. Bella dan Viona diam-diam saling melempar kode, sementara Haris dan Awan saling menatap. Haris lalu menjadi orang pertama yang membuang muka dan memilih memperhatikan Viona.

"Bang Haris, gue minta maaf,"–Awan menatap ke arah Bella sejenak–"soal salah paham di lapangan waktu itu."

Haris lalu memasukkan tangan kirinya ke saku hoodie nya. Tangan kanannya juga akan melakukan hal yang sama, sebelum tangan Viona tiba-tiba datang dan menggenggamnya.

Viona tersenyum simpul, bermaksud memberitahu Haris agar tak lagi terbawa emosi seperti kemarin.

Haris jadi teringat pada obrolannya dengan Viona setelah ia hampir memukul Awan. Kala itu, Viona menceritakan apa yang ia tahu sejelas-jelasnya. Penyampaian Viona yang tenang, sukses membuat Haris sedikit demi sedikit percaya.

Apalagi saat ini mendengarkan versi aslinya dari Awan dan Bella secara langsung. Hanya saja ... Haris merasa gengsi harus minta maaf ke Awan.

Viona yang sepertinya menyadari hal itu, segera mengangkat tangan kanan Haris yang masih ia genggam. Dibukanya kepalan tangan itu lalu disejajarkan dengan dada Awan.

"Awan, gue sebagai jubir Haris minta maaf sebesar-besarnya ke elo atas salah paham kemarin. Gue harap kalian bisa akur karena kalian ada di tim basket yang sama."

Viona sedikit memajukan tangan Haris bermaksud agar Awan segera membalas jabatannya.

Saat Awan baru saja mempertemukan telapak tangannya dan telapak Haris, Haris segera berkata, "Lepas!"

Tiga orang lainnya tak paham akan maksud Haris. Anak laki-laki itu lalu menyingkirkan tangan Viona yang masih menjadi 'third wheel' antara Haris dan Awan.

"Enak aja lo kesempatan megang tangan Vio."


-to be continued-


maaf banget update sepagi ini. takut nanti kalo udah di kampus malah lupa update lagi 🥲🥲

PUTIH ABU-ABU [✓]Where stories live. Discover now