13: Senin di Taruba

299 55 2
                                    

Senin pagi kembali memaksa siswa-siswi Taruba untuk mengikuti kegiatan rutin upacara bendera.

Bendera merah putih sudah terkibar bebas di atas sana. Sosok wakil kepala sekolah yang kali ini menjadi pembina upacara pula sudah meninggalkan lapangan upacara.

Theo Fernando, siswa kelas dua belas yang memimpin jalannya upacara, kini membalikkan badannya sesuai peraturan baris-berbaris.

"Upacara selesai, pasukan dibubarkan." Suara itu menggema di seluruh penjuru area sekolah sukses menerbitkan senyum lebar di wajah para siswa yang sudah kepanasan.

"Tanpa penghormatan, bubar barisan, JALAN!" aba dari Theo membuat seluruh siswa bernapas lega.

Bersamaan dengan bubarnya baris siswa-siswi, terdengar derap langkah dari sepasang sepatu hak tinggi.

Seorang guru perempuan mengambil alih podium tempat pembina upacara. "Selamat pagi," sapanya.

"Pagi."

"Sebelumnya saya persilakan semua siswa-siswi untuk mencari tempat teduh dan masih di area lapangan. Dan sebelum saya memanggil nama-nama yang bermasalah, saya mau memberi satu pengumuman besar."

Bu Sonya, guru cantik itu menjeda ucapannya hingga dirasa anak didiknya sudah menemukan tempat masing-masing.

"Oke, jadi hal penting yang akan saya sampaikan adalah terkait penyelenggaraan Taruba Basketball Championship yang menjadi event tahunan terbesar di Taruba serta ajang pemilihan putra-putri terbaik, Dutaruba."

Riuh sorak menjadi reaksi pertama para siswa yang kegirangan mendengar berita tersebut. Bagaimana tidak? Kedua event bergengsi itulah yang menjadi serangkaian perayaan anniversary sekolah. Tiap tahunnya, kurang lebih memakan waktu dua bulan hingga sampai pada puncak perayaan.

"Ini dia yang ditunggu warga Taruba."

"Nah, untuk pelaksanaannya pastinya nggak jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya dimana TBC akan lebih dulu dimulai dari H-50 puncak acara. Pastinya, semua kelas wajib berpatisipasi baik untuk TBC, Dutaruba, dan event lain yang akan diumumkan.

"Untuk detail dari kedua event tadi, setelah ini seluruh ketua kelas dan sekretaris dimohon untuk mengikuti technical meeting di aula lantai satu. Jika ketua atau sekretaris tidak masuk, bisa digantikan dengan perangkat kelas lainnya."

"Saya rasa itu saja pengumuman dari saya. Selanjutnya saya serahkan pada bapak Johan."

Sambil menunggu Pak Johan berjalan menuju podium, tidak terlihat satupun siswa yang beranjak dari duduknya. Karena inilah yang paling menyenangkan dari hari senin di Taruba.

SMA Taruna Bangsa memiliki tradisi yaitu melakukan aksi kedisiplinan setiap hari senin dengan cara memberi konsekuensi pada siswa yang melanggar aturan sekolah selama seminggu terakhir.

Di podium sana, Pak Johan sudah memegang buku keramat yang kerap kali disebut sebagai death note-nya Taruba.

Sementara Pak Johan mulai mengabsen nama-nama siswa kelas sepuluh, di bawah pohon tinggi di belakang tiang ring basket sana penuh dengan anak kelas 11 Mipa 6. Ada Jeje, Juan, dan Haris yang saling mengolok.

"Goblok banget, anjing! Gue sama Haris pernah bolos lewat kebun pisang belakang sekolah. Lupa kalo lagi musim ujan, akhirnya sepatu gue sama Haris full lumpur ampe dalem-dalemnya."

Anak-anak lain yang mendengar cerita konyol itu hanya bisa tertawa karena kelakuan trio idiot kebanggaan Mipa 6 itu.

"Bodoh dipelihara ya gini nih," sahut Jihan dari belakang.

"Berikutnya siswa-siswi yang tidak memakai atribut lengkap dari kelas 11 Mipa 6. Jakiel Jenandra, Kamila Bintang, dan Sebastian Haris dimohon maju kedepan."

Pengumuman dari speaker yang terpasang di tiap sudut sekolah sukses membuat tawa anak-anak itu berhenti.

Bella yang menyadari atribut apa yang kurang dari tiga temannya itu reflek mendorong Bintang yang kebetulan duduk didepannya.

"Badge lo masih kelas sepuluh, bego!"

-to be continued-

fyi guys, aku bikin judul putih abu-abu tuh bukan tanpa alasan. aku pengen nulis segimana mustinya anak sekolah yang lagi labil-labilnya sama perasaan mereka. tapi di lain sisi, aku juga tetep pengen sisi 'anak SMA' nya itu masih ada. makanya aku nulis scene di atas. kinda spoiler, tapi konflik di buku ini juga bakal berhubungan dengan sekolah. that's why the title is 'PUTIH ABU-ABU'.

Intinya aku pengen nuansa anak SMA nya bener bener kerasa banget.

btw, double update gaak?

PUTIH ABU-ABU [✓]Where stories live. Discover now