08: Prettier Than Flower

361 70 6
                                    

Haris dan Viona sudah sampai di kediaman Viona. Ngomong-ngomong, mereka mengendarai kendaraannya sendiri-sendiri lho ya!

Viona juga meminta Haris untuk turut memarkirkan motornya di garasi yang cukup luas. Saat memasuki ruang tamu, Viona dikejutkan dengan keberadaan kakaknya.

"Loh, kok di rumah?" tanya Viona.

Bukannya menjawab, kakak laki-lakinya itu justru menatap ke arah Haris dan Viona secara bergantian.

"Bagus! Mentang-mentang Mami gak di rumah, lo ngajak cowo ke rumah ya? Untung aja gue balik," ujarnya.

"Dih? Kak Satya apaan sih? Orang aku mau kerja kelompok. Nih, lihat aku aja ambil bunga di depan!" tutur Viona sambil mengangkat potongan bunganya.

Mengabaikan adiknya, Satya lantas beralih pada Haris.

"Siapa nama lo?"

"Haris, Kak."

"Anak taruba juga?"

"Kak, lo diem deh. Dari seragamnya juga udah keliatan. Lagian namanya temen sekelompok gue, ya jelas anak taruba lah," cerocos Viona.

Gadis itu lantas menyuruh Haris untuk duduk terlebih dahulu sambil ia tinggal untuk menyiapkan jamuan untuk Haris.

Ya meskipun ia kurang nyaman meninggalkan Haris dengan kakaknya. Kakaknya itu kan kalau ngomong suka ngawur sana-sini.

Tak lama setelah ia kembali dengan dua gelas minuman beserta setoples kue kering, Viona dapat melihat Haris yang sepertinya mendadak sudah akrab dengan Satya.

"Diminum, Ris."

"Thanks, Vi."

Satya lalu berdiri, merapikan kaos polosnya, kemudian pamit, "Ya udah gue tinggal ke kamar, ya? Semangat belajarnya adik-adik."

Selepas kepergian Satya, Viona segera menghela napas lega.

"Abang lo seru juga orangnya. Alumni taruba ya?" tanya Haris.

Viona hanya menganggukkan kepalanya. Ia sibuk mengeluarkan segala perlengkapan kerja kelompoknya yang ia beli di jalan menuju pulang tadi.

"Baru lulus?"

"Iya."

"Sekarang dia kuliah?"

"Iya."

Cuek banget, Tuhan.

Viona kemudian memberikan bunga sepatu pada Haris. "Bisa tolong jadiin ekstraknya?"

Haris menerimanya. Ia lalu mengambil cobek yang entah darimana Viona mendapatkan benda itu. "Dihancurin pake ini 'kan?"

"Iya, terus nanti ekstraknya lo taruh sini ya?"

Haris menuruti saja apa kata Viona. Sambil membayangkan bagaimana Juan dan Jeje yang akan sangat terkejut melihatnya bekerja dalam tugas kelompok.

Ya, untung saja rekannya ini Viona. Kalau bukan Viona, pasti ia akan bermalas-malasan.

"Vi, liat deh, bunganya layu," kata Haris menunjukkan sisa bunga yang tidak terpakai.

Viona pun bingung melihatnya. "Cepet banget layunya? Perasaan baru metik tadi deh? Belum juga satu jam?" ujar Viona bertanya-tanya.

Haris melirik ke lantai dua, di mana terakhir kali ia melihat Satya masuk ke salah satu ruangan di sana.

"Lo tau gak kenapa bunganya bisa layu secepet itu?"

Viona menggelengkan kepalanya pelan sambil masih fokus membuat larutan deterjen. "Nggak tau."

"Mau denger alesannya?"

Viona hanya menganggukkan kepalanya pasrah.

"Soalnya bunganya insecure ketemu sama bunga yang lebih cantik dari dia," ujar Haris.

Viona menghentikan kegiatannya dan mengangkat kepalanya, pandangannya langsung bertemu dengan dua manik milik Haris.

"Emang ada bunga lain?"

--


Proses pengamatan yang mereka lakukan tak menghabiskan waktu yang banyak. Dalam dua jam saja, keduanya sudah menyelesaikan praktik dan separuh dari laporannya.

Omong-omong Viona yang menulisnya. Iya, ditulis. Tidak diketik. Sesuai permintaan Bu Santi yang terhormat.

Di tengah-tengah menulisnya, Viona teringat sesuatu. "Astaga, Haris!"

Haris mengangkat sebelah alisnya sambil memerhatikan Viona seakan ia bertanya 'kenapa?' tapi hanya dengan gestur wajah.

"Kita lupa gak ngefoto bahan-bahannya sama dokumentasi pas praktek tadi," ujar Viona.

Ah, benar. Dokumentasi adalah bagian paling penting di tugas praktik seperti ini.

"Anjing iya gue juga lupa."

"Berarti, kita ngulang dari awal lagi dong?"

--to be continued--

Apakah di sini ada readers Nadia The Explorer? Kalau iya, kalian pasti udah gak asing sama cemimiwnya Nanad yang satu ini 🤭

PUTIH ABU-ABU [✓]Where stories live. Discover now