04: Kakak Cantik

461 72 9
                                    

Koridor sekolah kali ini terlihat sangat ramai. Kebetulan bel istirahat pertama baru berbunyi beberapa menit lalu.

Bella kali ini membelah koridor kelas 10 seorang diri. Kalau kalian bertanya kenapa ia hanya sendirian, jawabannya adalah karena teman lamanya berada di kelas yang berbeda.

Namanya Selina, gadis cantik lain selain Viona yang juga tak kalah populer.

Duk.

Bella segera memegangi kepalanya yang terhantuk bola voli dengan keras. Kepalanya terasa pusing bukan main hingga kakinya oleng dan hampir ambruk.

Bola voli yang entah berasal dari mana itu sudah menggelinding di sisi kiri kaki Bella, kemudian datang seorang siswa menghampiri Bella dengan tergopoh-gopoh.

Ia meringis sejenak sebelum jongkok di hadapan Bella.

"Aduh, kak. Maaf," ujarnya.

Bella menatap nyalang ke arahnya. Kemudian, ia memerhatikan badge yang berada di lengan siswa itu.

Adik kelasnya ternyata.

"Lo hati-hati dong kalo main bola," tegur Bella.

Siswa dihadapan Bella ini nampak kikuk dan bingung. Sejenak ia hendak mengulurkan tangan, namun diurungkan.

"Lo niat nolongin gak sih?"

Mendengar sentakan Bella, siswa itu lantas segera membantu Bella duduk di bangku yang berada di depan kelas.

"Maaf lagi ya, kak," ucapnya sambil menundukkan kepala.

Dirasa pusingnya sudah mulai hilang, Bella segera menegakkan badannya dan meneliti adik kelasnya itu dari atas hingga ke bawah.

Ini anak beneran takut sama gue, ngerasa gak enak, atau emang pendiem gini ya? batin Bella.

"Nama lo siapa?"

"Awan, kak."

"Kelas?"

"10 mipa 3."

"Lo pernah diajarin sopan santun gak?" tanya Bella.

Agaknya pertanyaan itu membuat siswa bernama Awan itu semakin menundukkan kepalanya.

"Malah makin nunduk," gerutu Bella yang masih didengar oleh telinga Awan. Tangan Bella lantas menarik dagu siswa itu hingga mereka saling beradu tatap.

Tau satu hal yang mengejutkan Bella? Benar, wajah tampan tapi tetap menggemaskan dengan mata berkaca-kaca. Astaga, Bella menjadi sangat merasa bersalah.

Belum sempat ia berkata lagi, adik kelasnya itu justru membuat mimik panik yang membuat Bella keheranan.

"Kak, ya ampun, berdarah," katanya panik. Saking panik ia segera melepas kemeja putih seragamnya. Oh tenang, Awan masih mengenakan kaos di dalamnya kok.

"Hah?"

"Ih, itu hidung kakak berdarah," ujar Awan lagi. Kali ini ia berusaha menutupi hidung Bella dengan seragamnya.

"Wastafel, wastafel," ujar Bella yang turut panik. Ia sempat memegang hidungnya dan benar bahwa tangannya kini terkena darah.

Awan segera menarik Bella ke wastafel yang memang ada di depan tiap kelas. Begitu keran diputar, airnya ternyata tidak keluar.

"Airnya gak keluar, kak."

"Sialan."

Bella kemudian mengambil alih pegangan Awan pada seragamnya, lalu gadis itu berlari dengan cepat guna mencari toilet terdekat.

"KAK TUNGGUIN!"

Awan turut mengejar Bella yang sudah berbelok masuk ke toilet. Mau tak mau ia menunggu sambil menyenderkan punggungnya di dinding.

Ia memegang jantungnya yang berdegup beratus-ratus kali lipat dari biasanya.

Banyak sekali hal yang membuatnya terkejut dan gugup. Mulai dari ia takut pada Bella, hingga ia yang sebenarnya takut sekali berbicara dengan lawan jenisnya.

Hahh gila, sekalinya ngobrol sama kakel cewe, gue malah bikin dia berdarah, batinnya.

Ia memerhatikan kembali pintu toilet yang masih tertutup. Lalu kembali terbayang wajah cantik kakak kelasnya bahkan ketika ada darah yang mengalir di hidungnya.

Tak lama kemudian, pintu terbuka dan muncullah Bella dengan wajahnya yang basah karena air.

Seragam milik Awan masih berada di tangan Bella dan dapat dilihat bahwa darah masih nampak jelas di seragamnya.

"Sorry ya, tadi udah marahin lo. Sama sorry juga ini seragamnya lo kena darah."

Awan hendak menanggapinya, tapi kembali dipotong oleh Bella.

"Lo ada seragam lain di loker gak?" tanya Bella yang dijawab anggukan dari Awan.

"Bagus deh, seragam lo yang ini gue bawa dulu. Gue cuciin sebagai permintaan maaf dari gue."

"Eh, gak perlu, Kak. Gu-"

"Gue balik dulu," pamit Bella.

Entah apa yang salah, siswi itu berinisiatif mengangkat tangannya lalu ditepuk-tepuk dengan pelan pucuk kepala adik kelasnya itu.

Awan memerhatikan punggung kakak kelasnya yang semakin menjauh.

Kakak cantik tapi galak.

-to be continued-

SURPRISE!!!
hehe mau kasih disclaimer kalo aku lumayan suka bikin crack pair kaya bella-awan gini, GOMEN 🙏

PUTIH ABU-ABU [✓]Where stories live. Discover now