35: The Truth Untold

317 34 1
                                    

Bella menatap sengit pada Riski yang tiba-tiba datang dan menyuruh Awan untuk segera pergi ke ruang guru. Padahal tadi adalah kesempatan bagus untuknya dan Awan.

Sedangkan Riski yang menyadari aura gelap dari Bella kini hanya cengengesan sambil menggaruk tengkuknya.

"Thanks, ya, Riski. Gara-gara lo, gue gak jadi ngomong sama Awan," ucap B koella diiringi senyuman palsu.

"Hehe, sorry, Kak Bel." Riski berusaha melepaskan diri dari Bella yang sudah mengalungkan lengan kiri di sepanjang bahunya.

"Eh, Kak. Kalo gitu lo udah baikan sama Awan, ya?" tanya Riski berusaha mengalihkan topik.

"Iya. Harusnya tadi udah baikan kalau aja lo gak dateng terus nyuruh Awan pergi gitu aja." Bella menutup ucapannya dengan menginjak kaki Riski hingga adik kelasnya itu meringis keras.

Keduanya mengabaikan tatapan aneh dari siswa-siswi yang berlalu-lalang.

"E-eh, tapi kalau boleh tau, kemarin kenapa berantem, Kak?"

Bella melepaskan rangkulannya pada Riski. Ia berpikir kalau mungkin ini adalah kesempatan lain yang tak kalah bagus. Ia bisa memanfaatkan Riski untuk menodong cerita dari sudut pandang Awan.

"Eh, Ki. Mau gue traktir gak?" tawar Bella mendadak.

"Hah?"

"Udah, yuk ikut gue. Kita ngeteh dulu lah," kata Bella sambil menarik Riski.

Riski kemudian paham dengan 'ngeteh' yang dimaksud Bella. Sesampainya di kantin, Bella sungguh membelikan teh poci untuk Riski.

"Nih," kata yang lebih tua sambil memberikan segelas es teh.

"Makasih, Kak."

"Sama-sama—"Bella menyedot es tehnya—"Ki, Awan kenapa sih? Kok dua mingguan ini dia kayak ngehindar gitu."

Riski merasa ini adalah waktu yang sangat amat tepat. Daripada ia menghabiskan mulutnya berbusa karena menyuruh Awan untuk 'mengobrol' dengan Bella, lebih baik Riski yang menyuruh Bella untuk lebih dulu 'mengobrol' dengan Awan.

"Jadi gini, Kak. Yang gue tau antara lo sama Awan mulai renggang itu semenjak dia ngeliat lo pas Shea lagi confess ke dia. Inget gak?"

Bella menganggukkan kepalanya brutal. "Inget lah."

"Ini disclaimer dulu ya? Kali aja lo mikir kalo waktu itu Awan gak niat buat jelasin tentang omongan dia ke Shea waktu itu, lo salah, Kak. Dia ngejar lo kok, tapi ya emang keburu bel bunyi jadinya dia puter balik."

"Abis itu, Awan bilang mau ngasih space dulu buat lo. Apalagi dia inget besoknya libur, jadi dia sengaja mau jelasinnya tuh lusanya. Eh gak taunya pas libur malah rame menfess lo sama mantan lo. Gara-gara itu, posisinya jadi kebalik. Awan yang belum ngejelasin apa-apa ke elo, udah lebih dulu pengen denger penjelasan dari elo."

Riski menyeruput es tehnya lagi dirasa tenggorokannya kering karena terlalu banyak bicara.

"Yang gue tangkep emang kalian berdua ini sama. Sama-sama ngarepin penjelasan tapi gak ada yang mau mulai. Ya udah, makanya dua minggu ini gak ada kemajuan."

"Lho, bukannya Awan waktu itu nerima Shea?" tanya Bella setelah dirasa Riski selesai dengan penjelasannya. Tentu saja karena ia menahan diri untuk tak menginterupsi apapun yang keluar dari mulut Riski.

"Ngaco! Lo sendiri tau kalo Awan sukanya sama elo, Kak."

Kalimat itu sukses menghasilkan senyum lebar pada Bella. Ya, meskipun ia sudah tahu kalau Awan juga menyukainya.

"Nah, balik lagi ke menfess ya, Kak. Gara-gara menfess lo itu, Awan juga ngira lo balikan sama Bang Haris. Apalagi sekarang kalian kayak—"

Riski menghentikan kalimatnya saat melihat sang tokoh utama sedang berjalan ke arahnya. Sepertinya ia tak menyadari keberadaan gadis yang duduk tepat di depan Riski.

"Kayak apa?" tanya Bella tak sabaran.

Riski lalu menggelengkan kepalanya. "Gak jadi, Kak. Tuh Awan-nya udah dateng. Mending kalian aja yang lanjut ngobrol. Thanks teh pocinya, nanti kalo baikan traktir gue lagi ya?"

Ketika Awan sampai di meja Riski dan Bella, Riski segera pergi tanpa menunggu Awan maupun Bella berbicara. Bersamaan dengan matanya yang menangkap Raina sedang berjalan seorang diri.

"Kak Raina!" panggil Riski.

-to be continued-


Kemarin lupa mau update

PUTIH ABU-ABU [✓]Where stories live. Discover now