02: Semua Gila

571 92 11
                                    

Viona bersyukur saat membaca pesan dari guru yang seharusnya mengisi jam pelajaran saat ini. Beliau meminta ijin pada siswa didiknya karena kondisinya kurang sehat.

Ia masih berjalan mengelilingi sekolahnya setelah meninggalkan Bella di kelas.

Viona tak bermaksud untuk marah ke Bella kok, hanya saja ia tak mau terlibat dengan sepasang mantan itu.

"Vio!" sapa seorang siswi dengan rambut sebahu lengkap dengan poni yang menutup dahi.

"Rain! Eh, halo?" sapa Viona, sedikit gugup saat melihat teman baru Raina.

"Ini Eliza, temen baru gue di kelas."

"Eliza, panggil El aja."

"Viona, panggil Vio aja hehe."

"Lo tumben diluar kelas gini? Gak ada guru?" Raina mengajak kedua temannya itu duduk di tempat duduk yang disediakan sekolah, tepat disamping lapangan.

"Jamkos nih, gurunya lagi sakit."

"Ohhh gitu. Mipa 6 gimana? Asik-asik gak anaknya? Gue denger-denger rame soal Bella sama Haris," ucap Raina.

"Kok lo tau?"

Raina lalu melirik Eliza yang tersenyum lebar, bahkan hampir tertawa.

"Iyalah, orang kembarannya yang cerita ke gue," kata Raina sambil menepuk-nepuk bahu Eliza.

"Hah? Jadi? Haris punya kembaran?"

"Iya, gue kembarannya."

Viona masih bengong. Entah ada apa dengan orang-orang hari ini?

"Haris dikelas gimana, Vi?" tanya Eliza.

"Ya... gitu-gitu aja sih. Kadang ngereog atau nggak ngamen depan kelas sama anak-anak, kalau nggak ya berantem sama Bella."

"Bella gak ikutan?"

"Ikut apa?"

"Ngereog hahaha." Tawa Eliza pecah sambil menjawab pertanyaan Viona.

"Iya sih, tapi beda. Bella ngereog sendiri, kalo Haris nyari komplotan."

"Emang gak pernah berubah mereka tuh."

"Lo kenal Bella udah lama ya?" tanya Viona. Kenapa ia berani bertanya seperti itu? Kalau dilihat-lihat dari jawaban El, sepertinya Bella sudah kenal baik dengan si kembar.

"Lama lah, Bella sama Haris pacaran dari kelas 9 sampe putus di sekolah beberapa bulan lalu. Sampe sekarang mereka masih temenan, ya sama gue juga masih temenan."

"Ternyata ada ya mantan yang jadi teman," ujar Raina.

Viona mengangguk setuju. "Gue kira mereka bercanda pas bilang mantan, abisnya kelakuannya kayak temen lama gitu."

Eliza mengalihkan pandangannya dari Viona dan Raina ke sumber gibahan mereka yang sedang bermain basket dengan siswa lain.

"Kadang kalo lagi bertiga, gue lebih ngerasa yang kembar itu mereka sih. Abisnya isi otak sama kelakuannya sefrekuensi banget, gue sampe gak habis pikir."

"Tuh kan, berarti bukan gue doang yang mikir mereka ini aneh," timpal Viona.

"Tapi... Kalo gitu mereka putusnya baik-baik aja dong ya?" Kini Raina bertanya.

Eliza menganggukkan kepalanya.

"Baik-baik aja mereka tuh, emang suka bikin sensasi aja makanya sok ngedrama segala putus di lapangan."

"Eh diem-diem," kata Eliza tiba-tiba. Matanya mengisyaratkan bahwa bahan gibahannya mendekat ke medan pergibahan.

"El, beliin air dong!" pinta Haris begitu sampai didepan kembarannya.

"Duit?"

"Pake punya lo lah, duit gue abis buat bayar kas nih. Bendahara kelas gue jahat banget," curhat Haris sambil duduk didepan Eliza, tapi ia duduk di lantai.

Viona mengernyitkan dahi karena dua hal. Pertama, Haris agaknya tidak menyadari keberadaannya. Kedua, Haris berbohong pada Eliza.

Dia tadi aja lari ninggalin Bella? batin Viona.

Eliza berdecak tapi tetap berdiri sambil menyeret Raina untuk mengantarnya ke koperasi yang ada di belakang mereka.

Viona memandang kedua gadis yang bahkan tak berpamitan padanya. Begitu ia berbalik, Haris sudah menatapnya.

Laki-laki itu menempatkan telunjuknya didepan bibir. Lalu 3 detik kemudian, sebuah kedipan dilemparkan kepada Viona.

ORANG GILA! hardik Viona dalam hati.

Viona lalu berdiri, menyusul Raina dan Eliza ke koperasi sekolah dan pamit pada keduanya bahwa ia akan kembali ke kelas.

—to be continued—

PUTIH ABU-ABU [✓]Where stories live. Discover now