"Istri Zayden pinter," ulang Zayden.

"Heeum," gumam Zaina tersenyum tipis.

Hangat, itu yang Zaina rasakan saat memeluk Zayden. Ia merasa nyaman seperti ia memeluk almarhum abahnya dan juga Gus Farras Arfathan.

Zaina merasa terlindungi.

"Tetap jadi seperti ini, Kak, aku udah nyaman," gumam Zaina lagi dengan lirih. Walau begitu Zayden masih dapat mendengarnya

"Jangan sedih lagi, Zona bakal baik-baik aja. Walau Zaya nggak berhasil nemuinnya, seenggaknya ada orang yang mau merawatnya dengan baik. Ingat, Zona itu imut kayak kamu, jadi pasti banyak orang yang berminat untuk merawatnya," ujar Zayden.

Zaina langsung menarik tubuhnya, ia mendongak dan menatap Zayden dengan sebal. Namun, lagi-lagi mata wanita itu kembali berkaca-kaca.

"E-eh? Kok nangis lagi?" tanya Zayden tergagap.

"Zona ...."

Zayden menghela napas. Ia sedikit menyesal karena tadi membelikan Zaina kucing. Liat sekarang? Keputusannya hanya membuat Zaina berharap.

Sekarang giliran Zayden yang melingkarkan tangannya di pinggang ramping sang istri.

Namun, mereka masih berjarak.

Zaina yang gugup pun hanya bisa menunduk.

"Ay ...."

"Iya?"

"Liat orang yang kamu anggap suami sekarang," perintah Zayden.

Secepat kilat Zaina mendongak. Zayden pun tersenyum.

"Harapanku ... dari mata ini hanya boleh keluar air mata kebahagiaan." Zayden memajukan wajahnya.

Zaina refleks memundur. Namun, tangan Zayden menahannya.

Laki-laki itu semakin maju untuk mengecup kedua mata Zaina yang masih berembun.

Cup

Cup

Suara gerbang terbuka mengagetkan mereka berdua. Refleks Zayden melepaskan rangkulannya dari pinggang Zaina dengan salah tingkah, dan Zaina hanya terdiam membeku.

"Kalian?" kaget Zayden saat melihat tiga orang yang berdiri kaku di sana.

🌼🌼🌼

"Zaya, terima kasih banyak udah nemuin Zona," ucap Zaina. Zaya hanya mengangguk tersenyum.

"Kucingnya Zaina ternyata. Kucingnya lucu, Na. Tadi dia lari-lari gitu, ya Sabil tangkap. Kebetulan banget si Batu juga ada dan ternyata dia takut sama kucing," cerocos Sabila.

"Baru tau kalo Rayyan takut kucing," ledek Zayden terkekeh sambil melirik Rayyan yang berdiri di ambang pintu sambil melipat tangannya di depan dada.

"Sabil, temannya ajak masuk," suruh Zaina.

"Rayyan ini adiknya Elvano, Ay. Cuma sikap mereka berbanding terbalik, tapi gue baru tau ada kemiripan di antara mereka," ujar Zayden.

𝐙𝐈𝐍𝐍𝐈𝐀 Where stories live. Discover now