Pelan sekali, Hinata mengigit bibir bawah. "Tak perlu."

"Hinata--"

Hinata mengumpulkan segala keberanian. Kini, ia pandangi wajah di hadapannya tanpa keraguan.

"Seharusnya, kau juga sudah memahami ini, Naruto. Kau tak perlu datang menemuiku lagi."

"Aku hanya ingin memastikan jika kau baik-baik saja."

"Untuk apa?"

Naruto seketika bungkam.

"Untuk apa memastikan aku baik-baik saja?"

"..."

Arah pandangan Hinata berputar sesaat. Pada salah satu bagian dinding untuk memastikan tidak ada kehadiran yang menyadari pembicaraan mereka.

"Sebaiknya, kau kembali."

"..."

"Dan pastikan untuk tidak menemuiku lagi. Jangan menimbulkan sesuatu yang bisa membuat orang lain menaruh curiga."

"Aku mengkhawatirkanmu."

Bibir Hinata tertekan kuat. Bila boleh mengakui, matanya terasa panas saat ini.

"Aku mulai bosan memintamu untuk tidak bersikap berlebihan."

"..."

"Sudah cukup, Naruto." Hinata memejamkan mata. "Pergilah. Aku sudah lelah."

Naruto masih bergeming.

"Hinata, boleh aku bertanya hal lain?"

Tak ada kata. Naruto tidak peduli bila Hinata tak mengizinkan.

"Siapa pria tadi?"

Jika waktu memang dapat terhenti, maka itu adalah ketika sang lautan sedang mencoba menenggelamkan rembulan. Mata Naruto seolah memaku Hinata begitu hebat, sampai rasanya, ingin Hinata memaki diri sendiri karena sempat hanyut terbawa gelombang.

"Kenapa harus kujelaskan?"

Entah ini adalah pernyataan yang memang harus diberi jawaban, namun, Naruto tak sanggup melakukan.

"Aku tidak pernah mencoba mencari tahu dengan siapa kau bersama selama ini, lalu, kenapa aku harus menjelaskannya padamu?" Wajah Erika dan Sasame hadir begitu saja. Rangkuman singkat bila Naruto memang semakin tidak berhak untuk mencari tahu banyak hal.

Sesudahnya, Ia benar pergi. Tak ingin menoleh barangkali untuk tahu -- apakah Naruto akan tetap berada di sana dalam waktu lebih lama, atau mungkin ikut berlalu meninggalkan tempat.

Ketika tiba pada salah satu ruangan, Natsu menyambut dengan wajah ingin tahu.

Hinata tak menanggapi dan lebih memilih tetap melanjutkan perjalanan menuju kamar. Natsu mengekori untuk ikut duduk di sisi ranjang.

"Hinata--"

"Seharusnya, Bibi tidak membiarkan dia masuk."

"Bibi sudah terlanjur membuka pintu. Tidak tega mengusirnya."

Hinata tidak lagi membalas.

"Apa yang terjadi?"

Ia ingin menjawab, pun di satu sisi juga merasa tak mau sang Bibi merasa khawatir.

"Katakan, Hinata. Naruto bilang ada masalah yang terjadi baru-baru ini."

Hanya saja, Hinata tidak mampu untuk memendam sendiri.

"Semua kesalahanku karena terlalu nekat."

Natsu tidak mengerti. "Maksudnya?"

"Beberapa hari lalu, Ibunya mengatakan sesuatu yang menyadarkan betapa bodoh hal yang sudah kulakukan selama ini."

With You: A Faux Pas? [ NaruHina ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang