pining in anticipation

946 203 37
                                    

Jaemin menunduk saat meraih bouquet bunga matahari yang berada di depan kaki Lisa.

Helaan riuh penuh kekecewaan dari para bujang pengejar benda yang sudah berada di tangan Jaemin pun terdengar keras.

"Sudah lama, ya." Ucap Jaemin dengan senyum tipis saat menarik tangan Lisa disana, "Apa kabar?" Timpalnya sembari menyerahkan rangkaian bunga matahari pada gadis di hadapannya.

"Jaemin?" Suara Jeno mengalihkan pandangan keduanya tanpa Lisa sempat menjawab, "Kapan kau kembali?"

"Kemarin."

Dua lelaki berpakaian rapi itupun segera berpelukan -berbincang ringan dengan segala keingintahuan.

Sementara Haechan, sang mempelai pria yang seharusnya tetap bertengger pada tempatnya, kini sudah hadir di antara mereka dan menghujani Jaemin dengan berbagai pertanyaan sembari memeluk rindu sang kawan.

Tentu saja Lisa hanya mampu mengambil beberapa langkah mundur kebelakang. Kehadiran Na Jaemin, cukup membuat otot-otot sarafnya kaku saat ini.

"Kukira kau takkan datang??" Ujar Haechan dengan mimik haru yang sedikit berlebihan.

"Kau menikah sekali seumur hidup, mana mungkin aku tak hadir."

Haechan tersenyum menggelikan bak seorang gadis yang tengah tersipu sehabis dipuji mati-matian, "Astaga, Na Jaemin aku sangat terharu." Katanya sembari memeluk lengan sang kawan.

Lisa, pada sudut yang lain, sedang berusaha menormalkan detak jantungnya.

Tidak, bukannya ia senang melihat Na Jaemin kembali, namun hal ini hanya benar-benar mengejutkannya.

Jaemin kembali di saat posisi Lisa sedang tidak ada keren-kerennya.

Ia sudah tua. Tidak mapan. Tidak punya pencapaian apapun untuk dibanggakan saat ditanya apa kesibukannya.

Tapi, memangnya lelaki itu akan bertanya?

Ah, entahlah.

Lisa menoleh pada Karina yang ternyata masih ada di sebelahnya. Bouquet bunga matahari itupun segera dilimpahkan kepada wanita yang saat ini sudah menatapnya heran.

"Untukmu saja." Ucap Lisa sembari berjalan menjauh ke sudut ruangan yang lebih damai.

Lisa mulai pusing.

Entah karena suasana ramai di sekelilingnya, atau karena kehadiran Na Jaemin yang tiba-tiba. Pokoknya kepalanya terasa pening.

Jadilah ia menarik kursi pada sudut ruangan yang sedikit terasingkan dari riuh kemegahan pesta. Lisa meneguk air mineral yang diraihnya sebelum menyendiri dengan beringas.

Jika saja dirinya bukan keluarga inti dari pesta ini, tentu ia akan lebih memilih untuk pulang dan melarikan diri.

Lisa mengalihkan pandangannya ketika tiga lelaki yang tadi berada di dekatnya itu memandangnya sembari bercakap-cakap dari kejauhan.

Haechan menunjuknya sembari menggeleng pelan. Ah, Lisa harap adiknya itu tak berkata macam-macam.

Bukannya apa, hanya saja, malu sekali jika kau bertemu lagi dengan orang yang sudah menolakmu beberapa tahun silam dalam keadaan menyedihkan.

Hal itu sama saja seperti memberitahu Jaemin jika ia melakukan tindakan tepat saat menolaknya.

Haechan terlihat menunjuk Jeno dan Lisa secara bergantian. Membuat Lisa semakin ingin berlari pergi untuk menyumpal mulut Haechan yang nampak membahayakan.

Lisa tak ingin Jaemin tahu jika dirinya masih melajang hingga detik ini karena perbuatan bodohnya saat Jeno masih menjadi kekasihnya.

Ah, sial.

WonderwallTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon