the face card

1.3K 255 12
                                    

"Dia benar kawanmu??"

"Sejak di bangku SMA."

"Di...dia sering datang kemari??"

"Hampir setiap minggu."

"Serius???"

Haechan menghela nafasnya heran, "Kau ini kenapa, noona? Sikapmu sangat aneh pagi ini."

Lisa meraih pipi sang adik yang sedang duduk pada ranjangnya, "Lee Haechan, katakan padaku yang sebenarnya. Kau... masih... menyukai wanita, kan??"

Haechan menatap Lisa dengan malas, "Noona sudah gila, ya? Apa karena ditolak oleh lelaki di tempat kerjamu itu membuat otak noona terkontaminasi??" Kalimat Haechan ditutup dengan meniup wajah dan menepis tangan Lisa yang bersungut kesal.

Sial.

Mendadak Lisa sangat menyesal karena sudah bercerita kepada sang adik seputar pengalaman menyedihkannya itu.

Untung saja. Untung saja Lisa tak mengatakan jika ia ditolak karena lelaki itu gay.

Lihatlah plot twist mengejutkan ini, lelaki yang menolaknya- selain merupakan juniornya, ia juga merupakan teman sang adik??

Jika saja lelaki itu memiliki orientasi seksual yang normal, bisa saja Lisa berpikir bahwa pertemuan mereka adalah takdir.

Tapi tidak dengan kondisi ini.

"Noona sangat keterlaluan. Sifat cuekmu itu bisa saja membuat noona dibenci oleh sebagian masyarakat di bumi ini."

"Apa? Kenapa?"

Haechan kembali menghela nafasnya, "Jaemin sudah sering datang kemari sejak bertahun-tahun lalu. Tapi noona bahkan tak sadar jika ia temanku?"

Lisa tak bisa mengatakan apapun. Karena jujur saja, dirinya memang tak pernah perduli dengan orang asing yang datang ke rumahnya, "Kupikir kau terlalu sering mengundang kawanmu kemari. Mereka semua berbeda. Mana aku ingat."

"Tapi Jaemin yang paling sering main kemari. Dia teman dekatku."

"TEMAN DEKATMU???!!!! DEKAT SEPERTI APA LEE HAECHAN???" Lisa kembali menghampiri adiknya dan menangkup pipi Haechan dengan kedua tangannya, "Lee Haechan, kumohon. Kumohon.. jangan katakan jika..."

"Noona, mau mati? Apa yang sebenarnya ada di pikiranmu??? Dia teman baikku. Noona jangan berpikir aneh-aneh, ya!"

Gadis itu segera memeluk adiknya dengan penuh kekhawatiran "Lee Haechan kau boleh jujur kepada kakakmu ini. Ayah dan ibu sudah membesarkan kita dengan baik. Aku sangat menyayangimu, kau tahu? .. tapi... tapi aku akan sangat sedih jika... jika.. jika kau... menyukai... menyukai... lelaki."

"NOONAA!!" Haechan mendorong dan memukul kepala sang kakak dengan keras, "Noona sudah gila?! Film aneh apa lagi yang sudah noona tonton, hah??! Noona selalu seperti ini setelah menonton film aneh. Katakan! Film aneh apalagi yang noona tonton?!" Haechan memukul pundak Lisa berkali-kali.

"YAA! Aku tak menonton film aneh apapun!"

"Lantas kenapa noona begini??"

KARENA TEMAN BAIKMU ITU GAY, TAHU?!

"FILM APA??"

"B-BUKAN APA-APA!! A..Aku hanya baru saja menemui satu yang seperti itu."

"YA! Kendalikan pikiranmu! Noona selalu mencurigaiku setelah menonton film aneh atau menyaksikan kejadian aneh!"

Benar juga sih. Contohnya saja, jika Lisa telah rampung dalam menonton film psikopat, ia akan memperhatikan tingkah sang adik seharian dan menanyakan langsung kepada Haechan apakah dirinya seorang psikopat. Tentu saja hal itu berlaku untuk semua film yang ia saksikan. Apapun filmnya, Lee Haechan adalah target kecurigaanya.

WonderwallWhere stories live. Discover now