something different bloomed

941 218 21
                                    

Lisa menatap pantulan wajahnya di cermin. Surai cokelatnya yang sudah di potong sebahu itu terlihat segar membingkai wajah mungilnya disana.

Pipi berona merah dengan bibir coral. Entah mengapa ia sedang ingin mengenakan dress floral yang dipadukan bersama jaket denimnya saat ini.

Lisa mengangguk mantap setelah yakin dengan penampilannya.

Dengan segera, gadis cantik itupun melesat keluar dari kamarnya sembari menyampirkan slingbag pada pundaknya. Ia berlari kecil menuruni tangga.

Langkah kakinya berjalan lurus menuju ruang tengah –dimana ia yakin seseorang sudah menunggu dengan sabar disana.

DEG.

Mata Lisa melotot. Jantungnya seakan melorot karena hampir bertabrakan dengan seseorang pada ambang dinding yang memisahkan koridor dan ruang rengah.

"Lama sekali. Jeno sudah jamuran menunggu Noona." Ucap Haechan dengan tangan yang dilipat di depan dada.

Apa yang membuat Lisa terkejut bukanlah sang adik yang tengah menatapnya dari ujung kaki hingga ujung kepala, melainkan sosok Jaemin yang berdiri di sebelah Haechan dan nyaris menabraknya.

Lisa melengos begitu saja. Tak mengindahkan ucapan sang adik sama sekali.

Yang terpenting, Lisa bertindak seakan ia tak pernah melihat Jaemin ditempat pertama –seperti dahulu kala.

Pun ia segera berjalan ke arah Jeno. Lelaki itu menampilkan senyum khasnya dan segera berdiri ketika melihat sosok gadis yang dinantinya muncul di pelopak mata, "Ayo." Ucap Lisa sembari menggenggam tangan Jeno, melewati dua sosok yang masih berdiri di ambang pilar.

"Yaa! Sudah lama noona tidak bertemu Jaemin kenapa tidak mengucapkan salam barang sedikit saja? Bukankah ia mantan kekasihmu? Pertengkaran kalian seperti anak SD saja." Ucap Haechan di belakang Lisa, yang tentu saja tak diindahkan sekali lagi.

"Lee Jeno– kau tahu kau tidak boleh macam-macam dengan kakakku, kan? Jika tidak kakimu akan hilang satu keesokan harinya."

Jeno terkekeh, ia menoleh dan mengangkat jempolnya ke arah Haechan.

"Ingat ya, noona harus sudah sampai di rumah jam delapan malam!"

"Kau cerewet sekali seperti bibi tetangga sebelah!" Dan itu adalah kalimat terakhir Lisa sebelum mereka berdua keluar dan membanting pintu rumahnya di hadapan sang adik.

Mereka hanya berjalan. Dan terus berjalan dengan Lisa sebagai nahkoda.

Hingga akhirnya, Jeno harus menghentikan langkah Lisa dan menarik tangan gadis itu, "Noona. Kita sudah sampai di halte. Mau berjalan sampai mana?" Ucapnya sembari tertawa.

Tersadar jika dirinya tak fokus, pun Lisa terlihat sedikit panik dan meminta maaf berkali-kali kepada lelaki di hadapannya, "Maafkan aku. Aku melamun sampai tak sadar kalau sudah berjalan sejauh ini."

Jeno tersenyum, "Setidaknya ada hal baik Jaemin muncul hari ini. Noona menggenggam tanganku begitu erat, bolehkah kita tetap seperti ini?" Lelaki itu menggoyangkan tangannya yang sedang bertaut dengan jemari Lisa, dan lagi.. senyuman lelaki itu tidak pernah sirna dari wajahnya.

"....kau tidak marah?"

"Untuk apa?"

"Karena... perilaku anehku ini. Kemunculan Jaemin membuatku melamun padahal aku sedang bersamamu."

Lelaki itu melipat bibirnya sebelum bicara, "Yah, aku tidak akan menyalahkan noona. Seperti yang kukatakan di awal. Aku yang akan berusaha dan membuat noona berpaling padaku. Noona cukup diam saja tanpa harus melakukan apapun, apalagi memaksakan diri."

WonderwallWhere stories live. Discover now