the careless way she tossed

1.1K 259 22
                                    

Haechan menatap tajam gadis yang sedang bersandar pada punggung kawannya.

Sang kakak, terlihat begitu nyaman pada penopangnya disana.

"Noona, apa yang kau lakukan?"

"Apa?" Jawab Lisa tanpa mengalihkan pandangannya dari layar televisi.

"Kalian. Apa kalian selalu sedekat ini?" Lelaki bersurai cokelat itu segera berdiri di depan keduanya, membuat protes manusia yang terhalangi penglihatannya.

"Minggir, Lee Haechan. Ini sedang seru!" Lisa menarik sang adik hingga ia terduduk tepat disampingnya.

"Kenapa kalian bertingkah seperti sepasang kekasih sungguhan?!"

"Kenapa kau berisik sekali, sih? Ini penjahatnya mau tertangkap!" Dengan gemas Lisa menarik tubuhnya dari Jaemin dan membungkam sang adik yang begitu protektif.

"Noona mulai menyukai Jaemin, ya?" Katanya tak menyerah. Tentu saja lelaki yang dibicarakan sama sekali tak mengindahkan perdebatan dua orang di sebelahnya.

"Iya. Dia kaya dan memiliki kucing." Kalimat Lisa justru membuat Haechan memekik.

"Sejak kapan noona tahu Jaemin memiliki kucing?!"

"Ya jelas tahu karena Jaemin adalah kekasihku."

"Kekasih palsu!" Revisi Haechan.

"Iya. Iya. Kenapa kau cerewet sekali."

"Noona jangan menyukai lelaki ini. Noona akan menyakiti diri sendi–"

Lisa segera merangkul leher Haechan untuk menutup mulut cerewet sang adik. Jika Lisa tak melakukan hal itu, sudah pasti Haechan akan berceloteh seharian dan membuatnya tak bisa menonton film blockbuster yang sedang diputar dengan tenang.

Masih dibungkam dengan tangan Lisa, Haechan mengintip sang kawan dari balik kepala kakaknya, "Na Jaeminbh berhentibh tebarbh pesonabh kepadabh noonakubh!" Desis Haechan sembari melotot ke arah kawannya yang tersenyum geli.

Dan ketika waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam, Na Jaemin pun segera berpamit pulang.

Haechan terlihat mengantar sang kawan hingga ke ambang pintu rumah mereka sembari diselingi oleh percakapan ringan.

Ketika terdengar suara pintu yang tertutup, ketika itu juga Lisa segera mengikuti sang adik yang tengah berjalan menuju kamarnya.

"Haechan, kenapa ya Jaemin sering sekali main kemari?"

"Karena aku adalah kawan yang menyenangkan."

Tentu saja Lisa tak menganggap jawaban itu, "Kupikir ia berteman dengan Jeno, tapi kenapa ia lebih sering kemari?"

"Jeno biasanya bekerja paruh waktu hingga malam hari."

Pun Lisa mengangguk paham, "Tapi kan uangnya banyak, ya. Kenapa ia lebih memilih untuk main kemari sih? Seperti tidak punya kehidupan saja."

Haechan menatap sang kakak dengan penuh sanksi, "Kenapa noona baru menanyakannya? Dan kenapa noona yang biasanya cuek jadi seperti ini??"

Masih tak mengindahkan kalimat sang adik, pun Lisa kembali berceloteh disana, "Hei, kemana orang tuanya?" Yah, sebenarnya inilah hal yang membuat Lisa sedikit penasaran. Tentang mengapa Jaemin tinggal seorang diri di apartmen mewah itu. Berkali-kali Lisa pulang larut dari sana, namun tak pernah sekalipun ia bertemu dengan orang tua Na Jaemin.

Haechan menatap sang kakak penuh selidik, "Apa noona yakin noona tak menyukai Jaemin?!"

"Kalau kubilang tidak ya tidak! Kau ini kenapa, sih?!" Lisa menjawab dengan begitu mantap hingga Haechan yakin kakaknya memang tidak sedang berbohong.

WonderwallWo Geschichten leben. Entdecke jetzt