the closure

1.4K 197 43
                                    

Lisa membuka matanya yang terasa berat.

Entah sejak kapan ia tak sadarkan diri, yang pasti ia tak diantar ke kantor seperti janji Yeji pagi tadi.

"Ergh–" Lisa mengerang saat hendak bangkit dari tidurnya namun tak bisa. Maniknya segera merekam tali tebal yang tengah mengikat kedua tangannya dan membujur ke ujung ranjang.

"Annyeong unnie sayang." Yeji, sedang duduk pada sofa di sudut ruangan dengan rokok menyala di tangan kirinya.

Jantung Lisa sedikit terpompa memandang wanita itu. Tak dapat dipungkiri, bulu kuduknya pun meremang saat ini.

Seperti dejavu, Lisa seakan diajak kembali menuju peristiwa perundungan yang pernah ia alami bertahun-tahun silam.

Hanya saja, kali ini jelas berbeda. Yeji bukan penjahat amatiran seperti anak-anak yang merundungnya di bangku kuliah. Yeji tak mengajak Lisa menuju gedung lama melainkan tempat mewah yang terlihat seperti kamar hotel bintang lima. Dan kali ini, tak ada Winter bersamanya karena dirinyalah sang korban utama.

Saliva di telan Lisa dengan nafas tertahan dalam. Aura Yeji benar-benar berbeda kali ini.

"Unnie... maafkan aku karena tidak mengantarmu sampai ke kantor, ya." Ujarnya sembari tersenyum, "Aku hanya sangat merindukanmu dan akan menanyakan beberapa hal."

Yeji mendekat ke arah Lisa. Melangkah dengan sudut bibir yang menyunggingkan senyum, namun matanya jelas menyiratkan hal sebaliknya.

"Unnie, sejak kapan kau dekat dengan Jaemin?" Kini wanita itu telah duduk pada sudut ranjang yang mengikat Lisa.

"Kenapa kau mengikatku, Hwang Yeji?"

"Bukan. Bukan itu jawaban dari pertanyaanku. Kataku, sejak kapan kau dekat dengannya, Unnie?"

Lisa memandang Yeji dengan tak gentar. Meski jujur saja, mimik Yeji berhasil membuatnya sedikit menciut tanpa kentara, "Apa urusanmu?"

"JAWAB SAJA!"

"ARRRRGHHHHH!!!!"

Lisa berteriak hebat saat pahanya disulut oleh ujung rokok Yeji yang menyala.

Sial. Wanita ini benar-benar tak bercanda.

"JAWAB!!"

Lisa, bukannya menuruti titah Yeji setelah daging pahanya melepuh, Wanita yang tak kalah sinting itupun hanya tersenyum sembari membalas tatapan lawan bicaranya dengan remeh, "Jadi... kau ya si penguntit Jaemin yang selama ini membuatnya tak nyaman?" Ucapnya seakan tak tahu perihal fakta itu.

Senyum Yeji menghilang. Matanya menyipit dengan sungutnya yang sudah menyala, "Aku bukan penguntit."

Tawa Lisa menengahi perdebatan mereka yang akan segera dimulai, "Ya. Kau bukan penguntit. Kau lebih dari itu. Kau orang gila yang terobsesi dengan iparmu sendiri. Kau merampas damainya. Merampas kehidupannya karena obsesi–"

PLAKKK.

Sebuah tamparan keras mendarat pada pipi Lisa. Saking kerasnya, ia yakin sudut bibirnya sudah berdarah karena ia mulai mengecap liquid aneh berwarna merah itu.

"Asal kau tahu. Satu-satunya wanita temperamen yang ia sukai adalah aku." Ucap Lisa dengan senyum mengejek. Yeji jelas terpancing dengan kalimat itu.

Wajah sang wanita light fury terlihat memerah sebelum mengatakan, "Aku paling membenci wanita munafik. Kau mengatakan jika kau tak menyukainya. Bahkan aku jelas mengingat saat kau berkata membencinya. Tapi, pagi ini pemandangan yang kutemukan sungguh mencengangkan. Kau, dengan mulut munafikmu, berani-beraninya mencium Jaemin dengan begitu mesra setelah menyembunyikannya dariku."

WonderwallWhere stories live. Discover now