getting the upper hand

997 232 16
                                    

Lisa menatap Jaemin dengan sungutnya yang kembali menyala.

Apa-apaan lelaki ini?

Jaemin sangat tidak peka. Apakah ia tak tahu jika Lisa masih murka kepadanya?

Bukankah ia seorang gay? Bukankah seharusnya golongan mereka memiliki tingkat sensitivitas dan kepekaan yang lebih tinggi dibanding lelaki normal pada umumnya?

Dengan segera, Lisa menurunkan tangan Jaemin dan menarik Ryujin untuk meninggalkan kedua lelaki yang sedang adu tatap disana.

Siapa tahu mereka saling jatuh cinta dengan tatapan itu.

"Lisa." Panggil Jaemin kepadanya.

Lelaki itu memang selalu menghapus panggilan honorifiknya kepada Lisa jika mereka berada di hadapan orang lain, seperti saat ini misalnya.

Tentu saja yang merasa memiliki nama pun segera menghentikan langkahnya tanpa berbalik.

"Leo merindukanmu. Tidak mau ketempatku?"

Lisa mengerjapkan matanya. Memang sudah beberapa hari ia tak berkunjung ke tempat Jaemin karena masih merasa kesal dengan si pencuri ciuman pertamanya itu.

Tapi diiming-imingi oleh nama anabul kesayangannya itu saja Lisa sudah sedikit goyah. Lisa juga merindukan kucing gemuk itu!

"Aku sudah tidak ada kelas. Kalau mau ikut aku, silahkan saja." Dan Jaemin pun berjalan melewati Lisa. Melengos dengan percaya diri seakan Lisa akan luluh dan mengikutinya.

Ego dan hati Lisa berjalan bertentangan. Jika ia melanjutkan acara mogok bicara dan marah-marah berkepanjangan seperti kali ini, bukankah ia harus rela melepaskan kemesraannya dengan Leo?

"Unnie, kekasihmu akan meninggalkanmu." Kata Ryujin yang menepuk pundaknya seakan hendak menyadarkan Lisa.

Sosok Jaemin semakin menjauh. Tapi kaki Lisa masih menancap di tempatnya.

Dan bertepatan dengan hilangnya sosok Jaemin dalam pandangan Lisa, lelaki bernama Taeyong itupun sudah menyisipkan sesuatu pada tangannya yang terlihat seperti sebuah kertas.

"Hubungi aku jika kau sudah putus dengannya." Kata lelaki itu sembari berlalu, membuat Ryujin memekik di tempat.

"Wah, unnie. Kau sangat populer belakangan ini."

🐈‍⬛

Lisa menggigit bibir bawahnya dan berjalan kesana kemari selama beberapa saat.

Seakan sedang menimbang sesuatu, pun ia mengipas benda tipis yang berukuran kurang dari sembilan sentimeter di tangannya.

Oke.

Katanya sembari mengangguk mantap dan meletakkan benda tipis itu dihadapan sebuah sensor pintu yang nampak familiar.

Suara yang dihasilkan saat kartu itu menyentuh sensornya terdengar sedikit aneh di telinga Lisa. Benar saja. Pintunya tidak mau terbuka.

Apa Lisa berada pada unit yang salah?

Dengan mengambil dua langkah mundur, Lisa kembali memperhatikan nomor yang tertera di depan pintu.

105

Ini benar nomor apartment Na Jaemin yang biasanya ia kunjungi. Tapi kenapa card keynya menolak untuk membuka pintu?

Hah?

Lisa memekik disana. Merangkai berbagai skenario tuduhan kepada lelaki yang masih membuatnya kesal.

WonderwallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang